30

168 25 27
                                    

"Sial! Dia sengaja tidak mengaktifkan earphonenya!".

Teriakan kemarahan Hyunjin memenuhi mobil mahal yang terparkir pada basement di sebuah bar ternama itu. Membuat kedua pemuda Lee yang berada bersamanya lagi-lagi hanya dapat diam melihat sahabat mafia mereka.

"Lihat saja! Aku akan benar- benar membuatnya menderita nanti!" Lagi, Hyunjin berkata dengan penuh penekanan.

"Kali ini, aku akan bergabung bersamamu".

Mendengar itu, Minho yang tengah duduk di kursi depan tepat di sebelah Hyunjin reflek membulatkan matanya ke arah pemuda yang duduk di kursi belakang. Pemuda Lee itu tidak berfikir jika Felix justru akan menyetujui perkataan sahabat psikopat mereka.

Memutar tubuhnya, tatapan tajam Hyunjin yang diberikan kepada Felix berhasil membuat pemuda berbintik tampan itu cukup terkejut.

"Kau!" Suara Hyunjin tajam dengan jari yang menunjuk ke arah Felix "aku juga akan menghukummu setelah itu!".

Perkataan Hyunjin membuat Felix lebih terkejut. Bahkan Minho juga memberikan tatapan tidak mengertinya.

"Ke..... kenapa aku?" Bingung Felix.

"Tentu saja kau!" Hyunjin berteriak kesal "kau yang mengawasinya disini, tetapi, bagaimana bisa kau membiarkan dirinya bersama dengan pemuda itu?! Apa kau tidak bisa bekerja dengan benar!".

Dan tubuh Felix berhasil membeku mendengarnya.

...

Pagi hari, Jisung dengan wajah penuh senyumannya melambaikan tangannya pada pemuda yang berada di dalam mobil.

Melihat mobil berwarna putih milik Seoho telah melaju menjauh, Jisung menghela nafasnya. Pemikirannya kembali mengatakan kebodohan dirinya yang begitu saja bisa berakhir dengan aktivitas panas bersama pemuda Lee yang adalah targetnya.

Baiklah, meski ini salah satu cara yang cukup sering dilakukan untuk mendapatkan targetnya, Jisung tetap saja mengakui kebodohan dirinya. Sungguh, Jisung tidak pernah berakhir melakukannya pada setiap target. Hanya sebatas berciuman, dan target mereka akan dibunuh setelahnya. Tetapi, dengan Seoho, dirinya justru seakan terjebak dengan perangkapnya sendiri. Dan sialnya, Jisung justru menikmati permainan ahli dari pemuda Lee itu.

Menghela nafasnya lagi, Jisung pada akhirnya memutar tubuhnya untuk melangkah memasuki apartemen milik Hyunjin. Hanya saja, dering ponsel pintarnya membuat langkah pemuda Han itu berhenti.

Menyadari jika itu adalah ponsel pemberian Bangchan yang sengaja dibawanya, Jisung dengan cepat mengeluarkan dari sakunya. Tetapi, wajah itu memperlihatkan raut kebingungan saat matanya membaca nomor penelepon yang tidak dikenal.

"....." Jisung menjawab dengan diam.

Tahu jika panggilannya mendapatkan jawaban tanpa suara, si penelepon berkata, "Apa kau tidak bisa berbicara?".

Mendengar suara itu, Jisung menjauhkan dan memperhatikan ponselnya sesaat. Setelahnya, pemuda Han itu kembali meletakkan ponsel di pendengarannya lagi.

"Tuan Lee, apa kau benar-benar tidak memiliki pekerjaan yang lebih penting dari menghubungiku? Kita baru saja bersama jika kau ingin mengingatnya".

Baiklah, dengan suara malasnya Jisung membalas perkataan peneleponnya. Ah, Jisung benar-benar lupa bahwa dirinya sengaja membawa ponsel pemberian Bangchan untuk berjaga-jaga jika targetnya berhasil masuk ke dalam perangkapnya. Dan ya, dirinya juga melupakan bahwa Seoho telah berhasil berada di dalam jebakkannya.

"Memastikan bahwa ini benar nomor anak kecil yang berani menggodaku malam tadi adalah pekerjaan yang penting".

Mendengar penjelasan dengan karakter suara dinginnya Seoho, Jisung hanya memutar malas matanya. Pemuda yang tengah terhubung melalui telepon dengannya ini bukan hanya memiliki wajah yang tampan, tetapi juga memiliki diri dan pemikiran yang sangat menyebalkan.

Red Light Of Maniac Donde viven las historias. Descúbrelo ahora