39

154 20 34
                                    

Changbin meletakkan kacamata miliknya di atas meja saat pintu ruangannya dibuka begitu saja tanpa adanya ketukkan.

"Biar kutebak. Dirinya pasti masih belum menghubungimu".

Mendengar perkataan Changbin yang lebih terdengar seperti sebuah godaan, Bangchan yang mengambil duduknya tepat di depan Changbin dibuat mendengus. Hal yang membuat pemuda Seo itu memperlihatkan tawa ringannya.

"Kau tahu, Chan. Aku tidak percaya jika dirinya membawa pengaruh besar pada dirimu" lagi, Changbin berbicara dengan suara sedikit merendahkan.

Benar, Changbin sungguh dibuat tidak percaya jika Chan akan benar-benar seperti seorang remaja yang tengah dipermainkan oleh cinta. Pemuda Bang itu sudah memiliki ekspresi tidak baik yang sama sejak beberapa hari ini karena sang kekasih, Han Jisung, tidak menghubungi dirinya.

Melihat Changbin, Chan membalas perkataannya dengan suara kekesalan. "Jangan tertawa, Seo! Tidak ada yang lucu dari merindukan seseorang!".

Dan Changbin berhasil terdiam mendengarnya.

...

"Jadi, Jisung, bisakah kau memberitahu pada hyung apa yang akhir-akhir ini kau rasakan?".

Jisung hanya diam saat mendapatkan pertanyaan dari pria di hadapannya. Manik kecoklatannya terus memberikan sorotan tajamnya pada psikiater bersurai hitam itu.

Tahu jika pemuda yang berusia lebih muda darinya itu tidak akan memberikan jawaban, dokter Shin tetap memperlihatkan senyuman di wajahnya.

"Katakan pada hyung. Hyung akan merawatmu".

Lagi, Jisung masih tidak ingin berbicara. Mempertahankan dirinya dengan wajah yang memperlihatkan kebencian pada dokter di hadapannya.

Menyadari tatapan itu, dokter Shin tanpa sadar memperlihatkan seringaian di wajahnya. "Apa kau masih tidak ingin berbicara denganku, Han kecil?".

Mendengarnya, kemarahan yang sejak tadi telah ditahan di dalam diri Jisung berakhir keluar begitu saja. Tangan Jisung bergerak menjatuhkan semua makanan dan minuman ringan yang ada di atas meja dengan penuh kemarahan.

"Jangan pernah mengatakan nama itu, bajingan!".

Mendapatkan Jisung yang marah dengan jari yang menunjuk keras kepadanya, dokter Shin tidak merasakan ketakutan. Psikiater itu justru memperlihatkan tawanya yang terlihat sangat menyebalkan untuk Jisung.

Mengambil berdirinya, dokter Shin melangkah pelan mendekati Jisung yang juga tengah berdiri. Membekukan tatapan mata Jisung pada manik hitam miliknya untuk saling memberikan tatapan menyalang.

Menyentuh kepala Jisung, dokter Shin mengusap rambut surai kebiruan itu. "Ternyata kau tidak berubah" suaranya yang terdengar tidak baik "Bukankah seharusnya kau berterimakasih pada pamanmu yang telah membuat kehidupanmu menjadi sangat baik seperti ini?".

Buuugghh

Pukulan itu begitu saja didapatkan pada wajah dokter Shin. "Aku tidak memiliki paman yang seorang penjahat sepertimu!" Jisung menegaskan.

Mendapatkan itu, dokter Shin memperlihatkan tawanya. "Ya ampun, kau sungguh keponakan yang sangat menggemaskan" ucapnya berpura-pura lembut.

Baiklah, Jisung sungguh tidak percaya jika dirinya akan memiliki hubungan yang cukup kuat dengan pria di hadapannya. Bagaimana bisa kakak dari ibunya ini sangat bersikap seperti seorang monster.

"Ada apa? Apa kalian berkelahi lagi?".

Suara Minho yang tiba-tiba saja terdengar cukup mengejutkan keduanya. Melihat bagaimana makanan dan minuman yang berserakan di lantai dengan sudut bibir dokter Shin yang mengeluarkan sedikit darah, Minho dengan mudah mendapatkan jawaban dari pertanyaannya.

Red Light Of Maniac Where stories live. Discover now