8. Vending Mesin

14 12 0
                                    

Tohru berdiri, menunggu pintu lift terbuka. Saat tersadar, tidak seperti di lantai dasar yang hanya punya satu lift, di basement ada dua lift bersisihan. Namun, lift yang satu lagi, terdapat tanda silang besar berwarna merah, tampak kasar dan kusam dengan tulisan....

BEWARE!!!

Tohru tidak memperhatikan lebih lanjut karena pintu lift terbuka. Dia harus bergegas ke Kyodai, Kyoto Daigu, atau Universitas Kyoto. Ada profesor besar yang memberinya rekomendasi beasiswa.

"Selamat siang. Ada yang bisa dibantu?"
Seorang gadis loket menyapa ramah dalam balutan seragam kerja.

Tohru tiba di halte bus setelah, setelah berpamitan dengan Resepsionis Sirensoft.

"Selamat siang. Jika ingin ke Kyodai, jalur mana yang harus dinaiki?"

Mendekat ke arah kaca loket, Tohru terlihat ingin mendapatkan informasi. Sebenarnya, hal seperti ini bisa dengan mudah dia dapatkan di internet. Tapi, perlunya waktu untuk beerhenti sejenak guna berselancar, rasanya waktu akan semakin habis terkikis. Apalagi ini sudah menjelang tengah hari.

"Baik. Silakan tunggu beberapa saat."
Gadis loket mengakses komputernya.
"Jika Kampus Uji, silakan naik jalur 40 ke arah selatan."

Tohru mengangguk paham, sebelum menyadari sesuatu mengganjal benaknya.
"Apa ada kampus lain yang dimiliki Kyodai?"

"Benar. Itu Kampus Yoshida.."

"Untuk ke sana, jalur apa yang harus dinaiki?"

Gadis loket tersebut tampak diam, berpikir. Sebelum kembali tersenyum ramah.
"Tidak perlu naik bus. Kampus Yoshida sangat dekat, tinggal menyeberangi Jembatan Kamogawa saja. Kabarnya itu kampus pusat administrasi juga. Jika melihat menara di sana, itu menara Kampus Yoshida."

Tohru melihat arah tunjuk gadis loket tersebut. Memang benar, ada bangunan menjulang di sebelah sana. Dari jarak yang Tohru perkiraan, tempat itu, kira-kira 300 meter jauhnya.

Merasa mendapat informasi yang cukup, Tohru undur diri. Mencari tempat duduk paling dekat, pemuda tersebut menepi.

Halte kota, beda sekali dengan halte bus di desanya. Bukan mengenai perbedaan fasilitas, tapi perihal mereka yang lalu lalang, menggunakan jasa transportasi massal ini.

Namun, yang paling khas dari pemandangan Kyoto adalah, terlihat wajarnya budaya etnis, dan modern berpadu. Termasuk Gadis Geisha yang tengah berhadapan dengan Vending Machine sebelah sana.

Tunggu!

Tohru sadar sesuatu. Sejak keluar stasiun, hingga masuk halte ini, belum ada satu makanan pun yang mampir ke mulutnya, mengganjal perut. Itu lebih diperkuat lagi dengan suara perutnya yang meronta.

Namun, pemuda itu harus cepat. Jadi, dia memilih vending makanan, yang juga Vending yang dipilih Geisha tadi.

Dilihat dari motif kimono, sepertinya itu mirip dengan Geisha yang kaleng minumannya menggelinding di halte dekat stasiun.

Dia melompat-lompat untuk meraih tombol, makanan pilihannya. Entah, letak tombol pilihan makanan itu yang tinggi, atau postur Gadis Geisha itu yang terlewat mungil, tapi jika begini terus, maka waktunya bakal habis.

Tohru tak punya pilihan lain. Pemuda itu bergerak maju.

"...Eh!"

Walau suara protes terdengar dari Geisha tadi, Tohru tetap saja menekan tombol pilihan makanan. Suara berdenting terdengar setelahnya, menandakan makanan yang dipilih sudah bisa diambil.

"Silahkan diambil."

Tohru berbalik, menghadap Geisha tersebut.

"Itu makananmu."

Strawberry MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang