1. Sandal Kayu

99 15 0
                                    

Kabarnya, beberapa orang percaya bila manusia awalnya dari surga. Lalu, turun ke dunia.

Gara-gara perempuan!

"...cukup mengejutkan! Setelah 10 tahun hanya memproduksi game engine, raksasa pengembang Sirensoft, akhirnya akan merilis satu judul baru untuk comeback, akhir tahum ini..."

PIP!

"... peta kekuatan balapan F1 tahun ini akan berubah banyak. Biasanya, para pria akan mendominasi, tapi kini satu nama, Yamauchi Aina, mencuri banyak perhatian publik. Selain karena wanita satu-satunya di arena adu jet darat ini. Kemampuan, dan kontroversinya juga berimbang, hingga Honda tanpa ragu mengontrak gadis itu..."

PIP!

"...resesi ekonomi global pasca pandemi sedikit banyak berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi negara. Namun, pengamat ekonomi, Yoshida Sumire, memiliki pendapat lain. Jepang akan sangat tahan krisis jika perputaran dalam negeri memiliki PDB yang sejajar dengan nilai ekspor. Ini dikutip dari..."

PIP!

"...jangan terlalu besar. Atur nyala api pada keadaan medium low. Ini akan menghasilkan temperatur yang merata di setiap sisi. Perlu diingat~ walau terbuat dari daging giling, patty hamburger tetap memiliki ukuran cukup tebal. Tidak bisa terburu-buru, atau bagian dalamnya tidak matang sempurna. Sambil menunggu, Umemura Hinako akan kembali sesaat lagi. Jangan kemana-mana, tetap di Cook in, Hinanchu!"

PIP!

"...Profesor Kurosaka Yukako adalah sosok di belakang layar yang berhasil mengembangkan strawberry asli Nagasaki sebagai varietas baru. Strawberry ini diberi nama Koi Minori. Di luar dugaan, rasa yang mendekati susu strawberry ini, akan terpadu sempurna dengan kelembutan dari daging buahnya. Kabarnya, profesor cantik ini perlu waktu kurang lebih..."

PIP!

Dari jauh, tombol power pada remote di tekan. Matinya TV itu bersama dengan satu hembus napas berat terhela.

Entah kenapa, ketimbang biasanya, awal hari kali ini terasa berat sekali.

Mendiami ruangan seluas 12 tatami, seorang pemuda tampak sendirian di tempatnya.

Televisi di salah satu sudut ruangan menjadi teman setia dalam sepi.

Walaupun, sejak awal dinyalakan, pemuda itu belum pernah benar-benar memperhatikan layar kotak ajaib itu.

Selain siaran yang hanya menampilkan wajah empat perempuan itu melulu, juga ada yang menyita perhatian penuhnya saat ini.

Televisi hanya di gunakan sebagai pembunuh sunyi saja.

Di atas meja, satu dengung samar dapat dirasa. Komputer lipatnya menyala sejak tadi. Sesekali jemarinya menari di atas papan kunci, juga kadang alisnya berkerut memahami tiap kata yang tertera pada layar.

Namun, sekarang dia lelah. Matanya seperti sudah mencapai batasan. Menjaga kondisi agar tetap bugar, pemuda itu mengalihkan pandang sesaat.

Berkelana mencari obyek, tatapanya tertuju pada ponsel yang dia letakkan, tepat di samping notebook.

Saat tombol power dinyalakan, tertera jelas menunjukkan pukul berapa pagi ini. Tapi, bukan hal itu yang ingin dia ketahui, melainkan notice dari seseorang mengenai pekerjaan.

Dia tahu, perangkat pintarnya bakal bergetar jika ada sesuatu masuk, tapi ini sudah terlalu lama. Jika saja bukan soal pekerjaan, sudah pasti pemuda itu enggan berlama-lama seperti ini.

Kedua kali, hela napas beratnya terdengar jelas.

Pandangannya bergerak kembali. Kali ini menyusur pintu kaca geser berukuran besar di salah satu sisi dinding. Itu tembus langsung ke samping rumah. Bila pagi ini sinar matahari sudah sebanyak ini, bisa pemuda itu pastikan seseorang akan sangat bersemangat untuk menjerang cucian di tempat jemuran sana.

Kepala penuh mungkin akan lebih baik jika menghirup udara segar perbukitan, bermandi sinar matahari, pikirnya.

Dengan segera, pemuda itu bangkit, meraih pintu, dan membukanya. Hanya ingin duduk dipinggiran saja, tidak berharap untuk turun ke bawah, menginjakkan kaki di tanah. Selama itu tidak beralas, sepertinya bukan pilihan baik.

BLETAK!

Terdengar suara keras benturan. Bila dipahami lebih lanjut, itu serupa dengan dua benda keras saling beradu.

Entah apa yang terjadi. Yang pasti, sekarang ini, pemuda itu tengah mengaduh. Kepala dan badannya condong ke satu sisi sambil bergetar, serta sebuah benda terpental.

Dilihat dari sudut pantulnya, tidak salah lagi, benda itu baru saja menerjang kepalanya.

"Hey, Mizutani!"
Terdengar seseorang menghardik.
"Kenapa kamu masih di sini juga."

Dari jenis suara, itu milik perempuan. Tapi, mengira dari nadanya yang tinggi, sudah bisa dipastikan bila suasana hati perempuan itu terlihat kesal bukan main.

Perihal Mizutani.
"Ah, Yamauchi San. Selamat pagi. Kamu terlihat bersemangat sekali."

Pemuda itu, Mizutani Tohru, tersenyum lebar pada perempuan tadi. Padahal, denyut kepala masih terasa. Itu dapat terlihat saat Tohru mengusap-usap kepalanya.

Sedangkan perempuan itu, Yamauchi Aina, sudah merasa kesal setengah mati. Jika diibaratkan, uap sudah mengepul-ngepul tepat di ubun-ubun. Tidak cukup sampai itu saja. Kedua tangan perempuan itu mengepal, terlalu keras hingga terlihat bergetar. Berikutnya, dengan langkah kaki kecil-kecil karena sesuatu, Aina berjalan cepat ke arah Tohru.

"Kau, daripada melamun di sini, kenapa tidak segera bersiap!?"

"E...eh. Yamauchi San, hati-hati langkahmu. Kimono itu bisa menjerat kakimu."
Tohru melihat ada yang aneh.
"Tunggu. Yamauchi San, ada apa dengan cara berjalanmu?"

Dari Aina, Tohru dapat jelas melihat bila cara berjalan perempuan itu terpincang.

Diperhatikan lebih jauh, penyebabnya adalah, hanya satu kaki Aina yang memakai Getta.

Pandangan Tohru berkeliling, mencari. Mungkin saja sandal kayu itu ada di sekitar sini.

Dan, benar.

Benda keras itu ada, tak jauh dari Tohru berdiri. Lelaki itu terheran-heran, kenapa keberadaan Getta Aina sama persis dengan arah benda yang membentur kepalanya, tadi.

Tohru enggan berpikir lebih, karena Aina sudah berteriak, lantang.

"Jangan bilang kau mau lari...eh!"

Perempuan itu berteriak saat sudah melompat ke udara dengan tangan yang siap menghajar.

Tapi, dia memukul udara kosong.

"Yamauchi San, bukankah ini Gettamu. Kenapa bisa ada di sini?"

Pada saat yang tepat, Tohru berjalan, dan membungkuk mengambil sandal kayu Aina. Itu penyebab pukulan perempuan itu meleset.

...Mizutani. Kau."

"Ini, kuambilkan untukmu. Yamauchi San."

Aina membeku sesaat. Sudah berapa lama dia tidak merasakan ketulusan hati, seperti yang Tohru berikan. Dengan tatapan sendu, penuh kenangan masa lalu, pandanganya menerawang.

"Terima kasih, Mizutani."
Sebelum teringat sesuatu, dan menggeleng, keras.
"Tapi. Aku tidak akan tertipu dengan muslihat murahan yang kau buat untuk lari dari tanggung jawab. Sialan!"

"...eh. Yamauchi San, tu...tunggu dulu. Kenapa harus tanggung jawab. A...aduh!"

"Bicara saja, semaumu!"

Aina yang mendapatkan sandal kayunya kembali, menghantamkan benda itu ke kepala Tohru. Dengan kekuatan penuh di titik yang sama. Membuat benjolan yang sebelumnya ada, bertambah satu lagi. Menumpuk di atas.

Merasa hidupnya terancam, Tohru langsung melompat. Masuk kembali ke ruang televisi.

"...eh!"

Satu sosok membuat Tohru batal meraih kembali notebook-nya.

Strawberry MoonWhere stories live. Discover now