25. lelaki payah

6 3 0
                                    

"Hei, Bro. Serius, genre ini yang kamu pilih!?"
Satu suara menggema.

Di ruang dengan dinding kaca. Seorang pemuda dengan kulit eksotik, dan kantung mata menghitam itu mengajukan pertanyaan. Sorot matanya, tampak tak percaya. Daripada kalimat tanya, itu lebih pas disebut cibiran.

"Tentu saja."
Suara lain, menimpal.
"Apa saat ini, aku terlihat bercanda?"

Satu hal yang Tohru temukan, saat dekat dengan Aina. Ternyata seru juga, menjawab pertanyaan, dengan pertanyaan.

Sora, terdiam beberapa lama di tempatnya. Pandangannya mengarah lurus ke depan, tepat di mata Tohru. Sekali lagi, mencoba menggali informasi dari sana.

"Bukan itu maksudku."
Berkedip sesaat, Sora beralih pandang.
"Aku, hampir tak percaya, jika Otome juga di produksi Sirensoft."

Ketegangan Tohru luruh separuh.
"Itu juga yang aku rasakan, saat mencari-cari referensi di gudang."

Itu, malam kemarin, ketika sedang mencari suku cadang untuk Accelerate Rock Racing. Dan, sekarang ini, Tohru sedang mengadakan diskusi, guna menentukan genre yang tepat untuk Come Back Sirensoft.

"Begitu, ya. Terus, kenapa kita membuat sekuel, bukan judul baru?"
Sora mengetuk-ngetuk telunjuk di atas permukaan meja. Ini bagian, dimana isi kepalanya harus bekerja keras. Benar-benar menghabiskan energi terlalu banyak jika Brain Storming seperti ini. Juga sebuah fakta, bahwa dia hanya sempat tidur 2 jam, malam tadi. Tidak begitu cukup bila berbantal Keyboard PC.

"Justru, bagiku, yang membuatku terkejut kau. Bisa-bisanya tak paham tentang detail Sirensoft. Padahal, kau kerja di dalamnya."

"Bukan salahku. Siapa yang membuat Romusha ini."
Sora berdecak.
"Kerja rangkap hingga lembur tiap hari. Mengabaikan kerjaku yang lebih dari setahun, jangankan mencari info mendalam soal perusahaan ini. Waktu untuk diriku sendiri saja, hampir tak ada."

Tohru, dengan seksama, mendengar keluhan sahabatnya itu. Dalam hati dia setuju. Pekerjaannya juga rangkap. Belum termasuk harus pergi ke kampus.

Hawa menusuk dari pendingin ruangan, sama sekali tidak membuat pikiran keduanya menjadi sejuk. Ibarat adonan, mereka siap meletus karena kelebihan temperatur.

"...Jadi."
Tohru menunduk.
"Kita ambil Strawberry Moon. Atau, tidak?"

Dengan kosong, menatap permukaan meja di depannya. Dia punya alasan kuat, kenapa Otome Game semacam Strawberry Moon, sangat ingin dia buat sekuelnya.

Helaan napas berat keluar dari Sora.
"...Selain alasan sumber daya. Kenapa, Strawberry Moon, yang kau pilih?"

"Itu karena."
Tohru diam sesaat.
"Aku merasakan kesungguhan hati dari pembuatnya. Mungkin, ada beban tersendiri saat membuat sekuelnya. Bisa saja, membuat desain karakter, mengarang Hidden Path, atau membuat Rare Item, bakal menyusahkan. Tapi, dengan kesungguhan yang setara, membuat sekuel dengan Gameplay sepadan, oleh kita berdua, sepertinya mungkin."

"Terlalu yakin."
Sora menyandarkan punggung. Tangannya terlipat di depan dada.
"Apa perkataanmu barusan, punya dasar?"

"Tentu saja."
Tohru mendongak. Menatap Programer di depannya.
"Periksa di Handroid. Berapa banyak judul permainan di release, bahkan, oleh satu orang."

"Yah. Benar ucapanmu."
Sora ingat tatapan itu.
"Aku juga sering dengar kabarnya."

Itu, sorot penuh yakin yang sama, saat Tohru meminta perubahan konsep, beberapa waktu lalu. Begitu tak tergoyahkan. Mungkin, Tohru terlihat seperti lelaki payah pada umumnya.

Tapi, lelaki itu akan sangat serius bila menyangkut Game.

"Lalu, bagaimana?"
Tohru merasa gemas sendiri.
"Kau setuju. Atau, tidak!?"

Strawberry MoonWhere stories live. Discover now