While You Were Sleeping 12/3

193 18 7
                                    

"Dua ratus joule—shock!"

Monitor rumah sakit yang mengeluarkan bunyi bising dicampur dengan seruan dokter teramat sangat mempengaruhi pendengaran Gun. Menyakiti kokleanya sampai menimbulkan dengungan.

"Clear—shock!"

Sebuah benda berbentuk seperti setrikaan yang Gun tahu apa nama dan juga fungsinya, meski tidak secara pasti mengerti cara kerjanya, terus ditekankan pada dada Off oleh dokter.

"Clear—shock!" Dokter itu berpeluh keringat, Gun dapat melihatnya dari jarak mereka sekarang.

Arm merangkul Dararat yang tak berhenti menangis, berdiri di belakang Gun yang tidak berair mata, tetapi dia lebih dari tahu bahwa itu hanya ketenangan yang diupayakan untuk menutupi seberapa hancur isi kepalanya.

Dada Off terangkat setiap kali defribilator selesai ditekankan di sana. "Clear—shock!"

Dokter itu menggeleng, menyerahkan defribilator kepada dokter lainnya, lalu dia serampangan menaiki tubuh Off, dan mulai memompa dada pria itu menggunakan kedua tangannya.

"Satu, dua, tiga, empat, lima, enam..."

Gun mematung, tenang, tetapi pikirannya ke mana-mana. Ke saat pertama ia berjumpa Off, saat mereka berbincang-bincang, saat ia secara tak sadar jatuh hati, saat ia akhirnya tersadar, saat mereka menjadi jujur dan memutuskan untuk bersama, saat liburan di Argentina, saat perpisahaan di TPF ini ... saat-saat di mana ada Off dan dirinya.

"Aku pernah mengatakan kepadamu kalau aku dapat selalu memaafkan kesalahanmu, kan?" Suara Gun pelan sekali sehingga hanya ia yang bisa mendengar perkataannya sendiri. "Tetapi kukatakan juga bahwa kau tak boleh memanfaatkan hal itu. Tidak akan kumaafkan dirimu kalau kau meninggalkan aku sekarang."

Gun tahu ia hanya mencoba menghibur dirinya dengan berharap bahwa Off akan mendengar, dan semoga cinta yang ia yakini masih ada dalam diri pria itu dapat menjadi alasan ancamannya berhasil.

"Bagaimana dengan Ibumu? Haruskah dia datang jauh-jauh ke sini hanya untuk melihat putranya... tidak, kau akan hidup, kau harus hidup."

Gun tidak mau menyebut kata sakral itu, ia tidak akan mengatakannya.

Tangannya menempel kaca NSICU. "Off, bagaimana dengan janji membaca buku bersama dengan jendela yang terbuka di bawah sinar bintang-bintang? Kau akan mengingkari itu?"

Dokter itu terus mengulang hitungnya, berusaha untuk menyelamatkan Off dalam segala mampunya.

Gun menelan ludah. "Bagaimana dengan janji membawaku ke ujung dunia?"

"Bagaimana dengan janji bahwa tidak akan ada yang menghilang dari antara kita?" Dan janji-janji lain, Gun mengingat semuanya.

Ia ingin menagih semuanya di muka sekarang.

"Bagaimana dengan permintaanku untuk ikut denganmu?"

Suara bising dari monitor berhenti, dokter yang duduk di atas sekitar paha Off menunduk, menengadah, dan berkali-kali menghembuskan nafas sebelum turun.

Pintu ruangan NSICU itu terbuka, dokter tadi basah oleh keringat seakan mandi. "Serangan jantung dadakan, dan ada perubahan pada kondisi otaknya, kami perlu melakukan CT Scan kembali untuk melihat apakah itu fatal dan memerlukan operasi lagi atau tidak."

Dararat hampir jatuh, tetapi Arm berhasil menahan tubuhnya. "Putraku yang malang."

Gun memejamkan matanya sebentar. "Lakukan yang perlu dilakukan, Dokter. Saya sungguh berharap pada Anda," mintanya.

The Love of A Heartless ManOnde histórias criam vida. Descubra agora