Blue Star 2/1

287 27 3
                                    

"Uncle Off!"

Seorang gadis kecil dengan rambut hitam lebat, berponi hingga hampir menutupi seluruh alisnya memekik girang dengan kedua kakinya berlari menghampiri Off.

Gadis kecil itu menghambur memeluk Off yang sudah duduk bertumpu pada satu lututnya. "Hai, Nirin."

"Aku merindukanmu, Uncle."

Off mengelus-elus rambut Nirin dengan sayang. "Aku juga merindukanmu. Kau apa kabar?"

Nirin melepas pelukannya, menyengir menampilkan deret giginya yang berjendela dua bagian depan. "Aku baik-baik saja, tetapi kedua gigiku tidak. Lihat, dua dari mereka sudah tidak menghuni mulutku lagi."

Perkataan Nirin yang terlalu rumit untuk sekedar menginformasikan kalau dirinya sudah ompong membuat Off tertawa pelan. "Kau mirip nenek-nenek."

"Tidak, Uncle!" bantah Nirin. "Aku hanya kehilangan dua gigi, nenek-nenek biasanya kehilangan semua gigi."

"Ouch, aku salah kalau begitu. Kenapa gigimu bisa hilang?"

Nirin terkekeh malu, menutup mulutnya sebentar. "Aku terantuk kepala temanku, dan gigiku langsung goyang. Aku terus mendorong-dorong menggunakan lidahku, jadilah mereka jatuh."

"Dua-duanya?" tanya Off lagi.

"Dua-duanya."

Pria yang memakai kemeja hitam dengan lengan digulung hingga sikut itu tertawa lagi. "Ya ampun, kepala temanmu sekeras apa, sih, sampai dua gigimu langsung goyang setelah terantuk sekali?"

Nirin menggeleng-geleng sampai poninya seperti tuingtuing. "Gigiku saja yang keropos karena kebanyakan makan permen."

Jika biasanya anak kecil menolak untuk menerima fakta bahwa permen dapat merusak struktur gigi mereka, Nirin agaknya punya kesadaran diri tingkat tinggi sampai-sampai mau menerima fakta tersebut.

"Jadi, kau sudah tidak akan makan permen lagi?"

"Sementara, nanti kalau gigiku sudah tumbuh lagi, aku akan makan permen lagi."

Ternyata logikanya bisa begitu.

"Mr. Adulkittiporn, selamat pagi. Anda datang pagi hari ini. Saya sedang menyiram tomat di kebun belakang saat petugas menginformasikan kedatangan Anda."

Seorang wanita yang sudah cukup tua ditandai dengan uban dan juga keriputnya muncul dan langsung menyapa Off.

Off mengangguk. "Selamat pagi, Madam. Maaf mengganggu aktivitas Anda."

Wanita yang dipanggil "Madam" itu menggosok-gosok tangannya pada celemek merah jambu yang dia pakai. "Tidak sama sekali, Nak. Kedatangan Anda selalu kami tunggu, terutama oleh si kecil ini."

Dia menyentuh lembut pundak Nirin.

"Aku ingin mengajaknya bermain di taman belakang seperti biasanya. Apakah boleh?"

"Tentu saja, Nirin selalu senang bermain dengan Anda. Namun, Anda tidak mau minum sesuatu terlebih dahulu?"

Off menggeleng. "Aku sudah minum kopi tadi sebelum kemari. Aku akan langsung bermain dengan Nirin saja, Madam."

Wanita yang bersanggul tinggi khas seorang pemilik panti asuhan itu menganggukkan kepalanya. "Baiklah kalau begitu. Aku akan kembali menyiram tomat-tomatku terlebih dahulu. Kalian silahkan lanjut menghabiskan waktu bersama."

"Terima kasih."

"Madam Belle, aku mau tomat untuk makan malamku hari ini." Nirin bersuara kembali.

Madam Belle tersenyum keibuan. "Tentu saja, Nirin."

The Love of A Heartless ManWhere stories live. Discover now