12

206 29 0
                                    

Pagi hari, Jisung membuka mata dengan erangan kecil dari mulutnya. Merasakan sakit bukan hanya pada tubuh tetapi juga kepalanya. Membiasakan penerangan yang masuk di matanya, Jisung mengambil duduknya dengan perlahan. Mata itu kembali terpejam sesaat untuk menetralkan rasa sakit yang cukup berat di kepalanya.

"Ouh, kau sudah bangun?".

Suara familiar mengusik pendengaran Jisung. Maniknya melihat siluet Felix dengan pakaian santainya melangkah mendekatinya.

"Apa kau merasakan sakit di kepalamu?".

Felix memberikan pertanyaannya saat telah duduk di hadapan Jisung. Melihat tangan Jisung yang menyentuh kepalanya, Felix dengan cepat memahami keadaan.

"Aku akan menghubungi dokter.....",

"Tidak" Jisung menyanggah dengan cepat "ini akan baik-baik saja".

Tidak membantah, Felix hanya menganggukkan kepalanya. Bergerak untuk mengambil gelas yang berisi air di atas meja dan memberikannya pada pemuda yang lebih muda.

"Minumlah" katanya baik.

Jisung mengambil gelas berukuran sedang itu dan mulai meneguknya. Meminumnya hingga isi air di dalam gelas terlihat kosong dan kembali memberikannya pada Felix.

"Apa misinya berhasil?".

Mendapatkan perkataan itu, pikiran Felix dibuat kembali mengingat hal buruk yang terjadi pada misi penyerangan.

"Tidak" jawabnya singkat.

Menghela nafasnya, Jisung berhasil mendapatkan kekesalannya saat mendengar itu. "Aku mendapatkan kerugian disini! Dan kalian justru gagal melakukannya?!".

"Jisung.....",

"Dimana mereka?!" Lagi, Jisung menyanggah Felix yang baru saja akan berbicara dengan suara kesalnya.

Dengan ragu, Felix menjawab. "Di ruang pertemuan. Mereka..... Jisung?".

Felix tidak dapat menyelesaikan perkataannya saat Jisung begitu saja berdiri dan melangkah keluar.

"Apa yang kau lakukan? Kau masih harus beristirahat" ucap Felix yang telah berhasil mencengkram tangan Jisung.

Mengabaikan, Jisung melepaskan cengkraman yang tidak kuat itu dan kembali melangkah dengan cepat menuju ruang pertemuan. Melihat itu, Felix hanya bisa mengerang rendah. Jisung dan sifat keras kepalanya adalah hal tersulit yang selalu dihadapinya.

Braaakkk

Pintu besar itu lagi-lagi menjadi korban dari seseorang yang sama. Sepertinya, para mafia itu harus mengubah jenis pintu mereka agar tidak selalu berhasil dihancurkan oleh si pemuda termuda di mansion itu.

"Keluar!".

Jisung bersuara tegas saat sudah memasuki ruangan. Menatap tajam dan penuh akan intimidasi pada para mafia lainnya.

Tanpa membantah, para anggota mafia itu segera bergegas keluar ruangan. Menyisakan keempat pemuda yang memiliki hubungan sangat sulit bahkan melebihi ikatan pada seutas tali yang terlilit.

Melangkah maju, Jisung memberikan tatapan kemarahannya pada pemimpin tertinggi dari ketiga mafia itu. Memberikan mata menyalangnya pada manik memikat milik Minho.

Buuugghh

Pukulan kuat didapatkan Minho pada wajahnya. Menyebabkan sudut bibir pemuda Lee yang sudah memiliki luka kembali mengeluarkan cairan merahnya. Melihat itu, Hyunjin dan Felix segera mengambil pergerakkan, hanya saja, tangan Minho yang terangkat membuat langkah keduanya berhenti.

Red Light Of Maniac Where stories live. Discover now