The Man Who Sold The World 16/3

203 23 2
                                    

"Alamat ini memang alamat panti asuhan, panti asuhan St. Teresha, tetapi sudah berhenti beroperasi semenjak setahun lebih yang lalu, dan dilelang karena biaya pemeliharaannya tinggi."

Semua orang yang semalam berkumpul di ruangan Dokter Leo kini telah berkumpul kembali di sana. Sama-sama menghela nafas mendengar informasi yang disampaikan oleh New mengenai alamat panti asuhan yang diberikan oleh Off kepada Gun pagi tadi.

"Aku mencari rekaman CCTV di jalanan sekitar sana, Off memang selalu ke sana setiap Sabtu, tetapi tidak ada CCTV di gedung bekas panti asuhan itu untuk melihat apa yang dia lakukan di sana."

Mereka semua mengarahkan perhatian kepada Tay.

"Tak apa," kata Dokter Lucky. "Rekaman CCTV kamar rawat pasien, juga informasi yang sudah kalian berikan sudah cukup."

Dokter Leo mengangguk setuju. "Function¹ pasien cukup menjanjikan. Dia tidak kesulitan bersosialisasi, masih bisa bekerja, dan tidak menunjukkan adanya penarikan diri dari lingkungan sosial," jelasnya.

"Tunggu dulu, ada yang belum aku tanyakan." Dokter Lucky menoleh ke arah Gun. "Gun, apakah dia pernah menunjukkan tanda-tanda menyakiti diri sendiri?"

Gun menatap Dokter Lucky seserius Dokter Lucky menatapnya. "Aku tidak tahu apa ini termasuk, saat di Igauzu, dia pernah nekat melompat untuk mengambil jam tanganku yang terbawa arus."

"Yang lainnya lagi?"

"Apakah ini termasuk juga, Dokter?" Arm menyahut dan bertanya. "Saat sadar, dia nekat menyetir mobil untuk menuju rumah Gun."

Dokter Lucky nampak cukup terkejut mendengar hal itu. "Puncak tertinggi skizofrenia adalah bunuh diri, itu didapat karena mekanisme pertahanan diri dan juga rasa bersalah yang besar," tuturnya.

"Anti depresan itu, Luck." Dokter Leo menyambung. "Bukankah mantan kekasihnya tewas karena anti depresan... I see! Lihat polanya, dia sudah mencoba bunuh diri dengan meminum anti depresan, cara yang sama yang dilakukan oleh mantan kekasihnya. Objek ilusinya memiliki kemiripan dengan mantan kekasihnya."

Gun hanya bisa menggenggam erat tumbler berisi coklat panas yang New bawakan tadi, biasanya minuman itu akan membantunya tenang, tetapi hari ini adalah pengecualian.

"Mantan kekasihnya penari balet, anak kecil Nirin ini bercita-cita menjadi penari balet." Dokter Lucky merasa bosan duduk, jadi dia berdiri. "Itu satu kemiripannya... lainnya lagi? Anak ini suka komik Petualangan Tintin katanya, kan?"

"Shit!" Umpatan Arm yang tiba-tiba membuat mereka semua kaget, dia gemar sekali mengumpat belakangan. "Off dan kakaknya tidak pernah akur, tetapi aku ingat saat berusia sepuluh tahun, dia datang padaku dengan memamerkan satu paket komik Petualangan Tintin, komik-komik ini adalah komik kesukaan Am selain komik-komik Marvel. Dia sangat senang saat menceritakan bahwa Am memberinya komik, pikirnya Am sudah mau menganggapnya sebagai adik." Dia bernostalgia masa kecil.

"Hold up... Dokter, apa aku boleh berpendapat?" tanya New.

Dokter Lucky dan Dokter Leo mengangguk. "Tentu."

"Off mengalami kecelakaan bersama kakaknya, dan kakaknya tewas dalam kecelakaan itu. Di satu sisi, ada Mild yang mengandung anak kakaknya, tetapi anak itu diaborsi, itulah alasan Off meninggalkan Mild, lalu perempuan itu tewas overdosis." New menghela nafas berat sekali sebelum melanjutkan dengan berkata, "Bisa jadi si Nirin ini merupakan bayi itu dalam realitas Off."

"Usianya!" seru Tay. Usia anak itu... jika Mild melahirkan bayinya, usianya akan sama seperti usia Nirin." Dia merinding karena logika berpikirnya sendiri.

The Love of A Heartless ManWhere stories live. Discover now