To Kill A Mockingbird 18/3

282 26 3
                                    

(21+)

"Off!"

Off hampir terhuyung ke belakang saking bersemangatnya Gun yang melompat ke dalam pelukannya setelah berlari menuruni anak tangga depan rumah.

"Precious..." Ia sedikit mengangkat tubuh tunangannya. "Ibu bilang kau sakit perut jadi tidak bisa menghadiri agenda sidang terakhir hari ini."

"Sudah mendingan sekarang... maaf."

Off menurunkan tubuh tunangannya, melepas pelukan agar bisa menatap wajah Gun. "Yakin?"

Gun mengangguk. "Aku hanya masuk angin."

"Syukurlah."

"Aku tidak bertanya putusannya karena Tay sudah mengirimiku pesan... di mana ayah dan ibumu?"

"Mereka ada acara yang perlu dihadiri, jam makan malam nanti mereka sudah akan berada di sini," jawab Off menjelaskan.

"Tay?"

"Dia ke rumahnya, nanti akan ke sini juga."

Gun mengernyit, melempar pandangan ke arah mobil. "Siapa yang menyetir? Kau?"

Off mengangguk. "Iya."

"Off!" geram Gun. "Kau tidak boleh buru-buru seperti itu, ok? Bagaimana jika kau mendadak mengingat kecelakaan itu?" kesalnya bertanya.

"Aku sudah bisa mengingatnya tanpa merasa panik, Love."

Gun berdecak kesal. "Tetap saja kau tidak boleh menyetir sendirian... keras kepala sekali dirimu, aku marah!"

Gun melangkah masuk ke dalam tanpa menunggu Off. Membuat tunangannya itu gelagapan panik.

"Brain, aku tidak apa-apa, sungguh," bujuk Off.

"Terserah dirimu saja."

Gun terus melangkah, menaiki anak tangga dengan kesal, masuk ke dalam kamar Off yang selama ini dia tempati.

"Ayolah, maafkan aku."

Gun masuk ke dalam selimut. "Aku mau tidur saja," ketusnya.

Off tersenyum, kemudian naik ke ranjang, memeluk tubuh tunangannya dari belakang. "Tidak bisakah aku mendapat maaf?"

Gun mengubah posisinya menjadi berhadapan dengan Off. "Aku khawatir," katanya.

"Tak masalah, aku perlu melawan rasa takutku kalau benar-benar mau sembuh, kan?"

"Ya," jawab Gun. "Tetapi aku tetap khawatir."

Off meraih tangan Gun, mengecup satu per satu jemari tunangannya. "Maafkan aku selalu membuatmu khawatir."

Gun mengangguk. "Kau harus ingat bahwa kau punya orang-orang yang mencintaimu, kalau kau tidak peduli pada dirimu sendiri, cobalah untuk mempertimbangkan mereka sebelum melakukan sesuatu yang beresiko." Jempolnya menyapu-nyapu wajah Off.

"Kupastikan terus mengingat hal itu."

"Pasti ranjang di tahanan itu tidak nyaman, ya?"

Off tersenyum. "Tak masalah, aku sudah di sini sekarang."

"Kemarilah." Gun merentangkan dua tangannya. "Biar kupeluk dirimu."

Off masuk ke dalam pelukan yang selalu dan akan selalu menjadi kehangatan yang menenangkannya. "Aku merindukanmu."

"Aku teramat sangat merindukanmu."

Mereka bertatap-tatapan, memuaskan rindu masing-masing untuk tenggelam dalam cinta yang juga mereka bahasakan melalui mata.

The Love of A Heartless ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang