9. Siluet Senja

24 13 0
                                    

Mata perempuan itu terbuka lebar. Mulutnya dia tutup, tak percaya.
"Ti...tidak mungkin. Kau akhirnya. Akhirnya datang juga dari Nakaoyama!"

"...eh. Itu benar."

Tohru benar-benar tak paham suasana, kenapa perempuan di depannya terlihat kaget melihatnya. Sampai perempuan itu memperkenalkan diri.

"Jika yang kamu cari adalah Profesor Kurosaka Yukako, itu adalah aku. Sekali lagi, maaf karena membantingmu tadi. Itu reflek."

Menyadari, siapa wanita di depannya, Tohru bangkit, dan buru-buru membungkuk.
"Maaf, Kurosaka Sensei. Saya tidak bermaksud kurang ajar."

Melihat keadaan Yukako yang tetap bugar, Tohru sulit menebak, apakah perempuan tersebut masih dibawah pengaruh alkohol, atau tidak. Yang jelas, jangan dekati wanita itu saat tertidur dalam kondisi mabuk, atau bakal berakhir terbanting di lantai.

"Tidak perlu."
Yukako mengibaskan tangan.
"Jangan formal seperti itu. Ah, iya. Karena kamu sudah sampai kemari, bagaimana jika kita berkeliling?"

Tohru mengangguk, tanda setuju. Sebelum, teringat sesuatu.
"Tapi. Sensei. Apakah baik-baik saja tidak melihat surat rekomendasi beasiswa itu."

Seolah tidak terlalu penting, Yukako mengabaikan perkataan Tohru, dan memilih menarik tangan pemuda tersebut untuk ikut dengannya.

Ternyata Ruangan Yukako sangat luas. Tidak hanya ruang kerja tadi. Ini juga terintegrasi dengan ruang steril untuk rekayasa genetika, kultur jaringan, kultifasi, serta ruang pendingin. Bisa dikatakan, semua fasilitas ini terlalu lengkap untuk riset.

Yukako membuka pintu.
"...dan, ini. Greenhouse pembiakan."

"...!"

Tohru sulit berkata-kata. Di lantai dua, setelah keluar dari lantai satu, dan naik crane, keduanya tiba.

Ini, terlalu canggih, dan moderen. Semua digerakkan dengan sensor. Pengatur suhu, kelembaban, intensitas cahaya, bahkan kebutuhan nutrisi tanaman. Jika diumpamakan, Strawberry adalah raja di sini.

"Kau suka, Toh Chan?"

Tohru masih menatap lekat hamparan strawberry yang tertata rapi di depannya.
"...he...hebat. Kurosaka Sensei yang melakukan ini semua?"

"Tentu saja. Aku hebat, bukan."
Ucapan Yukako berlanjut setelah jeda singkat.
"Hei, Toh Chan. Sudah kubilang, jangan formal."

Baru sadar, Tohru berpaling ke arah Yukako. Sejak kapan dia dipanggil, Toh Chan.

"Lalu, aku harus memanggil Sensei bagaimana?"

Yukako menggedikkan bahu.
"Tidak tahu. Terserah Toh Chan saja. Mungkin Yuka Chan, atau...Darling."

Suara desis semprotan air di beberapa tempat, menambah keadaan lembab tanaman. Itu menjadi suara latar saat Tohru berpikir, tidak mungkin dia memanggil Yukako dengan sedekat itu. Bagaimanapun juga, wanita tersebut adalah seseorang yang memberi rekomendasi beasiswa.

"Sensei. Permintaan i...itu agak...."

"Baiklah. Baiklah. Terserah Toh Chan saja."

Yukako berlalu begitu saja, tanpa kata. Meninggalkan Tohru yang berkeringat dingin menghadapi permintaan dosen walinya. Perempuan itu memeriksa satu demi satu tanaman strawberrynya, dengan telaten. Tohru mengikuti.

Senja hari memang waktu untuk mengawasi tumbuh kembang tanaman itu. Memperhatikan, Tohru mulai melaksanakan arahan Yukako.

"Oh, iya Toh Chan. Kenapa tiba kemari sesore ini?"

"Itu karena..."
Tohru tersenyum lebar saat menjelaskan. Awalnya, dia berangkat ke Kampus Yoshida. Setelah bertemu bagian administrasi, pemuda itu baru tahu bila dia salah kampus. Apalagi, dalam surat rekomendasi, Tohru tidak mendapat kejelasan harus ke kampus mana.

Strawberry MoonWhere stories live. Discover now