When A Man Loves A Man 5/1

323 28 5
                                    

"Goji..."

Seorang wanita paruh baya yang tengah sibuk mengelap-elap peralatan makan yang sebenarnya tidak kotor sama sekali itu berhenti kala mendengar namanya dipanggil.

"Ya, Sir?"

Off berdiri dengan kedua tangan di dalam saku celana tisu berwarna abu-abu. "Kau pernah bilang kalau kau memiliki toko bunga yang dijaga oleh anakmu, kan?"

"Benar, Sir."

"Kau tahu Blue Star?" Off mengajukan pertanyaan lanjutan, dijawab dengan anggukan sopan dari Goji. "Kau mengembangbiakkan bunga-bunga itu sendiri, atau?"

"Saya melakukannya bersama dengan anak saya, Sir."

Off mengangguk, tersenyum. "Aku pikir aku tahu harus menanam apa di glass room."

Glass room adalah sebuah ruangan yang berdinding kaca berbentuk tabung, berada di tengah tangga yang melingkarinya, melilit bagai ular menuju lantai dua penthouse Off, sebuah ruangan yang tembus cahaya karena menjadi satu-satunya yang beratap transparan di tengah megahnya lantai  teratas dari apartemen itu, sebuah ruangan yang memang dirancang untuk ditanami sesuatu di dalamnya.

"Aku ingin meminta tolong agar kau mengembangbiakkan Blue Star di sana, dan ajari aku pelan-pelan merawatnya."

Goji tersenyum. "Anda menyukai bunga itu, Sir?"

Off juga tersenyum. "Aku sangat menyukai seseorang yang menyukainya."

Goji mengerti. "Senang mendengarnya, Sir. Kapan Anda mau saya mulai?"

"Kapan pun kau bisa, secepatnya kalau bisa, aku ingin musim panas tahun ini, bunga-bunganya akan mekar banyak. Bisa, kan?" Off sudah tidak bersaku tangan, dia berjalan ke arah kulkas untuk mengambil air berkemasan botol.

House keeper-nya mengangguk-angguk. "Tentu. Saya akan segera mulai menanamnya."

Off tersenyum lagi, ia banyak tersenyum belakangan. "Terima kasih."

"Dengan senang hati, Sir."

"Oh, iya, hari ini aku akan lama berada di luar."

Informasi itu cukup mengejutkan Goji, karena dari pengalaman, biasanya Off pada hari Minggu akan menghabiskan waktunya di penthouse, membaca di ruang bacanya, tepekur di balkon, atau sesekali berenang di kolam renang roof top.

Namun, sebagai house keeper, Goji menyadari bahwa dia tak punya hak untuk terlalu mau tahu kenapa bosnya mengubah rutinitas yang telah ajek dilakukan.

"Baik, Sir." Dia mengatakan itu sebagai jawaban.

Setelah selesai meneguk sedikit saja—benar-benar hanya sedikit—air, Off berpamitan, kemudian meraih jaket hangat, helm, dan juga kunci motornya, lalu pergi.

Satu jam kurang lebih, waktu yang diperlukannya untuk menuju destinasinya saat ini, dengan salju yang masih betah turun membuat siapa pun tidak ikhlas untuk berkendara, apalagi dengan motor yang jelas tanpa atap.

Namun, bagi pria yang sedang jatuh cinta, dengan isi hati dan pikiran dipenuhi kerinduan bertemu orang yang dicintai, salju bukanlah apa-apa. Itu hanya sekumpul titik-titik tak bermakna yang baru bisa dilihat eksistensinya dengan turun secara keroyokan.

Denver E461-C sudah menjadi destinasi favoritnya sejak seminggu lalu. Bukan perkara rumah itu, tetapi, melainkan penghuninya... salah satu penghuninya. Dan karena ia menyetir tanpa beban apa-apa di hatinya, satu jam seakan satu menit.

Tahu-tahu saja ia sudah sampai.

Perlu dua kali penekanan bel pada dinding sebelah pintu ketika orang yang paling ingin dilihatnya muncul dengan penampilan yang tak biasa dilihatnya, rambut kusut dan wajah bantal, tampilan orang-orang yang baru bangun tidur pada umumnya.

The Love of A Heartless ManWhere stories live. Discover now