Just The Two of Us 6/2

261 21 4
                                    

"Love, ada apa? Kenapa kau kelihatan marah dan kesal? Apa—"

"Demi apa pun, diamlah!"

Gun melompat turun dari dalam perahu dengan perasaan campur aduk setelah tadi dengan bentakan dirinya meminta Off untuk menepikan perahu itu.

"Aku mau pulang ke hotel!"

Off yang masih belum menyadari kesalahannya hanya bisa mengerut kening kebingungan dengan perubahan suasana hati yang tiba-tiba itu. "Brain, bisakah kita mendiskusikan masalah ini? Ada apa sebenarnya?"

"Kau sungguh tidak tahu?!" Gun menoleh dan langsung bertanya dengan nada melabrak.

"Aku butuh kau memberitahuku, Brain." Artinya ia tidak tahu.

Gun semakin dikuasai emosi hingga urat-urat lehernya berdenyut. "Kau baru saja melakukan tindakan bunuh diri. Wilayah ini dibatasi dari kegiatan berenang, dan kau melanggar batasan itu hanya demi sebuah jam tangan!"

Suara Gun serak karena dia memaksa mencapai batas mampunya dalam memekik.

"Aku hanya berusaha mengambil jam tanganmu agar tidak hilang—ini."

Bisa-bisanya Off menyodorkan jam tangan itu.

"Simpan saja benda sialan itu dan jangan berbicara padaku!"

Gun kembali melangkah penuh amarah meninggalkan Off di belakangnya.

"Hope?" Off memanggil, mengikuti. "Kangan katakan hal itu, kau tahu aku—"

"Kau tidak memikirkan perasaanku, kau tidak mempedulikan aku!" Gun menoleh lagi untuk mengatakan hal tidak masuk akal itu.

Seluruh dunia juga tahu betapa Off selalu memikirkan perasaannya, betapa pria itu mempedulikannya.

"Precious, kau tahu itu tidak benar."

"Oh, ya?" Gun bertanya meremehkan, nadanya pahit. "Lantas aku harus berterima kasih karena kau berhasil menyelamatkan jam tanganku meski sebagai gantinya aku kemungkinan akan kehilangan dirimu, begitu?"

Suaranya bergetar sebab menahan bongkahan besar di tenggorokannya, matanya memanas tanda akan menangis.

"Love—"

"Kau mendengarku mengatakan jam tangan itu tidak perlu kau ambil, tetapi kau memilih mengabaikannya, melompat turun saat temperatur air sangat dingin, kedalamannya kau tak tahu sedalam apa, tekanan arusnya sederas apa. Apa pun dapat terjadi padamu, apa pun, apa pun yang akan membuatku... oh!"

Gun menendang bebatuan kecil di bawah kakinya, tenaganya habis untuk bertahan berdiri, dan dia terduduk bertumpu pada kedua kakinya yang sudah lemas bagai agar-agar.

Wajahnya dia sembunyikan di balik kedua tangannya sendiri, tidak mau dilihat oleh siapa pun bahwa dirinya menangis, tidak oleh Off, pun oleh burung-burung yang berkicauan di sekitar sana.

Dia bahkan tak bisa berbicara dengan benar, tidak mampu mengatakan ketakutannya. Emosi yang dia rasakan sekarang ini tak semata-mata adalah amarah, tetapi paling banyaknya adalah ketakutan.

Orang lain mungkin akan berbangga hati dan diri ketika mereka memiliki kekasih yang dapat menjadi nekat demi mereka, menerjang maut sekalipun. Namun, Gun tidak, dia tidak ingin dicintai sebanyak itu kalau bayarannya adalah kehilangan.

Dia terlalu mencintai Off untuk membiarkan pria itu bertindak nekat membahayakan diri, meski itu demi dirinya.

Bahunya bergetar, seluruh anggota tubuhnya yang lain menyusul sesaat kemudian setelah merasakan tangan Off menyentuhnya.

The Love of A Heartless ManDonde viven las historias. Descúbrelo ahora