5

349 33 0
                                    

Pemuda bersurai kecoklatan itu meneguk sedikit susunya sebelum bergerak untuk memberikan selai berasa cokelat pada roti rendah lemak yang ada di tangannya. Sarapan pagi dengan menu sehat yang setiap hari selalu dilakukannya sebelum melakukan olahraga singkatnya.

"Baiklah, kali ini, apa aku masih harus memakan roti tidak berasa itu?".

Suara tiba-tiba milik sang sahabat yang sudah mengambil duduk di hadapannya membuat pemuda bersurai hitam kecoklatan itu memperlihatkan tawa ringannya.

"Kau bisa memilih rasa yang kau sukai" balas Chan seraya menunjuk ke arah botol-botol kaca berisikan berbagai macam selai.

Mendengarnya, Changbin menghela nafasnya. "Aku benar-benar akan mengurangi berat badan jika terus bersamamu" keluhnya.

Lagi, Chan tertawa ringan mendengar gerutuan pagi dari pemuda Seo itu. Keduanya mulai larut dalam sarapan pagi di waktu yang masih sangat awal. Bahkan matahari belum bersinar terang saat kedua pemuda berusia sama itu sudah berada di meja makan tepat di taman belakang mansion besar seorang Cristopher Bang.

"Hari ini, apa yang akan kau lakukan?" Changbin kembali memulai pembicaraan.

"Memeriksa gudang senjata. Aku melihat keanehan dari data yang dikirimkan padaku".

"Apa seorang pengkhianat lagi?" Tanya pemuda Seo memastikan.

"Entahlah. Aku masih belum menemukan tikus kecil itu".

Changbin menganggukkan kepalanya tanda bahwa dirinya mengerti. "Sepertinya, aku tidak bisa menemanimu untuk hari ini. Ada pertemuan dengan salah satu rekan bisnisku, dan aku tidak bisa menyuruh anggotaku untuk mewakilkannya".

"Ehm, tidak masalah. Aku membawa Wonpil bersamaku" ucap Chan menjelaskan.

...

Keempat pemuda berwajah menarik itu menikmati makan pagi mereka dalam keheningan. Cukup lama, hingga Felix yang sejak tadi menahan suaranya akhirnya berbicara.

"Apa kau tidak mendapatkan tidurmu dengan baik?".

Mengetahui jika pemuda berbintik indah itu memberikan pertanyaan padanya, Jisung dengan segera mengangkat wajahnya.

"Ehm. Tembakan sialan itu menghantui ku!" Jawab Jisung dengan umpatan.

"Kenapa tidak datang ke kamarku? Aku bisa menenangkanmu" Felix membalas dengan suara baiknya.

Dan Jisung, mendengar itu justru membuatnya memperlihatkan tawa sinisnya. "Kau hanya akan membuatku lebih ketakutan. Apa kau lupa siapa yang membuat diriku seperti ini?!".

Mendapatkan perkataan yang terdengar tajam, Felix dibuat cukup tidak percaya. Bahkan Minho dan Hyunjin yang sejak tadi hanya diam reflek mengangkat wajah mereka dan memberikan tatapan yang sama seperti Felix.

Memahami reaksi dari ketiga pemuda yang berusia lebih tua darinya itu, Jisung kembali berbicara dengan suaranya yang terdengar sangat tidak baik.

"Ada apa?! Apa aku mengatakan perkataan yang salah?!".

"Berhenti membahasnya, Han Jisung! Bukankah sudah ku peringatkan?!" Suara Minho menegaskan.

Dan lagi, Jisung memperlihatkan tawanya, kali ini, tawa miris seorang Han Jisung. "Apa kalian berfikir, aku akan dengan mudah melupakannya?! Setelah semua yang kalian lakukan, apa aku akan melupakannya?!" Ucapnya sinis.

Mendengar itu, ketiga pemuda di hadapannya tidak membalas. Hanya saja, Minho dengan cepat berdiri dan menarik paksa pemuda yang berhasil membangunkan kemarahan di dalam dirinya. Mengabaikan suara Jisung yang terus mengerang karena rasa sakit pada tangannya yang digenggam sangat kuat oleh Minho.

Red Light Of Maniac Where stories live. Discover now