The Cold Summer 9/3

173 25 5
                                    

Off berbohong padanya.

Kenyataan itu menimbulkan rasa pening di kepala Gun, rasa pening yang mengalahkan amarah dan kesal di hatinya. Sebab, ia memang marah dan kesal karena Off berbohong, tetapi alasan kenapa pria itu melakukan hal tersebut penting untuk ia ketahui, karena itulah dirinya pening.

"Gunnie, kau tak apa-apa, kan?" New bertanya dari kursi kemudi.

Gun mengangguk. "Tak apa."

"Kupikir Off punya alasannya tersendiri."

"Sebaiknya begitu." Gun berbicara dengan nada marah yang tenang. "Dia sebaiknya punya alasan tersendiri, dan alasan itu sebaiknya masuk akal karena aku benci kebohongan."

Dan Off tahu Gun benci kebohongan.

New meringis ngeri karena belum pernah mendengar nada bicara Gun yang seperti barusan didengarnya. "Aku berharap yang terbaik untuk kalian." Hanya harapan itu yang dia punya.

"Terima kasih."

"Maafkan aku mengorek informasi soal Off."

Gun menggeleng. "Aku terbantu, karenamu aku jadi tahu bahwa aku dibohongi selama tiga minggu ini." Kenyataan itu menghunusnya sekali lagi.

New menghela nafas. "Bicarakan baik-baik nanti, aku yakin kau bisa melakukan itu."

Gun bisa melakukan itu, tetapi tergantung bagaimana Off akan memberinya jawaban nanti.

"Kutunggu kau di parkiran."

"Kau tidak bekerja?"

"Aku punya tugas lapangan hari ini, mencari berita." Artinya bahwa tak apa jika New tidak ke kantor.

Gun tersenyum sesaat. "Aku mungkin akan lama."

New tersenyum mengerti. "Tak masalah, aku akan menunggumu."

"Baiklah, terima kasih banyak, aku masuk sekarang."

"Good luck, ya..."

"Thank you."

Gun meyakinkan dirinya sendiri untuk tetap tenang saat melangkah masuk ke lobi utama TPF, dan ia langsung menuju meja resepsionis.

"Selamat sore, aku ingin bertemu Mr. Adulkittiporn." Ia langsung pada intinya.

Pria di meja resepsionis itu memandangnya bingung. "Anda siapa, Sir? Apakah sudah ada janji?"

Gun tidak menyebut namanya, ia punya strategi untuk bisa dengan cepat melewati resepsionis dengan segala tetek bengeknya.

"Aku adik Tay Tawan Vihokratana."

Resepsionis itu mengangguk-angguk. "Rupanya Anda adik Mr. Vihokratana, berarti Anda teman Mr. Adulkittiporn juga?"

Teman hidup kalau kata Off.

"Ya." Gun menjawab dengan satu kata saja.

"Anda bisa naik lift sebelah kanan paling ujung, Sir. Itu akan membawa Anda ke ruangan Mr. Adulkittiporn."

Salah satu cara kerja dunia, kekuatan relasi memang memudahkan segalanya. Andai saja tadi ia tidak menyebut nama Tay, resepsionis itu jelas akan terlebih dahulu menghubungi sekretaris Off untuk menanyakan apakah sudah ada janji atau tidak, dan karena tidak ada, jelas dirinya tidak akan bisa bertemu Off dengan mudah.

"Terima kasih... tidak perlu menginformasikan kedatanganku, dia sudah tahu." Gun berbohong karena Off.

"Baik, Sir."

Dalam hatinya, Gun berdoa agar tetap tenang, meski semakin dekat lift itu membawanya kepada Off, semakin gelisah dirinya.

Ting!

The Love of A Heartless ManWhere stories live. Discover now