Turning Page 14/1

166 18 1
                                    

Mungkin Bumi telah mengalami guncangan hebat yang menyebabkan adanya pergeseran lempeng yang ikut menggeser Thailand ke bagian lain yang entah di mana, yang menjadikan negeri Gajah Putih tersebut menjadi memiliki musim dingin, ditandai dengan salju longsor seperti abu vulkanis yang baru saja dimuntahi gunung berapi.

Anehnya, salju di Thailand tidak hanya berupa serpihan-serpihan putih yang dingin, tetapi juga lancip-lancip kecil berwarna biru yang melayang bebas di udara, yang tidak diketahui pasti itu apa.

Dunia bisa berubah sebanyak itu ternyata ketika kita tidur.

"Off..."

Off tersenyum, setidaknya meski dunia berubah sebanyak itu ketika dirinya tertidur, ia masih bisa bangun dan langsung mendengar suara yang sudah dikenalnya sejak masih sesosok bayi tak berdaya yang meringkuk di dalam rahim pemilik suara tersebut memanggilnya.

"Oh! Putraku sudah sadar, putraku sudah sadar!"

Ketika Off membuka mata, ia mendapati wajah yang dicintainya berlinang air mata. Salju dan lancip-lancip biru tadi tidak ada, dan ia tahu, ternyata itu hanya mimpi.

Mimpi yang aneh.

"Ibu..." Off mengernyit menyadari betapa lemah suaranya sendiri.

"Off putraku yang berharga..." Off merasakan jemari-jemari yang sama yang membelai rambutnya sejak ia masih bocah ingusan kembali melakukan itu.

Ia membuka mata lebih lebar lagi. "Ibu, kenapa kau menangis?" Suaranya sudah tidak selemah tadi.

Dararat menyunggingkan senyum. "Ini air mata bahagia, Nak. Ibu bahagia kau akhirnya sadar."

"Wah, Sepupu, tidurmu nyenyak sekali selama lima bulan ini."

Suara itu, yang juga sudah dikenali oleh Off, terdengar sesaat sebelum pemiliknya muncul.

"Arm..."

Arm tersenyum. "Selamat datang kembali, Sepupu... Bibi, aku akan menghubungi Paman Sompob dan juga Dokter Tha."

Off memberi dirinya mencerna situasi, mencerna maksud dari perkataan awal Arm yang mengatakan dirinya tidur nyenyak selama lima bulan. Juga, kenapa sepupunya itu perlu memanggil Dokter Tha, dokter keluarga mereka? Siapakah yang sakit?

"Ibu, apa yang terjadi?" Karena entah bagaimana Off gagal mencerna situasi, jadi lebih baik bertanya saja pada ibunya.

"Kau tidak ingat, Nak?" Ibunya malah balas bertanya.

Apa yang ia tidak ingat? Off bertanya-tanya, tetapi kemudian pertanyaan itu mendapatkan jawabannya sendiri. Pertama-tama karena ia menyadari tangannya dipasang selang infus, tubuhnya berbalut piama, dan ada beberapa peralatan medis di sebelah ranjangnya. Kedua, ruang ingatnya cepat menampilkan ingatan akan hal terakhir yang terjadi padanya sebelum ia—entahlah... tidur?

"Am..." Off dilanda pening seketika karena serempak bangun dan duduk.

"Nak, pelan-pelan," gusar Dararat. "Jangan bangun tiba-tiba seperti itu."

Off mengangguk. "Maafkan aku... di mana Am?"

Ada raut aneh pada wajah Dararat.

"Di mana Am, Ibu? Aku ingat kami mengalami kecelakaan, iya, kan?" tanya Off berpedoman pada ingatannya sendiri.

"Iya, Nak. Lima bulan lalu."

"Lima bulan?" Off tidak bisa mempercayai pendengarannya sendiri. "Itu sudah lima bulan lalu? Bagaimana bisa... di mana Am?"

Tidak ada jawaban, Off hanya bisa melihat raut sedih dan terpukul pada wajah ibunya.

"Ibu, di mana Am?" Off dapat firasat, tetapi ia tidak ingin mempercayai itu.

The Love of A Heartless ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang