26. Dia Manis

6 4 0
                                    

Merasakan tangan yang basah, Tohru juga sadar bila semua gerakannya kelewat kaku. Keringat dingin mengalir di dahi, ketika terputar diingatan, cara Aina mengambil kemudi di Nakaoyama. Sampai-sampai terasa ada paku yang menusuk, ketika duduk di jog empuk penumpang.

Aina mengulum senyum ketika menjalankan kendaraan roda empatnya, keluar Basement. Benaknya tergelitik. Sikap Tohru pagi ini, benar-benar menghibur. Lumayan juga.

Membawa mobil dengan kecepatan wajar, Aina menyusur Jembatan Kamogawa untuk tiba di Kawasan Gyon. Semua persimpangan tertata rapi di tiap blok. Tersistem kotak-kotak mirip papan Igo.

"Cukup ramai juga, tempat ini."
Aina bergumam melihat keadaan sekitar.

Tohru juga menatap hal sama.
"Mau bagaimana lagi. Semua bersiap untuk Matsuri."

"Begitu. Pantas saja."
Aina mengangguk-angguk. Dia menginjak pedal rem saat lampu lalu lintas menyala merah.
"Tapi, kenapa aku tak pernah sadar hal itu."

"Mungkin, karena Ai San terlalu sibuk di lintasan."
Tohru memperbaiki posisi duduknya, dengan kaku.
"Hingga tidak memperhatikan sesuatu di luar balapan."

"Ya. Mungkin saja."
Aina kembali melaju ketika lampu menyala hijau. Jalannya masih wajar, namun satu hal menggelitik benaknya.
"Rileks, Mizukun. Aku tidak akan Drift di sini."

"...Eh!?"
Tepat sasaran. Saat Tohru gemetar sambil mencengkeram sabuk pengaman, erat.
"Apa terlalu jelas?"

"Tentu saja."
Kemudi Aina putar saat berbelok arah.
"Sejak awal, aku tidak bisa Drift di sini. Karena, pertama, percepatan mobil ini otomatis. Kedua, penggerak mesin ada di roda depan."

"...Syukurlah."

Tohru bernapas lega. Ketegangannya juga luruh seketika.

Meski tak lama.

"Mizu Kun. Sepertinya kita tersesat."

Tak ada cara lain. Tohru harus menuntun Aina, meski harus lewat jalur bus yang dia hapal.

Beberapa menit, dan mobil Aina sudah terparkir di Kyodai. Keduanya menyusuri pedestrial saat turun. Sambutan langsung diterima dengan gemerisik dedaunan, serta sengat mentari merayap siang.

"Ai San. Apa bisa kita mampir sebentar?"

"...!? Kemana?"
Aina penasaran.

"Ke, vending itu."
Tohru menunjuk jajaran mesin tersebut di samping bangunan.
"Aku perlu, makan pagi."

Aina mengangguk, dan menunggu di tempat. Beberapa saat, sebelum Tohru kembali.

"Ini. Silakan, Ai San."
Satu kantong plastik ukuran sedang Tohru serahkan.

Menyambut, Aina melihat isinya.
"Apa ini?"

"Roti kari, dan Lemon Honey. Maaf, tak ada nasi di sini."
Tohru menjawab seadanya, karena dia sudah mengambil sekerat roti kedalam mulut.

Aina. Seperti tersambar petir, diam ditempat. Kepalanya berputar mengingat, sejak kapan Tohru tahu makanan kesukaannya.

Benar-benar, lelaki ini!

Aina tidak lanjut memeriksa. Dia memilih melenggang saja, meninggalkan Tohru. Pedestrial yang luas. Juga dengan pohon yang menjulang. Meski tak mampu menampung denyut jantung Aina, yang seolah punya kembaran di mana-mana.

Mizu Kun, sialan!

Satu blok berjalan, mereka sampai ke Lab Yukako. Tohru maju lebih dahulu, bermaksud membuka pintu.

Sebelum sesuatu yang mengejutkan terlihat di depan.
"...Yo...Yoshida, San."

Tak hanya Tohru. Baik Sumire, bahkan Aina, juga terkesiap. Keduanya saling melempar pandang, sebelum berakhir pada Tohru.

Strawberry MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang