Just The Two of Us 6/1

307 26 2
                                    

Benarkah jika kita sedang berbahagia, waktu berjalan begitu cepat dan lebih cepat dari biasanya? Jika benar, maka itu akan menjelaskan apa yang Gun rasakan sekarang ini. Pria itu merasa bahwa kehadiran musim panas sungguh seperti dalam satu kedipan mata, seakan-akan musim semi di-skip begitu saja.

Rasanya baru kemarin ia menggigil karena dingin, perlu berpakaian lengkap super tebal untuk melindungi kulitnya dari percahan-percahan putih yang menohok dingin pada epidermisnya. Sekarang, kalau ia berpakaian seperti itu, maka dirinya akan mati kepanasan karena musim panas Colorado dapat menjadi begitu ganas, tidak hanya sesekali.

Dan rasanya baru kemarin sejak ia resmi memiliki kekasih dan menjadi kekasih seseorang, dan sekarang secara cukup mengejutkan dan menyenangkan di waktu yang bersamaan, status kekasih itu sudah lima bulan disandangnya.

"Brain..."

Gun acap lupa kalau dirinya punya nama setiap kali bersama dengan Off, karena pria itu hanya memanggilnya dengan empat panggilan; Brain, Hope, Precious, dan Love. Seakan tabu mulutnya dan sangsi lidahnya untuk memanggil 'Gun', jadi dia selalu memanggil dengan panggilan khusus yang digunakannya secara acak, terserah dirinya saja.

Syukurlah Gun tidak hanya berinteraksi dengan kekasihnya saja, masih ada orang-orang lain yang mengingatkan dirinya bahwa ia punya nama. Meski tak akan munafik ia mengakui bahwa dirinya lebih suka panggilan dari Off, bahkan sesekali jika mereka sedikit cekcok, ia khawatir akan mendengar 'Gun' keluar dari mulut pria yang semakin disayanginya itu, untung saja kekhawatirannya belum pernah terjadi.

"Jangan lupa memakai jaket agar kau tidak kedinginan, Brain."

Bukankah sedang musim panas? Mengapa Off memintanya memakai jaket agar tidak kedinginan? Karena ternyata pria itu berbicara dalam banyak bahasa untuk mengkomunikasikan cintanya kepada Gun.

Seminggu lalu tepatnya, dia mengajak sang kekasih untuk liburan musim panas di salah satu negara bagian Selatan Amerika.

Sebenarnya ajakan itu berlaku untuk yang lainnya. Tetapi, Tay mengatakan bahwa kejahatan tidak mengenal musim dan dia memiliki persidangan kasus perampokan toko perhiasan, New secara dadakan memutuskan liburan ke Thailand, dan Pim harus ikut summer camp bersama dengan teman-teman dari club teater.

Jadilah hanya mereka berdua yang berkesempatan liburan bersama—yang sejak awal memang diharapkan Off—dan di sinilah mereka sekarang, di negara yang terkenal dengan tim sepak bolanya... Argentina.

"Menurutmu, akan setinggi apa air terjunnya?" Tangan Gun tidak berhenti memilah-milah barang untuk dibawa dan tidak dibawa ke tempat yang akan mereka kunjungi hari ini.

"Iguazu? Itu tak hanya tinggi, tetapi juga besar, Love."

Mereka akan pergi mengunjungi air terjun raksasa yang terletak di Provinsi Misiones itu, sejam lebih jauhnya dalam jarak relatif penerbangan dari Buenos Aires yang berdasarkan pengaturan Off, akan menjadi final destination mereka.

Gun tidak banyak protes, ia benar-benar ayo-ayo saja. Bukan karena Off tidak memberinya kesempatan untuk menentukan—percayalah, tidak ada siapa mendominasi siapa dalam hubungan mereka—tetapi karena ia pribadi tidak suka jika harus menggunakan otaknya jika bersama Off, pria itu akan mengerjakan segalanya, dan ia tinggal terima hasil.

Seperti bagaimana tiket dan segala sesuatu yang berhubungan dengan liburan mereka.

Sejauh ini, Gun menilai itu salah satu dari banyaknya keunggulan mengencani Off, ia dapat mengistirahatkan otaknya sejenak, menjadi bebas dan lepas, tidak perlu begitu mengkhawatirkan apa-apa.

"Menurutmu semua ini sudah cukup?" Gun mempersilahkan Off melihat isi tasnya.

Off memperhatikan sebentar. "Sudah, Hope. Sini, kupakaian jaket untukmu."

The Love of A Heartless ManWhere stories live. Discover now