His Dark Materials 3/1

331 35 5
                                    

Gugur dedaunan sudah berganti putih salju yang rontok dari langit, menggunung menutup permukaan Bumi. Tahun sudah berganti, cukup membuat beberapa orang geleng-geleng kepala karena rasanya waktu berjalan sangat cepat.

Berpejam mata sebentar, tahu-tahu sudah ganti tahun.

"Mr. Phunsawat!"

Gun langsung menoleh ke arah suara yang memanggilnya, seorang bocah laki-laki dari halaman rumah E461-A, tetangganya.

"Hallo, William. Kau sedang apa?"

William, seorang bocah kurus yang membuatnya nampak sakit-sakitan, hanya nampak, selebihnya bocah berambut pirang itu sangat bugar dan sehat.

"Aku sedang membuat orang-orangan salju, namanya Miss Anne—perlukah aku memakaikan dia topi pantai?"

Gun menyandarkan serokan salju ke tiang kotak surat, kemudian berjalan menghampiri William. "Bukankah tengah musim dingin? Kupikir Miss Anne butuh syal, bukan topi pantai."

William langsung mengacungkan jari telunjuknya. "Ya ampun! Kau benar, biar aku ambilkan syal terlebih dahulu." Dia berlari gesit masuk ke rumahnya, kembali beberapa saat kemudian dengan sebuah syal berwarna ungu.

"Will, mau kau apakan syal Ibu?"

Seorang wanita yang kira-kira berusia tiga puluh tahunan dengan perut besar karena sedang hamil tua muncul. "Mr. Phunsawat, selamat sore."

"Selamat sore, Mrs. Houston. Apa kabarmu?"

"Hanya sedikit bengkak, selebihnya baik-baik saja. Bagaimana dirimu?"

Gun tersenyum, menyandarkan tubuhnya di pagar pembatas halaman rumah mereka. "Aku baik-baik saja. Dua bulan lagi, kan?"

Ia berbicara tentang jadwal persalinan Mrs. Houston.

"Ya, kemarilah, duduk di sini denganku."

Gun mengiyakan, ia berjalan sebentar ke bagian depan, lalu masuk ke dalam halaman rumah E461-A, duduk di kursi malas yang tersedia di teras rumah berwarna senada dengan rumahnya.

"Bagaimana kegiatanmu sebagai guru? Menyenangkan?—Will, tolong Ibu, ambilkan biskuit yang ada di meja. Bawakan kemari, yah."

William mengangguk, lalu dia masuk kembali ke dalam, muncul dengan setoples biskuit di tangannya. "Terima kasih, Darling."

Si kecil itu mengangguk, kemudian kembali sibuk dengan Miss Anne.

Mrs. Houston membuka tutup toples. "Aku tidak tahu ini enak atau tidak, selama mengandung, aku tidak terlalu becus membuat biskuit."

Gun tersenyum lembut, mengambil satu biji biskuit itu. "Ini enak, sedikit asin."

"Suamiku tidak bisa memakannya, katanya sudah hampir seperti biskuit asin untuk mengatasi morning sickness-ku. Tapi, tenang saja, itu bukan biskuit ibu hamil." Mrs. Houston mengakhirinya dengan kekehan.

Gun juga terkekeh. "Kupikir aku akan tetap memakannya, aku tidak begitu pilih-pilih makanan."

"Syukurlah kalau begitu. Oh iya, aku tadi bertanya tentang kegiatanmu sebagai guru... menyenangkan?"

"Menyenangkan, benar-benar aku. Sejak dulu aku suka berbicara, aku selalu ingin mengutarakan segala yang ada di kepalaku kepada siapa pun."

Meski Gun dapat dikatakan introver, yang mana dirinya sangat tidak suka kebisingan, menjadi guru memang cita-citanya sejak awal, toh kelasnya juga tidak bising meski dihuni cukup banyak murid, mereka anak-anak senior high, jadi cukup tenang dan manut jika diberi pengarahan. Akan beda cerita jika ia mengajari anak-anak sepantaran William, ia yakin dirinya akan menangis karena kewalahan.

The Love of A Heartless ManNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ