12. Todongan Pisau

13 8 0
                                    

Sejak tadi wanita ini sangat irit bicara. Namun, sarannya kali ini bisa jadi angin segar bagi Tohru. Tidak seperti saran kejam sebelumnya.

"HEH. Yukiona! Kira-kira kalau berpendapat."
Aina memotong, cepat.
"Bagaimana kalau dia melarikan diri!?"

"...barbar, dan bodoh. Seperti biasa!"

"Apa katamu. Yukiona! Dengar ini. Jika bukan karenamu, Sirensoft tidak akan seperti ini, tahu."

"Lebih baik."
Sumi mulai terpancing.
"Ketimbang cuma bisa ngebut tak jelas di sirkuit."

"...Kau. Yukiona!"

"...perempuan barbar!"

"Sudah! Cukup sampai di situ, kalian berdua."
Perempuan bernama Hina menengahi dengan jengah.
"Benar kata Sumi. Lepas saja lelaki itu, dan rampas kunci akses lift. Satu lagi. Jangan bawa urusan Sirensoft di sini. Ok."

"Lalu, kalau bajingan ini lari?"

"Lempar saja keluar."
Sumi telah kembali ke mode dingin.

Tunggu!

Jika ini lantai 21, apa berarti Tohru harus terjun bebas. Membayangkan saja membuat Tohru sulit membasahi kerongkongannya.

Jadi. Nii~San. Apa yang ingin kau ceritakan?"

"...Eto."

Setelah dilepas, dan didudukkan di bawah todongan pisau, Tohru mulai bercerita. Bahwa dia adalah game tester, merangkap security, cleaning service, dan office boy Sirensoft. Umumnya, orang akan bersimpati atas kerja rangkap tak masuk akal ini. Tapi, mendengar itu semua, tak ada perubahan dari ekspresi wajah tiga perempuan itu.

"Masih ada yang lain. Nii~San?"

"Tidak. Kecuali."
Tohru mengambil jeda. Dia menimbang sesuatu.
"Saya juga mahasiswa Kyodai, jurusan pengembangan strawberry."

Mendengar penjelasan terakhir, Hina tampak berbeda. Wajahnya menegang, dan genggaman pada pisaunya mengerat. Bahkan, sadar, atau tidak, ujung tajam bilah itu menekan leher Tohru lebih dalam.

"...dia."
Desisnya.

Perempuan berpita besar itu kembali terkendali saat Sumi memegang bahunya. Hina menoleh ke sana, dan mendapati Sumi menarik setengah ujung bibirnya.

Walau sulit dikatakan senyum, tapi ini ekspresi pertama wanita datar tersebut.

Sebelum dia pergi ke suatu tempat, dan suara sirine, beserta kedipan lampu menjadi normal.

"Baiklah. Baiklah."
Aina angkat bicara setelah hening beberapa saat.
"Aku akan meminta, orang itu, datang kemari. Kalau, dia, sepertinya bakal punya cerita."

Sumi kembali. Tapi terlihat kurang senang dengan usul Aina.
"Perempuan barbar. Lihatlah kondisi."

"Tidak. Aku tidak apa-apa. Sumi"

Tohru benar-benar tidak paham. Apa yang sebenarnya terjadi di sini. Ada apa dengan tiga perempuan ini. Siapa yang Aina maksud dengan, orang itu?

Menit demi menit berlalu, setelah Aina menghubungi seseorang. Tohru masih duduk di tempatnya di bawah todongan pisau Hina. Ketiga perempuan tersebut juga tidak berusaha bercakap satu sama lain. Semuanya jatuh dalam hening, sampai suara denting lift terdengar, dan seseorang keluar dari dalam bilik persegi itu.

"...!?"
Tohru terkesiap di tempat.

Orang tersebut baru saja dia temui sore ini. Tapi, kenapa bisa kemari. Terlebih lagi, apa hubungan orang itu, dengan perempuan-perempuan ini?

Strawberry MoonWhere stories live. Discover now