13. Kebun Strawberry

8 7 0
                                    

Di tempatnya, Tohru tak berkutik. Badannya sulit untuk diajak kerja sama. Tangannya sejak tadi tidak lepas dari memegang perut.

"Kau, baik-baik saja. Toh Chan?"

Sekuatnya, Tohru mengangguk saat Yukako bertanya. Dia benar-benar tidak ingin membuat cemas salah satu istrinya.

Yah, ini hari pertamanya setelah menikah.

Senyum yang dipaksakan malah membuat Yukako bisa melihat jelas rona pucat kebiruan pada wajah Tohru.

"Aku, baik-baik saja. Sen...HOOEK!"

Perutnya terasa diaduk. Mati-matian ditahan juga percuma. Semua malah membuat pucatnya kian berlipat. Segera saja pemuda itu berbalik badan, dan mengeluarkan isi perut yang sudah tidak ada apa-apanya.

Semua sudah terkuras habis. Yukako, entah untuk yang keberapa kali, membantu Tohru dengan telaten. Beberapa lembar tissue dia serahkan, untuk membersihkan mulut.

Biasanya dia tahan. Tapi melihat keadaan Tohru seperti ini, perempuan itu harus bicara.

"Aina. Kamu ini benar-benar keterlaluan."

Aina sendiri, berdiri dengan sedikit jarak dari keduanya, tengah memejamkan mata.
"Kamu terlalu memanjakan Mizutani. Yuka."

"Bukan itu maksudku. Drifting-mu itu yang tak kenal situasi."

"Ayolah, Yuka. Seri Suzuka bakal diadakan pekan depan. Aku butuh pemanasan."
Aina menarik napas. Mengisi seluruh rongga dadanya dengan udara segar. Sebelum berbalik, melihat Yukako.
"Memang Mizutani saja yang lemah."

Yukako sekali lagi menyerahkan tissue pada Tohru.
"Kamu tidak bisa bilang begitu. Orang awam mana yang bisa tahan dengan kecepatan 120 kilometer per jam saat menikung. Di lereng gunung pula."

"Coba lihat di sana. Ayah terlihat baik-baik saja, kan. Padahal beliau juga orang awam."
Aina berjalan mendekat. Telunjuknya menuju ke satu titik.

Di sana, lelaki berumur, tengah memulai aktivitas hariannya. Ayah Tohru tidak tahu, jika pergerakannya menjadi perhatian kedua menantunya.

"Yah, karena kita tidak terlalu paham masa lalu beliau. Anggap saja Ayah orang awam."

"Betul, kan kataku. Eh, Yukako. Kau mau kemana! Bagaimana dengan Mizutani ini!?"

Yukako bangkit tanpa kata sebelumnya. Perempuan itu benar-benar membuat Tohru berdua saja dengan Aina. Bukannya perempuan itu juga salah satu istri Tohru. Jadi wajar mengurus lelaki itu juga.

Paling tidak, sampai mabuk kendaraannya selesai. Lagi pula, ada hal penting yang harus dia urus bersama Mizutani Junji. Ayah mertuanya.

"Ah, Yuka Chan. Akhirnya kamu kemari juga."
Sambutan hangat langsung diterima.

Saat Yukako membuka pintu.
"Itu karena urusanku di luar sana sudah selesai. Tidak. Lebih tepatnya, kuserahkan pada pihak lain."

Ayah Tohru melihat keluar sebentar. Sebelum kembali pada aktivitas awal, dan mengangguk-angguk.
"Tohru sepertinya tidak kesulitan menghadapi kalian. Yah, semoga ini tindakan terbaik."

"Terima kasih. Ayah."
Yukako, tanpa sadar melirihkan suara.

Dia tahu benar efek atas tindakannya. Berbekal kenekatan yang cukup. Dia membawa tiga perempuan lainnya datang ke rumah Mizutani, beberapa jam sebelum Tohru sampai. Dan meminta dinikahkan dengan anak lelaki mereka.

Terlalu beresiko. Bahkan, tindak lanjut jika ditolak pun tidak disiapkan.

Tapi, bagi Yukako. Tidak ada pilihan yang dia punya, selain Tohru. Lupakan soal cinta. Ini tentang keberadaan Sirensoft, dan empat komisarisnya.

Strawberry MoonOnde histórias criam vida. Descubra agora