27. melangkah keluar

7 5 0
                                    

"Jaga bicaramu. Sirensoft butuh banyak suntikan."
Aina berdiri dari tempatnya.
"Gajiku sebagai pembalap, adalah yang terbesar. Juga uang yang menyangga Sirensoft. Lebih baik, suruh Si Gracia itu buat Game. Bukan jual Engine!!"

Kursi Aina terlempar ke belakang. Beberapa saat sebelum berdebam. Gema yang langsung merambat, memenuhi ruangan. Menambah ketegangan bertambah berkali lipat.

Yukako tidak bisa berkata apa-apa lagi. Semua menyangkut Sirensoft menekan kembali sesuatu di dalam dada. Sungguh menyakitkan tak bisa menjaga sesuatu yang berharga.

Andai saja, aku bisa!

Derap langkah kaki mendekat dari belakang. Begitu terburu-buru, hingga tiba dalam sekejap.

"Kalian bertiga."
Tohru, setelah melihat apa yang terjadi, kaku di tempat.
"Apa, baik-baik...saja?"

Ketiganya terdiam. Aina yang datang lebih dulu, menghampiri Tohru, setelah menata emosi.

"...Aku pergi, Mizu Kun. Sampai jumpa lagi, akhir musim gugur nanti."
Awalnya, perempuan itu siap beranjak. Namun, batal, karena teringat sesuatu.
"Ini. Keycard kamarku. Masuk, bukan untuk bersih-bersih. Tapi pikirkan segala cara menghidupkan Accelerate Rock Racing, lagi."

Mengambil dari salah satu saku, untuk menyerahkan kartu tipis itu pada Tohru.

Tubuh keduanya mendekat.

Lebih dekat lagi!

Saat Aina, entah kenapa, bergerak maju. Mencekal belakang leher Tohru pula, untuk ditarik.

"...!?"

Lelaki itu terkesiap. Bukan karena daya tarik yang tiba-tiba. Melainkan, pipi kanannya yang terbentur sesuatu yang lembut, kenyal, dan hangat.

Aina menciumnya!

Perempuan tersebut, berbalik segera. Melangkah keluar dari Lab Yukako. Senyum tipisnya menyebar, tanpa ada yang tahu. Termasuk tebaran debar jantung yang menyenangkan dalam rongga dada.

Menyisakan Tohru, Sumire, dan Yukako, yang mendadak jadi patung, karena kejadian barusan.

Tohru yang mengerjab, bergerak lebih dulu. Sedang Sumire, maupun Yukako, masih di tempatnya masing-masing. Merutuk apa yang telah terjadi.

Dasar, Aina!

Sejak kapan mereka berdua kecolongan start.

Tohru, memungut kursi yang terhempas di lantai, akibat ulah Aina. Lelaki itu sedikit lega, perempuan itu, membawa roti karinya, ikut serta. Paling tidak, Aina masih bisa mengisi perut.

"...Yo...Yoshida, San. Mau kemana?"

Sumire yang bangkit kemudian, beranjak hendak keluar. Langkahnya terhenti, bersama Tohru bertanya.

"...Bekerja. Aku bukan pengangguran."
Terasa penuh penekanan, meski ditanggapi dengan nada datar. Sama datarnya dengan tatapan Perempuan itu, yang hanya melirik, setelah menoleh ke belakang. Sedikit.

"............"

Dalam keheningan, mereka mengiringi lenyapnya Sumire di balik pintu.

"Baiklah."
Membuka Smoothies pemberian Tohru, Yukako meneguk beberapa kali.
"Ara ~ ara. Strawberry memang yang terbaik."

Dengan raut mendamba semacam itu. Sikap yang selalu Yukako tampilkan, berapakalipun, buah merah berbintik itu, masuk mulutnya. Tohru, perhatikan itu, saat di Nakaoyama.

"Syukurlah. Kalau Sensei senang."

Perhatian Yukako beralih ke Tohru. Dia berdiri setelahnya, berjalan mendekat. Melakukan kebiasaannya tiap pagi.

Strawberry MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang