29

168 22 39
                                    

"Aku juga merindukanmu, Tuan Bang. Tetapi mengertilah, hyungku bukanlah orang yang mudah".

Bangchan menghela nafasnya saat mendengar perkataan Jisung melalui teleponnya. Ini sudah cukup lama untuk dirinya tidak bertemu dengan pemuda yang dicintainya itu.

"Aku akan terbunuh karena merindukanmu".

Mendengar perkataan dengan intonasi berlebihan itu membuat Jisung mengeluarkan tawanya. "Terlalu berlebihan" ucapnya.

"Tidak. Aku benar-benar merindukanmu saat ini" Bangchan berkata serius.

...

Jantung Jisung menjadi tidak normal saat mendengar suara Bangchan yang mengatakan kerinduan padanya. Hingga saat ini, Jisung masih tidak mengerti mengapa dirinya bisa dengan mudah menjatuhkan hatinya pada pemuda Bang itu.

Jisung mengakui jika dirinya terjebak dengan pesona ketampanan milik Bangchan. Bagaimana mata berkarakter tajam itu selalu menatap lembut dan sangat dalam padanya. Bagaimana bibir menggoda itu terus saja mengatakan perkataan yang menenangkan namun juga menggelitik dirinya.

Jisung menyukainya, dan dasar hatinya tidak bisa untuk tidak menyediakan ruang untuk si pemuda Bang itu.

"Jisung? Apa kau masih disana?".

Suara Bangchan yang terdengar kembali menyadarkan Jisung dari pemikirannya. Tanpa sadar, wajah manis itu memperlihatkan senyumannya.

...

Lagi dan lagi, Jisung harus mendapatkan kekesalan di dalam dirinya saat harus melakukan misi. Sungguh, jika bukan karena ketiga mafia tidak berhati itu, Jisung pasti tidak akan mau melakukan pekerjaan yang sangat tidak penting seperti ini. Pekerjaan yang sialnya selalu saja membahayakan dirinya.

Mengambil duduknya di meja bartender, Jisung segera melakukan pemesanan. Dirinya membutuhkan alkohol untuk menetralkan kemarahannya saat ini.

"Berikan aku minuman yang biasa".

Mata Jisung reflek berahli saat mendengar suara familiar milik seseorang. Membuat maniknya dan manik milik pemuda itu membulat dengan bersamaan saat keduanya tidak sengaja saling melihat.

"Kau?!".

"Kau?!".

Suara besar dengan intonasi ketidak percayaan itu seakan bergema pada meja bartender di sebuah bar ternama.

Melihat pemuda di hadapannya, Seoho tidak pernah berfikir bahwa dunianya ternyata tidak berukuran besar. Bagaimana bisa dirinya kembali bertemu dengan pemuda yang sangat menyebalkan itu lagi.

Mendengus tidak suka, Seoho berkata, "hariku benar-benar sial!".

Mendengar itu, rahang Jisung terlihat mengeras. "Apa kau bermaksud merendahkanku?!".

"Oh, apa kau merasa aku melakukannya?!" Balas Seoho dengan suara tidak baiknya.

Baiklah, Jisung harus selalu memberikan peringatan pada dirinya sendiri untuk tidak begitu saja membunuh pemuda tampan di hadapannya ini. Ini tempat yang sangat ramai, dan Jisung harus berusaha keras untuk menahan keinginannya itu.

"Kau..... aku benar-benar ingin memukul wajah tampanmu itu!".

Perkataan Jisung, berhasil membuat tubuh Seoho sedikit terhentak. Tetapi setelahnya, pemuda Lee itu memperlihatkan wajah kemenangannya.

"Ehm, aku tahu aku tampan. Terimakasih" ucapnya yang justru lebih terdengar sangat menyebalkan di pendengaran Jisung.

Sial, Jisung benar-benar lupa untuk memberikan penghalang pada mulut sesuka hatinya itu.

Red Light Of Maniac Where stories live. Discover now