45

155 23 27
                                    

Pagi hari, Jisung terbangun dengan penuh keterkejutan saat mendapatkan Bangchan yang telah duduk di hadapannya. Tetapi, pemuda Han itu dengan baik menyembunyikan perasaannya. Bersikap cukup tenang untuk seseorang yang tengah ditahan oleh musuhnya.

Melihat Jisung, Bangchan bisa menyadari adanya tatapan keberanian pada manik kecoklatan itu. Meski tidak sepenuhnya terlihat, tetapi, Bangchan mengakui jika Jisung bersikap cukup berani pada dirinya.

Menghela nafasnya, Bangchan berbicara, "kau tidak makan apapun, apa kau tidak merasa lapar?".

"Aku ingin ke toilet".

Bukan jawaban, melainkan, perkataan lain yang didapatkan Bangchan sebagai balasan dari ucapannya. Menghela nafasnya lagi, Bangchan mulai bergerak untuk melepaskan rantai yang menahan tangan Jisung pada sofa.

"Pergilah" ucap Chan baik.

Melihat Chan, Jisung dibuat cukup tidak percaya. "Apa kau tidak takut aku akan melarikan diri?" Tanyanya ingin tahu.

"Aku akan menjadi orang terbodoh jika bisa membuatmu berhasil melarikan diri" balas Chan datar.

Mengerti makna dari perkataan Chan, Jisung tidak lagi ingin berbicara. Pemuda yang berusia lebih muda itu mengambil langkahnya menuju kamar mandi. Membuat Chan yang tengah duduk hanya diam memperhatikan.

...

Chan bergerak gelisah dengan mata yang melihat pada pintu kamar mandi dan jam digital yang ada di tangannya. Ini sudah sangat lama saat Jisung memasuki kamar mandi dan masih tidak keluar dari dalamnya.

Tidak bisa menahan dirinya lagi, Chan berdiri dan segera menuju kamar mandi, mengetuk pintu itu beberapa kali untuk memanggil pemuda Han di dalamnya.

"Jisung? Kenapa sangat lama?".

".....".

"Apa kau sudah selesai?".

".....".

Tetapi, pertanyaan dan ketukkan pintu yang terburu dari Chan tidak mendapatkan hasilnya. Jisung bahkan tidak menjawab pertanyaan pemuda bersurai coklat itu. Membuat perasaan takut perlahan mulai memenuhi diri Bangchan.

Jadi, tanpa berfikir lagi, Chan bergerak untuk menyentuh kenop pintu, dan dirinya dibuat sedikit tidak percaya saat mengetahui jika pintu itu tidak terkunci.

Membuka pintu, Chan baru saja akan kembali menyebut nama Jisung, tetapi, suaranya seakan menghilang saat melihat air berwarna merah dari dalam bathup yang meluap keluar dengan tubuh si pemuda Han di dalamnya.

Hal yang membuat Bangchan seakan kehilangan setiap organ penting di dalam tubuhnya.

...

Changbin hanya bisa memijit pelan kepalanya yang terasa sakit saat mengetahui jika si pemuda Han berusaha untuk mengakhiri dirinya sendiri. Pemuda Seo itu bahkan mengabaikan sang sahabat mafianya yang sejak tadi hanya duduk dalam kediamannya.

Selesai menyusun semua perlengkapan kerjanya, In Guk mengalihkan matanya pada kedua pemuda yang tengah duduk di atas sofa. Tatapan mata dokter tampan itu menjelaskan dengan sangat baik bagaimana setiap permainan yang bermain di dalam kepalanya.

Menghela nafasnya, In Guk melangkah mendekati kedua pemuda yang berusia lebih muda darinya. Mengambil duduknya di hadapan kedua pemuda yang masih tidak ingin melihat ke arahnya.

"Aku mengenal dirinya sejak berusia dua belas tahun".

Suara In Guk yang tiba-tiba terdengar berhasil mengalihkan fokus Bangchan dan Changbin. Mendengar perkataan In Guk, kedua pemuda itu seakan tahu kemana arah pembicaraan dokter tampan itu.

Tahu jika kedua pemuda itu mulai tertarik dengan perkataannya, In Guk kembali berbicara. "Dan ini adalah ke enam belas kali percobaan bunuh diri yang telah dilakukannya".

Baiklah, perkataan In Guk bukan hanya sangat mengejutkan Changbin, tetapi, juga berhasil mengejutkan pemuda Bang itu.

"Saat itu, aku baru saja resmi bekerja menjadi seorang dokter di rumah sakit pribadi kakek. Dan, itu juga yang menjadi awal diriku sebagai seorang dokter pribadi mafia Darkness. Pertama kali aku bertemu dengannya, Jisung mengalami kehilangan detak jantungnya. Tetapi, keberuntungan sangat berpihak pada anak kecil yang masih berusia dua belas tahun itu. Jantungnya kembali berdetak saat aku berusaha untuk memberikan pertolongan tanpa bantuan peralatan. Dan aku mengingatnya, itu adalah saat pertama kalinya aku menangis sebagai seorang dokter" tawa ringan In Guk terlihat saat membayangkan bagaimana sangat memalukan untuknya yang seorang dokter harus menangis.

"Aku tidak mengetahui dirinya dengan sangat baik. Jisung tidak pernah berbicara banyak hal padaku. Yang aku tahu, Jisung selalu saja mendapatkan banyak luka mematikan di tubuhnya dan dirinya yang tidak sadarkan diri dengan nyawanya di dalam bahaya".

"Aku mungkin tidak mengerti banyak, tetapi, aku tahu jika mafia Darkness tidak memperlakukan Jisung dengan baik".

"Dan ya, aku tidak berbohong jika aku memiliki harapan untuk kebaikkan dirinya. Aku berharap Jisung akan memiliki kesempatan untuk pergi dan bahkan bertemu dengan seseorang yang akan menjadi pelindungnya".

"Saat aku melihat Jisung berada di apartemenmu, aku merasa sangat terkejut. Aku berfikir saat itu jika kau akan menjadikan Jisung sebagai umpan untuk menangkap musuhmu. Hanya saja, perkataan Changbin membuatku mendapatkan kebahagiaan. Kau mencintainya, dan aku berterimakasih untuk itu".

"Tetapi, aku mengenal dirimu dengan sangat baik. Hal yang membuatku tidak bisa memberikan sepenuhnya kepercayaanku pada dirimu".

"Dan sekarang, aku mendapatkan kebenarannya".

"Kau tidak benar-benar mencintainya,".

Perkataan panjang In Guk tidak mendapatkan balasan dari kedua pemuda di hadapannya. Tetapi, In Guk bisa melihat adanya gerakkan kecil sebagai respon dari tubuh Bangchan.

Melihat dalam pada manik pemuda Bang, In Guk kembali berbicara. Hal yang lagi-lagi berhasil sangat mengejutkan kedua pemuda di hadapannya itu.

"Kau tahu, Chan, dirinya memiliki emosi yang tidak stabil dan..... gangguan mental yang masih belum sepenuhnya disembuhkan".

Red Light Of Maniac Место, где живут истории. Откройте их для себя