Heaven's Not Too Far 19/1

204 23 1
                                    

"Sir Gun!"

Gun yang sedang duduk bernaung di bawah megah dan rindangnya pohon Beech sembari membaca langsung menoleh ke arah suara yang berasal dari seorang anak kecil berukuran tubuh sesuai umurnya... sembilan tahun.

"Ada apa, Nak?"

"Coba kau periksa tugasku, aku sudah mengisi tabel matematikanya."

Gun menerima buku dari anak kecil itu. "Hanya sampai perkalian tiga saja? Bukankah aku memintamu membuat tabel hingga perkalian lima?"

"Nah, itu dia, Sir. Aku lupa."

Gun hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar jawaban bocah di depannya itu. "Isaiah, kau tidak bisa menjadikan lupa sebagai alasan di kelasku, Nak."

Isaiah terkekeh. "Aku akan mengerjakannya lain kali, Sir."

"Begitu saja terus alasanmu," sahut Gun. "Kau akan tertinggal jauh dari teman-temanmu yang lain kalau begini."

"Tidak akan, Sir. Masih ada Andrew yang masuk kelas sebulan sekali."

Gun menepuk jidatnya. "Andrew bercita-cita menjadi seorang pendaki, dan dia merasa tidak perlu pendidikan untuk itu. Sementara kau, cita-citamu menjadi astronot, katakan padaku astronot mana yang tidak serius dengan pendidikannya."

Isaiah terdiam, tersadar. "Kau benar juga, Sir. Seharusnya aku lebih memperhatikan pendidikanku," sesalnya.

"Betul sekali. Sekarang, aku akan menyerahkan buku ini kembali padamu, dan silahkan lengkapi tabel ini sampai perkalian lima." Gun menyerahkan buku itu kembali kepada Isaiah.

"Baiklah, Sir. Kapan harus kuperlihatkan padamu?"

"Minggu depan, di kelas selanjutnya."

Isaiah mengangguk-angguk, kemudian dia menapak naik, mengambil tempat duduk di sebelah Gun, bersandar pada batang Beech di belakang mereka. "Kau sedang membaca apa, Sir?"

Gun tersenyum. "Madame Bovary, Nak."

"Tentang apa?"

Gun tersenyum lagi. "Kupikir, akan lebih baik kalau kau bertanya nanti saat sudah memasuki usia dewasa. Cerita ini tidak kusarankan untuk anak-anak."

Isaiah berdecak. "Aku ini pintar, Sir. Aku sudah pernah membaca Anna Karenina, dan aku mengerti."

Mata Gun membulat otomatis. "Kau sudah pernah membaca Anna Karenina?"

"Kau nampak terkejut."

"Usiamu sembilan tahun, Bocah!" Dan Anna Karenina itu buku bacaan yang berat bahkan untuk ukuran orang dewasa.

"Memangnya kenapa, Sir?"

Gun menggeleng. "Tidak apa-apa... apa yang kau mengerti dari Anna Karenina kalau begitu?" tanyanya menguji.

Isaiah melipat kedua tangannya di depan dada. "Tidak lebih dari kumpulan orang dewasa dengan ketidakmampuan memilah dorongan, hasrat, angan, dan menuntut kesempurnaan, berakhir dengan penyesalan... ck, klasik sekali."

Bocah itu menyampaikan opininya dengan nada angkuh, terutama dengan decakan di akhir, membuat Gun melongo menatapnya tak percaya.

"Itukah pendapatmu?"

"Memangnya ada pendapat lain?"

Gun menyeringai. "Well, secara kasar pendapatmu itu benar, tetapi suatu hari nanti, ketika kau membaca kembali buku itu saat sudah dewasa, kau perlu lebih menjajaki pola psikologi dari setiap karakter di dalamnya, kau juga harus memakai perspektif kehidupan sosial-masyarakat pada latar waktunya yang memberi banyak pengaruh." Ia tidak tahu kenapa jadi mendiskusikan topik semacam itu dengan anak sembilan tahun.

The Love of A Heartless ManWhere stories live. Discover now