Gone With The Wind 13/1

178 19 1
                                    

"Mr. Phunsawat."

Gun yang sedang sibuk mencoret-coret buku dengan bertopang pipi terkesiap mendengar namanya dipanggil.

"Ya, Miss Poppy?"

Salah seorang anak muridnya yang bernama Poppy itu tersenyum canggung. "Maaf, Sir, kupikir ada yang salah dengan tabel gamet-ku."

Gun tersenyum, menerima buku dari gadis berambut pendek dengan pipi yang cukup berisi itu. "Coba perhatikan parental type yang kau silangkan, kau memasukkan perempuan normal dengan laki-laki normal, tetapi pada tabel gamet, mendadak muncul perempuan carrier," jelasnya.

Poppy mendelik. "Ya ampun! Pantas saja."

"Jika parental dua-duanya normal, maka filial yang dihasilkan juga akan demikian. Jika salah satu parental itu sebut saja wanita normal pembawa sifat atau carrier, maka filial yang dihasilkan adalah satu laki-laki buta warna, satu perempuan normal pembawa sifat, dan duanya lagi masing-masing laki-laki dan perempuan normal." Gun memperbaiki tabel gamet untuk persilangan buta warna anak muridnya itu dengan pulpen andalannya.

Poppy tersenyum. "Bisa-bisanya aku mengubah parental pada tabel gamet," tukasnya kesal.

"Berkonsentrasilah, persilangan buta warna tidak sulit."

"Yes, Sir," sahut Poppy. "Terima kasih banyak, aku akan kembali ke tempat dudukku sekarang."

Tepat saat Poppy hendak kembali ke tempat duduknya, bel tanda jam pulang sekolah berbunyi, kelasnya menjadi cukup ramai karena siswa/i sibuk berkemas.

"Alright, Kids." Gun juga mengemas barang-barangnya. "Kalian perlu mengingat dengan tepat semua tipe filial, termasuk untuk tipe peta silsilah, karena bisa jadi pada kuis, kalian akan diminta melakukan persilangan darinya." Ia mengingatkan.

"Yes, Sir," kompak murid-muridnya.

"Sampai jumpa di kelas berikutnya. Hati-hati dalam perjalanan pulang."

"Terima kasih, Sir."

Gun membiarkan murid-muridnya meninggalkan kelas terlebih dahulu, sementara dirinya memutuskan untuk menunggu sampai kelas benar-benar kosong.

"Gun!"

Ia hampir terlonjak kaget karena Oab muncul dan langsung memanggilnya dengan pekikan. "Oab, cobalah untuk mengetuk terlebih dahulu."

Oab terkekeh. "Maaf... sudah mau pulang?"

"Iya," singkat Gun.

Oab tersenyum. "Mau aku antarkan?" tawarnya.

Gun menggeleng. "Kau tahu aku punya mobil dan selalu pulang sendiri."

"Oke... kau liburan di mana selama musim panas? Aku pernah ke kedaimu, dan itu tutup." Oab kembali bertanya.

"Argentina."

"Argentina?!"

Gun berdecak. "Bisa pelankan suaramu?"

Oab sedikit terkejut dengan nada tanya Gun, sangat menukik. "Kau berlibur ke Argentina.... dengan adikmu?" tanyanya lagi.

Gun menghela nafas. "Kurasa bukan urusanmu," ketusnya.

Kening Oab mengernyit. "Kau aneh sekali belakangan ini.... aku tidak bermaksud apa-apa, tetapi kau sensitif sekali."

Dan mungkin bagian dari sensitifitasnya, Gun dengan kasar memasukkan buku terakhir ke dalam ranselnya. "Kenapa? Kau tidak suka?"

The Love of A Heartless ManWhere stories live. Discover now