20

178 28 17
                                    

Dengan langkah cepat, Felix terus membawa Jisung hingga memasuki mobil. Memeluk tubuh bergetar milik pemuda yang lebih muda dengan terus mengucapkan perkataan baiknya.

"Tenanglah, Ji. Aku ada disini".

Mendengar itu, Jisung tidak menjawab. Pemuda Han itu hanya terus menutup mata dan pendengarannya dengan kedua tangannya. Berusaha untuk menghilangkan semua penampilan buruk yang seakan terus berputar ulang di hadapannya.

"Jisung.....",

"Per..... pergi!".

Perkataan dengan suara ketakutan namun penuh penekanan itu tidak membuat Felix mendapatkan keterkejutannya. Jisung yang terus bergerak ingin melepaskan dirinya dari pelukkan Felix bukanlah hal yang aneh untuk pemuda Lee itu.

"Tenanglah, Jisung. Semua akan baik-baik saja" lagi, Felix berkata lembut dengan suara dalamnya. Memberikan ciuman lembut pada kepala bersurai hitam kebiruan yang berada di dalam pelukkannya.

Hanya saja, semua ketakutan yang memburu Jisung tidaklah menghilang hanya dengan kata-kata seperti itu. Hal itu justru mempercepat semua adegan menakutkan yang menguasai di dalam kepalanya. Membuat pemuda Han itu lebih berusaha keras untuk melepaskan pelukkan yang menguat pada tubuhnya.

"Jisung!".

"Ti..... tidak! Lepaskan! Lepaskan!".

Felix menajamkan tatapannya dengan rahang yang mulai mengeras. Mendapatkan Jisung yang mendorong kuat tubuhnya dan bergerak untuk membuka pintu mobil membuat pemuda Lee itu berhasil menghilangkan kesabaran di dalam dirinya.

Dengan gerakkan yang lebih cepat dan kasar, Felix kembali menarik tubuh bergetar Jisung. Memaksa pemuda yang lebih muda untuk tetap diam mematuhi perintahnya.

"DIAMLAH, HAN JISUNG! APA KAU TIDAK MENGERTI YANG KU KATAKAN!".

Bentakkan Felix berhasil membuat Jisung reflek membuka matanya. Menatap dengan penuh ketakutan pada pemuda berwajah tampan yang sialnya saat ini terlihat seperti seorang monster di hadapannya.

Menyadari jika dirinya lagi-lagi tidak bisa menahan kemarahannya, Felix dibuat menghela nafas beratnya. Sorot ketakutan dengan manik kosong milik Jisung membuat pemuda Lee itu mengerti.

"Dengar.....",

Ceklek

Pintu mobil yang tiba-tiba saja terbuka menghentikan Felix yang baru saja akan berbicara.

"Cepatlah, Hyunjin!" Minho berseru di tengah menahan rasa sakitnya. Memerintahkan pemuda Hwang itu untuk segera menjalankan mobilnya.

Dor dor dor

Tembakan kembali didapatkan saat mobil berwarna putih itu baru saja akan berjalan. Beruntung karena mobil milik Hyunjin telah dilapisi oleh pelindung peluru, membuat tembakan tadi tidak berhasil melukai keempat pemuda yang berada di dalamnya.

Mendengar suara yang lagi-lagi seperti akan membunuhnya, tubuh Jisung reflek bergerak untuk mencari perlindungan. Kembali menutup mata dan pendengarannya dengan tubuh yang bergetar.

Melihat itu, Felix dengan cepat memeluk tubuh yang berukuran lebih kecil darinya. Berusaha untuk menenangkan pemuda yang dicintainya itu saat lagi-lagi mobil mereka mendapatkan serangan tembakan dari para musuh.

...

Minho segera berlari saat mendengar teriakan dari pemuda miliknya. Membuka pintu kamar dengan cukup kasar hingga sedikit mengejutkan kedua pemuda yang tengah berada di dalamnya.

"PERGI! PERGI!".

Teriakan Jisung memenuhi kamar yang berukuran cukup luas itu. Mendapatkan Jisung yang terus memberikan perlawanannya saat Felix berusaha untuk menenangkan membuat Minho mengerang kesal.

"TIDAK! PERGI!".

"Tenanglah, Jisung. Tidak ada yang akan menyakitimu".

Masih dengan kesabarannya, Felix terus mengatakan kalimat penenang. Hanya saja, pemuda Han di hadapannya seakan tidak mendengarkan apa yang baru saja dikatakan oleh si pemuda berbintik tampan itu.

"PERGI! .....",

"HAN JISUNG!".

Suara besar berintonasi kemarahan bukan hanya mengejutkan Jisung, tetapi juga cukup membuat tubuh Felix dan Hyunjin terhentak kecil.

Dengan rahang mengeras dan mata kemarahannya, Minho melangkah mendekati Jisung yang duduk dengan tubuh bergetar di atas tempat tidur. Pemuda Lee yang berusia lebih tua itu dengan kasar mendorong tubuh Felix agar menjauh dari Jisung.

Menggenggam tangan pemuda Han itu dengan sangat kuat dan berkata tajam. "Diam! Atau aku akan menyakitimu!".

Mendengar itu, Jisung diam meski dengan air mata yang masih mengalir dari manik kecoklatannya. Menatap dengan penuh ketakutan pada pemuda yang terus melihat dengan sorot tajam ke arahnya.

"Jangan membuatku harus melakukan hal yang sama padamu, Han Jisung! Bersikaplah lebih baik seperti seharusnya!".

Lagi, Jisung hanya diam saat mendapatkan perkataan menyakitkan itu.  Membuat Minho kembali berbicara masih dengan suara kemarahannya.

"Berikan dia suntikan penenang sekarang!" Perintah Minho dan dengan kasar melepaskan tangan Jisung.

Mengerti jika perintah itu diberikan untuknya, Felix segera bergerak untuk melakukan pekerjaannya. Mengambil cairan berwarna biru yang berada di dalam ruang penyimpanan dengan langkah yang cepat.

Mengetahui jika lagi-lagi dirinya akan mendapatkan cairan yang sangat dibencinya, Jisung berusaha untuk melarikan diri. Hanya saja, gerakkan Hyunjin lebih cepat dibandingkan dirinya. Membuat tubuh Jisung jatuh ke atas tempat tidur lagi dengan Hyunjin yang memeluknya sangat kuat.

"TIDAK! TIDAK! LEPASKAN! JANGAN MELAKUKANNYA!".

"TIDAK! KU MOHON! JANGAN MELAKUKANNYA MINHO!".

Minho diam, manik hitam miliknya hanya terus menyorot dengan penuh ketajaman. Rahang pemuda Lee itu masih dengan jelas memperlihatkan kemarahan yang ada di dalam dirinya.

Tidak lama, Felix kembali dengan sebuah suntikkan dan cairan biru yang berada di dalam botol kecil di tangannya. Mengetahui hal itu, Jisung lebih berusaha keras untuk melepaskan dirinya. Hanya saja, pelukkan Hyunjin yang menahannya justru menjadi lebih kuat.

"Tidak, ku mohon, Felix. Jangan melakukannya".

Jisung berkata memohon. Hanya saja ketiga pemuda itu seakan tidak memiliki pendengaran. Bahkan ketiganya mengabaikan teriakan kesakitan pemuda yang lebih muda saat suntikkan itu menembus lehernya.

Perlahan, pergerakkan Jisung melemah. Hyunjin yang menyadari itu mulai meringankan pelukkannya. Mata pemuda Han itu bahkan mulai tertutup dengan nafasnya yang juga mulai teratur.

"Pem..... bunuh.....".

Dan perkataan lirih itu berhasil membekukan tubuh ketiganya.

Red Light Of Maniac Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang