10

211 26 0
                                    

Jisung mengikuti Felix memasuki sebuah ruangan. Dan mata memikat itu membulat tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Itu adalah ruangan dengan penampilan yang sangat berbeda dari bagian luar. Jisung sungguh tidak percaya jika bangunan tua yang bahkan sudah terlihat hampir hancur itu ternyata memiliki tempat tersembunyi seperti itu.

"Bagaimana bisa?" Jisung bermonolog bingung.

Felix yang mendengarnya tidak bereaksi. Pemuda Lee itu berdiri dan mendekatkan tubuhnya pada tubuh yang sedikit lebih kecil darinya itu. Memeluk Jisung dan berbicara dengan suara pelannya.

"Kau lihat pria berpakaian coklat yang ada disana?".

Mendengar bisikkan Felix, Jisung mengalihkan matanya. Mencari pria yang dimaksud dengan pakaian coklat seperti yang didengarnya.

"Ehm" Jisung berdeham saat mendapatkan tujuannya.

"Lakukan seperti biasanya. Buat dia akan membawamu ke ruangan miliknya" Felix berkata dengan suara dalamnya.

Melihat Felix, "apa juga ada ruangan seperti itu disini?" suara Jisung tidak percaya.

Dan Felix membalasnya dengan menggangguk kecil. "Lakukan sekarang. Aku akan mengawasimu disini".

Mengetahui Felix yang telah melepaskan pelukkan pada pinggangnya. Jisung yang sudah mengerti dengan tugasnya mulai melangkah. Membuat pemuda Lee dengan bintik memikat di wajahnya menatap dengan penuh ketajaman dan kewaspadaan dalam saat yang bersamaan.

Menuruni tangga berukuran sedang, kaki Jisung yang mengenai celana jeans berwarna kebiruan itu melangkah lebih dekat ke arah meja bartender. Baiklah, Jisung masih tidak bisa percaya jika ruangan ini adalah sebuah bar yang cukup besar. Meski tidak berisi banyak orang, tetapi, bar ini dapat dikatakan sebagai bar yang cukup mewah. Dan pemuda Han itu mengakui kekagumannya pada bar di dalam bangunan tua ini.

"Ehm..... bisakah..... aku mendapatkan kursi ini?".

Suara asing milik seseorang membuat gerakkan tangannya yang baru saja akan meneguk lagi alkoholnya dibuat berhenti.

Mengalihkan wajahnya, mata bermanik tajam kecoklatan itu sedikit terbuka saat melihat wajah menggoda dari si pemilik suara.

Menyadari jika targetnya telah tertarik oleh magnetnya, Jisung tersenyum menang di hatinya. Memberikan senyuman manis di wajahnya, Jisung kembali bersuara.

"Apakah aku menganggumu?" Tanyanya berpura-pura.

Mengedipkan matanya, pemuda dengan surai hitam itu berkata, "tidak, jika itu dirimu" ucapnya terdengar menggoda.

Tertawa, Jisung mulai mengambil duduknya. "Berminat untuk merekomendasikan alkohol terbaik disini?" Ucapnya lagi.

Mengerutkan alisnya, "apa kau orang baru?" Balasnya bertanya.

"Ehm. Seorang teman memberitahu ku tempat ini" jawab Jisung "jadi, apa kau memiliki rekomendasi untukku?".

"Tentu" balas pemuda itu cepat "hei. Berikan dia minuman yang sering ku pesan" lanjutnya kepada seorang bartender.

Lagi, Jisung mengeluarkan senyuman seringainya tanpa terlihat. Berfikir jika dirinya kembali mendapatkan seorang target yang ternyata benar-benar bodoh.

...

Keduanya memasuki ruangan dengan pencahayaan yang terang. Dinding-dinding di ruangan itu terlihat lebih baik dari yang ada di bagian luar karena telah diberikan warna.

"Aku tidak percaya jika pemimpin-pemimpin hebat ini benar-benar akan mengunjungiku".

Minho dan Hyunjin hanya diam dengan wajah datar saat mendengar suara dari seorang pria yang sudah tidak muda lagi tepat di hadapan mereka. Mata tajam milik kedua mafia tampan itu menatap dalam pada pria bertubuh sedikit besar yang tengah duduk di kursi kebesarannya dengan sebuah nikotin yang mengeluarkan asap di tangannya.

Red Light Of Maniac Où les histoires vivent. Découvrez maintenant