Take It or Lose It 4/1

251 27 7
                                    

Tuk tak tuk tak bunyi high heels seorang wanita bertubuh tinggi ramping, dengan rambut disanggul tinggi, poni lebat menutup hingga alisnya, yang berjalan masuk ke dalan ruangan kerja Off.

"Mr. Adulkittiporn, ada undangan untuk Anda dari Denver's High School. Memberi seminar di acara perayaan ulang tahun sekolah ke-75."

Off terhenti dari pekerjaannya. "Kapan, Jennie?"

Jennie membuka tabletnya. "Tanggal 20 Januari, Sir."

"Itu seminggu lagi," sahut Off.

"Iya, Sir. Bagaimana? Apa yang perlu saya berikan sebagai jawaban ke pihak Denver's High School? Kebetulan jadwal Anda kosong pada tanggal itu," tanya sekretarisnya itu.

"Kupikir sekolah tutup kalau musim dingin."

Jennie tersenyum. "Salju tahun ini tidak terlalu banyak, Sir. Tidak ada badai juga, jadi sekolah-sekolah masih dibuka. Ini juga untuk perayaan ulang tahun sekolah," jelasnya.

Off mengangguk tanda mengerti dengan penjelasan itu. "Ya sudah, aku akan hadir."

Karena belakangan ini ia semakin suka menyibukkan diri agar kepalanya pun ikutan sibuk.

"Baik, Sir. Saya permisi."

Jennie berjalan pergi, kembali ke meja kerjanya yang berada di luar ruangan Off, di ujung lorong lantai paling atas TPF. Saat wanita berkulit gelap nan mulus itu keluar, Tay masuk dengan berpakaian serba tebal.

"Aku sungguh khawatir aku akan hipotermia¹, Dude. Denver ini luar biasanya dinginnya."

Off berdecak kesal. "Dan kau masih berkeliaran di luar."

Tay memang menyukai salju, dan setiap musim dingin tiba, dia gemar berjalan-jalan di luar. Jeleknya adalah setelah melakukan itu, dirinya mengeluh kedinginan.

"Aku suka sekali salju, teksturnya terutama."

"Makan saja, bawa serta sirup sebagai toping."

Tay melepas mantelnya, menggantungnya di stand hanger. "Es serut. Aku memakan itu dulu setiap saat waktu masih anak-anak." Dia bernostalgia.

"Karena itulah kau amandel."

"Kau berbicara seakan-akan kau tumbuh bersamaku."

Off menutup map yang satu, kemudian mengambil map lainnya. "Siapa suruh kau bercerita tentang amandelmu saat kau di sekolah dasar dulu."

Karena sahabat pasti menceritakan banyak hal, bahkan hal konyol sekalipun.

"Aku jadi nostalgia, dulu dilarang minum minuman dingin lagi karena amandel. Tetapi, aku dan Gun suka melakukannya sembunyi-sembunyi."

Sepertinya bukan hanya Gun yang dibuat pusing, Off juga, karena akan ada saja hal yang mengingatkannya pada pria itu. Jika Gun akan segera mencari cara agar Off tidak disebut-sebut lagi, Off berbeda, ia tidak keberatan, karena menyiksa diri sendiri adalah keahliannya.

"Kau jelas yang mengajaknya, kan?" tuduh Off.

Tay melempar tubuhnya duduk di kursi ruang kerja Off yang nyaman. "Dia yang suka tiba-tiba muncul dan mengeluarkan es dari balik bajunya. Itu alasan sesekali dia memakai baju berukuran besar."

Off tersenyum geli membayangkan, makanan muncul dari balik baju jelas tidak higienis, tetapi pengalaman semacam itu pasti menyenangkan.

"Dan kau memakannya?"

"Dia akan ngambek kalau aku tidak makan. Aku kan sudah bilang waktu kecil itu dia itu manja, orang lain harus menurut padanya, kau tidak tahu saja aku dulu sering kena jambak."

The Love of A Heartless ManWhere stories live. Discover now