Cucu Harga Mati

3.4K 486 18
                                    

"Aunty di mana? Aunty cibuttah?" tanya Lily yang sedang berbicara di sambungan telepon dengan terus menatap intimidasi ke arah sahabat mommynya itu.

"Aunty sedang makan siang di luar sayang. Kebetulan jam kerja aunty sudah selesai. Ada apa sayang?" tanya aunty Lily di seberang telepon.

"Bicatah aunty demput baby," jawab Lily dengan tidak lepas menatap sengit sahabat mommynya itu.

Jennie mengernyitkan dahi dengan permintaan putrinya.

"Baby, why? Baby ingin pulang? Ayo bersama mommy, kita pulang sekarang ne," ucap Jennie.

"J kirim alamat, unnie akan menjemput baby," kata perempuan di seberang telepon.

Jennie belum mengapikkan ucapan unnienya, dia masih berusaha untuk mengajak putrinya berbicara.

"By, ayo kita pulang," ajak Jennie yang terus berusaha mengajak putrinya berbicara. Tapi semuanya sia-sia.

"Nty," kata Lily menatap mommynya dengan tatapan yang sama seperti yang dia berikan pada sahabat mommynya itu.

"J, ada apa dengan anak ini?" tanya chahee dengan kebingungan menyelimuti dirinya.

"Diam!" tegas Jennie menatap nanar sahabatnya.

"Hentikan perdebatan kalian. Segera kirim alamat, unnie akan ke sana. Jangan membuat hal-hal yang bisa memicu trauma baby. Unnie memperingati mu, J!" tegas aunty Lily yang langsung mematikan sambungan telepon.

Jennie yang mendengar intrupsi dari unnienya, langsung meredakan emosi saat sebelumnya menegur sahabatnya itu. Bagaimana tidak emosi? karena sahabatnya, Jennie mendapat tatapan nanar dari putrinya dan sepertinya putrinya tidak akan ingin berbicara ataupun bertemu dengan dirinya beberapa waktu kedepan.

Jennie yang tidak ada pilihan lain, akhirnya mengirim lokasi restoran tempat mereka makan siang. Setelah selesai, Jennie masih terus mencoba untuk membujuk putrinya yang benar-benar mengacuhkan dirinya.

"Sayang, mommy minta maaf untuk perkataan dan perbuatan yang menyakiti hati baby. Mommy tidak akan tahu keinginan baby, kalau baby tidak mengatakannya. Ayo berbicara dengan mommy," ucap Jennie dengan tulus dan lembut sambil membelai kedua pipi putrinya.

Hanya dengan ucapan mommynya, seketika mata balita itu berubah menjadi berkaca-kaca dan wajahnya memerah. Jennie berusaha untuk tersenyum di depan putrinya, menunggu putrinya mengutarakan isi hatinya.

"Baby bebas mengatakan apapun yang baby ingin. Mommy tidak akan marah, mommy mendengarkan baby," sambung Jennie dengan terus mengelus pipi putrinya.

"Menyatiti baby, myy," adu Lily sendu lolos sudah air matanya, sambil menunjuk ke wajah sahabat mommynya.

"Hah? Why. Hei bocah asal kau tahu, karena kehadiran wanita jadi-jadian dan kau di hidup sahabat ku! Hidupnya rusak berantakan!" tekan Chahee.

Jennie ingin sekali menampar dan menghajar perempuan di depannya saat ini, bila dirinya tidak mengingat keberadaan putrinya. Jennie menutup kedua telinga putrinya dan menatap sengit ke arah MANTAN sahabatnya.

"Pergi, aku bukan sahabat kau lagi!" tekan Jennie dengan tatapan mata kucing.

Chahee mengernyitkan dahi dan merasa terintimidasi dengan tatapan sahabatnya itu. "Apa yang kamu bicarakan, J? Kamu memutuskan hubungan kita hanya karena dia?"

"Dia putriku lebih berharga dari nyawaku! Kau hanya sampah bodoh! Pergi, sebelum aku benar-benar kehabisan kesabaran!" usir Jennie dengan terus menutup kedua telinga putrinya.

Chahee sudah berdiri dari kursi, sebelum dia benar-benar pergi dari restoran; mantan sahabat Jennie itu memberikan ultimatum kepada Jennie.

"Kau akan menyesal, J!" ucapnya dan benar-benar pergi meninggalkan restoran.

MOMMY LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang