One Everlasting Night 7/1

244 21 3
                                    

Off memang dipunggungi Gun dalam tidurnya, tetapi dari belakangan ia dapat mengetahui bahwa mata kekasihnya itu tidak terpejam.

"Hope?"

Kecepatan Gun berbalik badan membuktikan bahwa dirinya benar. "Kau belum tidur?"

Harusnya Off yang bertanya demikian. "Aku terjaga. Kau gelisah karena apa? Aku dapat merasakan badanmu bolak-balik dan tidak tidur."

Itu benar, sejak tadi Gun memang sibuk menggolek badannya di tempat tidur.

"Maafkan aku, kau jadi terjaga."

Off menggeser menambah kedekatan mereka, menciptakan banyak ruang menganggur pada ranjang yang luas itu.

"Jangan minta maaf. Kenapa tidak bisa tidur?"

Gun setengah hati mau menjawab, tetapi tetap dia lakukan karena Off pasti akan menungguinya. "Aku lapar."

Kulit kening Off otomatis berlipat. "Lapar?" Untuk memastikan saja.

"Sesuatu yang manis, aku mau mengisi perutku dengan sesuatu yang manis... ice cream." Gun menjabarkan dengan spesifik.

Off meraih jam tangannya yang sudah ia lepaskan tadi sebelum tidur dan terletak di atas meja samping ranjang. "Pukul satu pagi. Biar aku cek." Ia beralih kepada ponselnya.

Gun sedikit mengangkat tubuhnya. "Kau mau apa?"

"Mencari tempat jual ice cream yang masih buka, Love."

Badan Gun terduduk. "Tidak perlu, aku akan menahannya saja, ini sudah malam, Off."

Off ikut bangun. "Kau tidak akan bisa tidur kalau belum memenuhi kemauan perutmu, Brain. Aku tak mau kau terjaga sepanjang malam."

Itu benar, biasanya kalau Gun lapar tengah malam atau di jam-jam subuh, dia pasti akan mencari sesuatu untuk dimakan dari kulkasnya, barulah dia dapat tidur kembali.

"Ini sudah terlalu larut, maaf sudah membuatmu ikut terjaga denganku."

Tangan Off mengatur-atur rambut Gun yang cukup tak beraturan. "Jangan meminta maaf, ini bukan apa-apa."

Bagi orang yang sedang jatuh cinta, memenuhi kemauan orang yang dicintai meski dalam keadaan mengantuk parah memang bukan apa-apa.

"Tujuh menit dari sini, sayang sekali mereka tidak menyediakan layanan delivery, aku akan pergi membelinya untukmu."

"Aku ikut!" timpal Gun cepat dan semangat.

Off menggeleng. "Sudah terlalu malam, kau di sini saja, biar aku saja, ya?"

Gun balas menggeleng. "Aku mau ikut denganmu," kukuhnya.

Dan karena Off tahu Gun dapat menjadi keras kepala sesekali, jadi ia mengiyakan.

"Pakai baju hangatmu, tapi." Itu saja syaratnya.

"Tentu."

Keduanya bangun dan bersiap-siap, tidak lama dan repot, hanya mengambil baju hangat, memakai sepatu, kemudian beranjak.

"Off..."

"Yes, Precious?"

Gun memperhatikan sekitar gedung hotel mewah tempat mereka menginap beberapa malam ini. "Tujuh menit itu dengan kendaraan?"

"Iya, Brain. Kau mau tunggu di sini saja? Biar aku yang ambil motornya ke tempat parkir."

Gun menggelengkan kepalanya. "Kalau jalan kaki berapa menit?"

Off mengernyit. "Jalan kaki?"

"Kita sudah akan pulang tiga hari lagi, aku mau menghabiskan lebih banyak waktu denganmu selama masih di sini."

The Love of A Heartless ManМесто, где живут истории. Откройте их для себя