50. Membagi Rasa

7 1 0
                                    

Semakin lama dia di sini, semakin sulit keputusan itu terlaksana. Menuju pintu keluar, napas Tohru terhela.

Berat!

"......!?"

Tiba-tiba, sesuatu Tohru rasa menghantam punggungnya. Andai tidak segera sigap, sudah pasti dahinya terbentur pintu.

Padahal, harusnya lelaki itu mendengar langkah orang mendekat. Efek melamun bisa semerepotkan ini.

Apalagi dengan isak kuat dan, racauan, Toh Chan, Toh Chan, yang tak putus didengungkan itu. Memaksa Tohru untuk balik badan.

Lelaki itu membiarkan Yukako mendekap erat pinggangnya, menangis di dadanya, meski Tohru tak membalas. Baik ucapan atau, tindakan.

Sampai....

Sesuatu yang lembut dan, dingin, menyentuh bibirnya.

Hal yang membuat Tohru terperanjat. Sangat tidak percaya Yukako melakukan ini.

Menciumnya!

"...Sen...Sensei!?"
Tohru terbata.

Sesaat setelah Yukako melepaskan diri.
"Aku sudah janji padamu, kan. Akan menciummu saat kita masuk kamarku."

Janji yang tidak mengubah apapun.

Tohru tetap keluar kamar dan, Yukako. Jatuh terduduk dengan suara tangis terkuatnya, menghadap daun pintu yang tidak akan terbuka lagi.

Keluar dari lift saat turun ke basement, Tohru masuk ke kamarnya di gudang, membereskan barangnya ke dalam ransel besar. Tas punggung yang menemani perjalanannya pergi meninggalkan desanya.

Ketika barang terakhir hendak digapai, Tohru tertegun menatap lembar kertas tersebut.

Surat kontrak!

Kertas yang telah menjungkirbalikkan hidupnya.

Dari keterangan Yukako, masih ada keterangan tersembunyi dari surat tersebut yang hanya bisa dibaca dengan cara khusus.

Mestinya, dia mendengar saran Sora untuk tidak asal kasih tanda tangan.

Dan, penyesalan yang jadi hasil akhirnya.

Teringat dengan sahabat yang dikenalnya dari permainan daring, Tohru segera memasukkan berkas kertas itu ke tas ranselnya, sebelum melesat ke lantai 20.

Menyapa sambil lalu Resepsionis, lelaki itu masuk dalam ruang persegi. Yang akan membawanya ke lantai Sora berada.

Lift berdenting.

Setelah itu, Tohru keluar. Melintas di koridor beberapa langkah, lelaki tersebut sampai di depan pintu berkaca buram divisi produksi, tempat kerja Sora.

"...Syukurlah, Bro!"
Sora meluruskan wajahnya yang kusut begitu tahu siapa yang datang.
"Akhirnya kau sampai juga kemari."

Alis Tohru bertaut melihat penampilan sahabatnya yang kacau. Meski Sora sudah terlihat amburadul dengan cekung mata, seperti belum menyentuh kasur lima ratus tahun, yang biasa namun, saat ini bertambah berkali lipat.

"Kau!?"
Yang Tohru sendiri tidak paham sebabnya.
"Apa yang terjadi?"

Kembali menatap Tohru setelah menyerah dengan apa yang dikerjakan, Sora menggeleng lemah, sebelum dia menghempas tubuhnya di tempat duduk terdekat.

Tapi, meleset!

Hanya sebagian kecil pantatnya yang berhasil mengait pinggiran kursi dan, tidak dengan lainnya.

Sora terhempas dalam keadaan terduduk, cukup keras. Terbukti, lelaki itu meringis sambil menggosok pantat. Bahkan, berjalan sedikit berjingkat saat mendekati Tohru, yang ikut merasakan nyerinya meski, bukan dialami sendiri.

Strawberry MoonWhere stories live. Discover now