Ad Astra Per Aspera 17/1

167 21 1
                                    

"0,4 ampere dalam tiga, dua, satu..." Dokter Lucky menekan tombol stimulus control sebanyak satu kali, dan dalam hitungan detik, badan Off mulai kejang seperti yang dihimbaunya pada Gun tadi.

Gun sendiri diizinkan untuk melihat dari balik pintu yang didominasi kaca, dan itu sebenarnya tindakan menyiksa diri, tetapi ia lebih memilih menyiksa dirinya sendiri daripada tidak melihat Off sama sekali, karena tahu dirinya tidak akan merasa tenang.

Saat ini juga ia tidak tenang, tidak ada dari semua yang terjadi bisa membuatnya tenang. Sekali lagi dirinya harus melihat Off berurusan dengan peralatan-peralatan rumah sakit yang sekarang lebih rumit.

"Enam puluh detik pertama. Atur ke 0,6 ampere, Luck." Dokter Lucky mengangguk mematuhi arahan Dokter Leo.

Gun gelisah melihat badan Off yang kejang-kejang, tetapi itu tidak berlangsung lama, karena setelah sembilan puluh detik lamanya, Dokter Lucky menghentikan arus listrik yang terhubung ke tubuh Off melalui elektroda yang terpasang pada ujung atas dua alisnya.

Mereka diam, mengamat-amati sesaat. "Good, tanda vitalnya stabil."

Gun bisa melihat Dokter Lucky tersenyum ke arahnya dan mengangguk, dan itu cukup untuk membuatnya lega sekarang.

Dokter Leo mencabut elektroda dan beberapa peralatan lainnya, sementara Dokter Lucky berjalan menghampiri Gun yang didampingi oleh New.

"Sudah selesai untuk yang pertama ini, dia akan bangun sepuluh sampai lima belas menit lagi."

Gun dan New sama-sama bernafas lega. "Terima kasih, Dokter," ucap Gun.

Dokter Lucky tersenyum. "Sama-sama... akan ada kelumpuhan sementara, dia akan kesulitan berbicara juga untuk beberapa saat."

"Berapa lama?"

"Setengah jam kurang lebih."

Gun mengangguk. "Tak apa, asal dia baik-baik saja." Hanya itu yang ia inginkan.

Dokter Lucky menoleh sebentar ke dalam ruang perawatan. "Setelah dia sadar sepenuhnya, kami akan menampilkan rekaman CCTV dan beberapa hal lainnya untuk memberitahu soal Nirin dan sebagainya," jelasnya.

"Tolong lakukan apa pun yang dapat membantunya, Dokter."

"Tentu." Dokter Lucky tersenyum. "Sekarang kau bisa beristirahat terlebih dahulu."

Gun menggeleng. "Aku ingin bersamanya, Dokter."

"Aku khawatir itu mustahil untuk sekarang, kau belum bisa bertemu dengannya." Dokter Lucky bernada simpati saat mengatakan itu.

"Kenapa?"

"Demi kebaikannya... kau ingin yang terbaik baginya, kan?"

Gun melirik cemas ke arah Off yang sedang ditangani oleh Dokter Leo. "Ya, Dokter."

Pundak Gun disentuh sebentar oleh Dokter Lucky. "Kalau begitu bertahanlah."

New merangkul sahabatnya. "Mate, kau pernah tidak melihatnya selama tiga minggu, meski uring-uringan, kau berhasil." Dia sengaja membahas hal itu sebagai candaan agar Gun bisa terhibur.

The Love of A Heartless ManWhere stories live. Discover now