Blue Star 2/3

277 29 3
                                    

Off tidak tahan lagi melihat Gun yang sudah hampir diterbangkan oleh katrol penutup jendela kedai yang sudah sedari tadi berkutat bersamanya. Entah badan Gun terlalu ringan atau katrol itu memang berkekuatan super sampai-sampai kaki pria berbadan ramping itu tidak menapak lantai di bawahnya berkali-kali.

"Mau aku bantu?"

Gun masih sibuk menarik katrol itu, berusaha menurunkan tirai berbahan kayu yang memang sesekali keras dan susah diturunkan. "Tidak apa-apa, aku bisa, kok."

"Ya, bisa-bisa diterbangkan oleh katrol itu."

Gun menyadari kakinya tidak menapak lantai, lalu dia cengengesan. "Aku biasa melakukannya sendiri, hanya yang ini memang kadang agak sulit, aku selalu lupa memperbaikinya."

Off menghampiri. "Aku tidak mengatakan apa-apa. Aku hanya menawarkan bantuan, dan akan sangat bagus jika kau biarkan aku membantumu."

Dikarenakan Gun berakal sehat untuk mengetahui bahwa percobaannya sudah beberapa kali gagal, tidak ada salahnya membiarkan orang lain membantu.

"Terima kasih, dan maaf merepotkanmu."

"Aku tidak direpotkan."

Off dalam satu kali hentakan saja menarik katrol itu turun, begitu juga dengan tirai tersebut.

"Ish, giliran aku saja susah sekali tirai ini mau turun," protes Gun.

Protes yang membuat Off tertawa pelan. "Kerahkan seluruh tenagamu."

"Ck." Gun berdecak. "Aku sudah over power, Off. Kau tidak lihat aku sampai melayang-layang?" cerewetnya.

"Aku lihat, tadinya hendak kupasangkan sayap di belakangmu." Off menimpali dengan gurauan.

"Kau mendoakan aku mati?"

"Hah?" Off spontan ber-hah kaget.

Gun bercakar pinggang. "Siapa yang bersayap? Malaikat."

Siapa yang bertanya, siapa yang menjawab.

"Bagaimana untuk menjadi malaikat? Mati terlebih dahulu."

Off melongo, terbungkam, tidak bisa berkata apa-apa. Dari mana datangnya pemahaman itu? Jelas itu bukanlah maksudnya.

Dan sementara Off melongo, Gun menyembur tawa. "Aku bercanda. Lihat wajahmu, kau sangat serius, hahaha. Lagi pula, kau pasti tahu bahwa orang mati tidak akan jadi malaikat."

Sungguh kesan yang aneh.

"Terima kasih sudah membantu, ya. Kau satu-satunya pelanggan yang mau membantuku menurunkan tirai."

Sekarang Off sudah bisa bereaksi lagi. "Kau sangat tak terduga, ya," komentarnya.

Gun melepas celemeknya, tetapi kesulitan lagi karena tangannya mendadak tidak bisa membuka simpul yang diikatnya sendiri.

"Duh." Badannya meliuk berusaha membuka simpul celemek itu, dia heboh sekali.

Off tidak berkata apa-apa, tetapi tanpa aba-aba, ia langsung membuka simpul itu. "Kau bisa saja bilang, 'Off, tolong aku bukakan simpul celemek ini' daripada menyulitkan dirimu sendiri, Gun."

Gun tidak bergeming untuk sesaat, kaget dengan inisiatif Off untuk membuka celemeknya.

"Cobalah untuk mengambil jalan-jalan yang tidak akan menyulitkan dirimu sendiri, tidak membuatmu kesusahan." Ceramah itu ternyata masih berlanjut.

"Kau saja tidak peka."

Off berhenti pada simpul ketiga, simpul terakhir celemek Gun. "Kau mengatakan sesuatu?"

The Love of A Heartless ManWhere stories live. Discover now