24. Sudah Lewat

9 5 0
                                    

Menyusuri beberapa rak yang berjajar, sesuatu tak lazim berada di bidang pandangnya.

Di sudut tempat ini. Beberapa mesin arcade usang, berjajar begitu rapi. Memang sulit untuk dipastikan. Tapi sosok itu percaya, ada satu ruang kosong berada di tengah. Tanpa pikir panjang, dia bergegas ke sana.

"MIZUTANI!!"

"...Eh, Ya...Yamauchi. San."
Tiba-tiba Tohru sadar akan satu hal. Alisnya berkerut.
"Tunggu. Jika Yamauchi San ada di sini, berarti...!?

Seolah, kedatangan Aina ke tempatnya, seperti kejutan pada malam tahun baru. Terlalu mendadak, hingga rasanya bagai mimpi di siang hari.

"...Balapannya sudah selesai. Sialan!"
Sesuatu dalam diri Aina terasa meledak.

"Begitu."
Teringat sesuatu, tanpa melihat keadaan, Tohru hendak berdiri.
"Jam. Pukul berapa sekarang. Aduh, aku ada janji di Suzuka."

"Percuma. Lagipula aku sudah di sini."
Wajah merah Aina, menahan amarah, terlihat.
"Kumpulkan nyawamu dengan benar, Mizutani. Bangun dengan benar."

Sesaat tadi. Aina melihat Tohru tengah terlelap di futonnya.

Apa-apaan orang ini!

Tidak sadar hari ini mesti pergi ke suatu tempat, apa.

Jadi, tak perlu berpikir dua kali. Langsung saja, Aina membalik Tohru dari tempatnya berbaring. Lembar Futon, spontan terbang. Berbalik, dan langsung mengubur tubuh Tohru.

Tidak membuang kesempatan percuma, Aina melompat. Menindih, dan menduduki atas Tohru. Menggeliat untuk lolos, sepertinya sia-sia. Karena perempuan itu, seolah bisa menebak gerakkan, melakukan kuncian.

"...Ya, Yamauchi San."
Di bawah, Tohru menggeliat.
"A...aku sulit, bernapas."

Bukan berat badan Aina yang jadi masalah. Karena Tohru yakin, perempuan itu bertubuh sedang. Justru Futon inilah pembuat onarnya.

Tergulung begitu saja. Seperti membantu Aina mengurung.

"...Bohong."

".........!?"

"...Kau bohong padaku. MIZUTANI!"
Aina menegakkan tubuh.
"Beraninya, KAU!"

Tidak bisa!

Aina tak bisa menahan lebih dari ini. Sesuatu yang sesak di dalam dadanya, meronta minta dilepaskan. Terlalu sakit untuk sekedar didiamkan.

Apa percaya pada orang lain, bisa seperih ini.

Harusnya, dia menolak saja pernikahan ini. Mestinya, perasaan ini bukan untuk dititipkan pada orang lain.

Harusnya!

Mestinya!

Aina balik badan. Bergegas melangkah meninggal ruangan sekat ini. Ukurannya yang sempit, menghimpit. Menekan perempuan itu hingga terjepit.

Mizutani!

Berlari meninggalkan, mati-matian Aina menekan perasaan. Dia sudah tidak ingin berbalik kembali. Bahkan niatnya tidak berubah, meski Tohru memanggilnnya.

Sialan!

Jika bukan masalah seperti ini, Aina sanggup membuat orang menjadi dendeng. Andai saja Tohru adalah orang-orang di timnya, perempuan itu tak akan segan mengepalkan tangan, meninju hingga selembut abon.

...!?

Namun, beberapa menit setelah sumpah serapah Aina lontarkan dalam hati. Dia membeku.

Menyusup di telinga sesuatu yang penuh kenangan. Dia, tidak akan pernah akan lupa dengan ini. Seketika, sekujur tubuhnya bergetar.

Strawberry MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang