48. Sendu Menggigit

3 1 0
                                    

"Eh! Kenapa bertanya padaku. Toh Chan tanyakan sendiri saja padanya."

"I...itu."
Sambil merasakan keringat dingin mengalir membayangkan dirinya bisa berakhir menjadi Sashimi atau, Shabu-Shabu bila hal barusan Tohru utarakan pada Hinako, lelaki itu memberi alasan.
"Karena saat ini, hanya Sensei yang ada di depanku."

"Tetap saja."
Yukako memain-mainkan minuman kemasan di atas meja, yang batal ditenggak.
"Aku tidak mau."

"Kalau begitu. Bagaimana dengan Sensei?"

"...Eh!?"

Yukako terperanjat dengan pernyataan barusan, keringat dinginnya mengalir, seolah baru saja ketahuan mencontek saat ulangan dan, sekarang sedang disidang oleh guru BP. Mendengar sergahan cepat Tohru.

"Tidak wajar Sensei, seseorang meninggalkan semua fasilitas dan, kemewahan ini, hanya untuk memilih hidup apa adanya di Greenhouse kampus."
Meski gerak tubuhnya canggung tetapi, tatapan Tohru terlihat yakin.
"Akan ada kejadian dan, penjelasan luar biasa untuk itu semua bukan, Kurosaka Sensei?"

Yukako, yang sejak awal percakapan selalu menatap lawan bicara, kini tidak lagi yakin soal itu. Pandangannya beralih, tidak tentu arah.
"Itu. Akan jadi kisah yang panjang, Toh Chan."

"Telingaku juga masih sanggup mendengar, selama apapun itu, Sensei."

"Tapi, aku yakin, cerita ini akan mengubah pandanganmu padaku."

"Mana bisa diputuskan seperti itu bila Sensei saja belum cerita."

Yah, benar. Yukako tidak bisa terus!-menerus menghindar. Akan ada saat, di mana dia harus mengutarakan hal yang sebenarnya pada lelaki di depannya dan, saat itu adalah, sekarang.

Hembusan angin di lantai 22 dan, jingga senja yang mulai bergerak meninggalkan cakrawala membuat suasana sendu kian menggigit. Terlalu menggigit hingga, tarikan napas dalam-dalam yang Yukako lakukan, malah membuat rongga dadanya semakin sesak.

"Kamar ini adalah, tempat tinggalku bersama kedua orang tuaku."
Perempuan itu mulai berkisah.
"Dan, di usiaku ke 19 tahun, aku mulai menjalankan Sirensoft."

"....."

"Tentu saja, untuk mengemban tanggung jawab menjadi Komisaris dan, CEO, usia itu terlalu muda."

Di tempatnya, Tohru diam mendengarkan.

Sedangkan, dosen cantik di depannya terlihat tidak nyaman di tempatnya.
"10 tahun lalu, cuma aku yang paling dewasa di sini. Aina dan, Sumire masih SMA di usia 15 tahun. Sedangkan, Hinako, yang termuda di antara kami, berusia 11, SMP kala itu. Tidak mungkin ketiganya melakukan tugas berat semacam itu."

Alis Tohru bertaut mendengar penjelasan barusan. Ada sesuatu yang ganjil dari ini semua namun, dia masih menunggu Yukako selesai.

"Rasanya, kami berempat terikat oleh benang takdir kutukan yang sama dan, tidak tahu cara mengurainya.

"....."

"Semua aktivitas di Sirensoft kulakukan bersama studiku yang terus berlanjut di Universitas. Fakultas Agrikultur jurusan pengembangan strawberry, sama persis sepertimu."

"Jangan bilang, Sensei tertarik ke sana karena terinspirasi permainan Strawberry Moon. Seperti Sumi Hime yang menyukai sesuatu seperti negeri dongeng dan, Hina San yang kemudian mendalami dunia memasak."

Yukako tertawa ringan di tempatnya.
"Kau benar, Toh Chan. Kenyataannya game buatan Sirensoft itu memang menginspirasi banyak anak gadis di dunia ini."

Generasi pertama Strawberry Moon. Permainan Dating Simulation salah satu yang pertama dan, terlaris saat itu. Protagonisnya adalah, pemuda kampung yang harus berjuang mendapatkan salah satu dari empat heroine yang ada.

Perjuangan adalah, kata kuncinya. Mendapatkan cucu perempuan Walikota yang suka Wine atau, Perawat cantik di Rumah Sakit yang selalu memperhatikan keseimbangan nutrisi. Gadis penjaga perpustakaan yang tahu banyak hal juga, anak perempuan pemilik penginapan yang selalu menyapa ramah semua orang. Dengan latar belakang eropa abad pertengahan, kesulitan zaman feodal terlihat kuat bersama balutan kostum penuh renda. Mungkin, ini yang jadi inspirasi Sumire.

Banyak unsur yang disuntikkan dalam permainan ini. Selain Farming, Cook dan, Daily Life Simulation. Mencari spot-spot kesukaan perempuan incaran, resep-resep masakan favorit selain, mengembangkan ladang warisan kakek tercinta.

Puncaknya adalah, Strawberry Moon. Resep hidangan legendaris. Dibuat saat purnama penuh untuk anak gadis yang paling disukai. Berbahan baku Strawberry grade SSS dan, susu sapi segar grade Golden. Dengan asumsi tidak ada anak gadis mampu menolak strawberry hidangan ini adalah, item legendaris. Bisa jadi Hinako dan, Yukako menyukai bagian ini.

Sayangnya, realita tidak seindah itu.

"Akan tetapi, semakin lama aku memimpin Sirensoft, bukannya kian baik, keadaan perusahaan malah turun bertahap. Dengan kemampuanku yang, pas-pasan dan, tidak tahu sama sekali cara mengurus perusahaan, hasil seperti itu memang mudah ditebak."
Remasan jemari Yukako pada botol minuman kemasan di atas meja, mengerat.
"Sumi yang paham kondisiku saat itu. Dia nekat ikut balap liar dan, membuat uang hasil taruhan jadi dana segar perusahaan."

Kini, Tohru tahu dari mana kemampuan mengemudi seliar itu dan, sebab logis, kenapa cuma mobil Sumire yang berkapasitas besar.

"Aku yang tidak ingin dia bertaruh nyawa seperti itu memberinya saran untuk membantuku dalam bentuk lain. Menjadi akuntan, menunjukkan padaku di mana letak kebocorannya atau, sesuatu semacam itu. Tapi, belum juga terlaksana, sesuatu pecah antara Sumi dan, Aina. Kedekatan mereka yang mirip saudara kembar taruhannya."

Yukako menarik napas panjang. Ingin mengenyahkan sesak dalam paru-paru meski, hasilnya sama saja.
"Entah tahu darimana, Aina begitu meledak-ledak dan, seketika ingin jadi pembalap juga. Aku hanya bisa menyarankan ikut balapan resmi tapi, jelas Sumire menentang habis-habisan. Dengan sifat tempramen itu, sama saja bunuh diri, katanya."

Tidak ada keputusan tepat berasal dari amarah, apalagi berada dalam adu kecepatan tinggi. Tapi, menurut Tohru, Aina tetap bisa berpikir dingin di lintasan meski, sumbunya mudah tersulut bila di luar sirkuit.

Terbukti, Sebastian sampai frustrasi menghadapi gaya balap istrinya.

Yang lebih menarik lagi justru kedekatan Sumire dan, Aina yang luput dari perkiraan Tohru. Sumire mencemaskan keselamatan Aina padahal, dia sendiri bertaruh nyawa di lintasan balap liar. Sedangkan Aina, memilih agar dia saja yang berkorban, menggantikan Sumire.

Andai saja hal ini cuma sesederhana salah pilih menu di restauran mungkin, akan terasa begitu manis.

"...Semua bertahan untuk Hinako yang paling kecil tapi, aku yang sudah sampai pada batasnya."
Lapisan bening perlahan melapis mata Yukako.
"Kuhancurkan harapannya yang menjadikanku idolanya dengan, ...dengan, meninggalkan Sirensoft, begitu saja. Aku, akulah yang membuat Hina Chan tidak mudah menerima seseorang di dekatnya."

Detik berikutnya, Yukako tertunduk. Baru saja, perempuan itu sepertinya, telah melepas dan, melempar keras-keras ganjalan besar di hatinya, pada Tohru.

Bahunya bergetar hebat!

Tidak tega melihatnya, Tohru sebisa mungkin membuat perempuan di depannya tenang.

Tapi, dengan lelehan air mata dan, gelengan kepala, Yukako berucap.
"Belum semuanya, Toh Chan. Bagian di mana caramu memandangku akan berbeda, baru saja akan dimulai. Apa kau benar-benar berpikir, menjadi Game Tester, mendapat beasiswa semudah itu dan, menikahi empat perempuan sekaligus, hanya kebetulan semata?"

***

Strawberry MoonWhere stories live. Discover now