Drakula Kecil Istirahat

3K 381 34
                                    

Saat jam menunjukkan pukul 00:27 tengah malam, si kecil tiba-tiba terbangun dari tidurnya dengan tangisannya yang menyebar. Suara tangisnya membangunkan Jennie, sang mommy, yang sedang memeluk dirinya dengan penuh kasih sayang.

Jennie segera mengumpulkan kesadarannya dari tidur dan merespons dengan cepat. Dengan lembut, dia bertanya pada putrinya dengan suara lembut. Sambil mencoba menenangkan putrinya, Jennie bertanya dengan penuh perhatian, "Apa yang terjadi, sayang? Baby merasa sakit dibagian mana?"

Dalam kegelapan malam, Jennie mencoba mencari tahu apa yang mungkin membuat si kecil terbangun dan menangis. Jennie menyalakan lampu kamar tidur untuk mengecek keadaan putrinya.

Klik,,,

"Ca-tit, myy," lirih si kecil dengan tangan di atas dadanya.

Chup,,,

Jennie memberikan ciuman di dada putrinya, dia menempatkkan putrinya di posisi yang nyaman. Setelah itu Jennie mengambil telepon untuk menghubungi Karina dan Arkan. Ya, si kecil harus di bawa kerumah sakit sesuai dengan saran dokter.

"Ke kamar sekarang!" Jennie mematikan sambungan telepon pada Karina dan lanjut menelepon Arkan.

"Siapkan mobil! Kita kerumah sakit!" Jennie meletakkan telepon di tempat semula dan bergegas untuk mengambil jaket untuk putrinya. Sementara itu suara tangis dan lirihan dari si kecil masih terus terdengar.

Jennie menahan diri untuk tidak ikut menangis, karena mendengar tangis dan lirihan dari putrinya. Dia lebih memilih untuk menyiapkan keperluan putrinya yang akan dilarikan kerumah sakit. Jennie bukan tidak ingin menggendong tubuh putrinya saat itu, mengingat si kecil masih terhubung dengan slang infus. Akan menyakiti si kecil bila harus melakukan banyak pergerakan dan Jennie akan sangat kerepotan bila harus mendorong tiang infus di sertai menggendong tubuh putrinya. Jadi Jennie memilih untuk mempersiapkan perlengkapan putrinya dengan ditemani suara tangis dan lirihan dari putrinya yang mengeluh sakit di bagian dada.

Setelah di rasa cukup, Jennie kembali menghampiri tempat tidur untuk memakaikan putrinya jaket, kaus kaki, mengingat saat ini di negara itu sedang berada di suhu dingin. Jennie mengenakan putrinya jaket dan kaus kaki dengan perlahan, sambil menenangkan putrinya.

"Sabar, ya sayang. Kita kerumah sakit, ya," ucap Jennie dengan lembut.

"Catit, myy," lirih si kecil.

"Baby bisa berbagi rasa sakitnya dengan mommy, sayang. Baby boleh cubit atau gigi mommy. Bagi rasa sakitnya, sayang. Jangan dinikmati sendiri. Mommy disini, mommy untuk baby!" kata Jennie dengan senyum pedih melihat putrinya yang kesakitan seperti itu.

Klik,,,

Karina masuk ke dalam kamar, melangkah besar menghampiri bos dan bos kecilnya. Dari langkah pertama masuk ke dalam kamar, Karina langsung disuguhi suara lirih dan tangis dari bos kecilnya. Hal itu cukup menandakan bahwa bos kecilnya benar-benar sedang merasakan sakit yang luar biasa.

"Unn," panggil Karina yang khawatir melihat bos kecilnya yang berlinang air mata, wajah merah, tangan terus berada di atas dada.

"Bantu bawa infus baby. Kita kerumah sakit sekarang!" ucap Jennie yang mulai mengangkat tubuh putrinya dan di posisikan di dalam dekapannya.

"Ya unn," Karina tanpa basa-basi langsung melakukan perintah dari bosnya.

Setelah di rasa aman infus baby, Jennie dan Karina mulai meninggalkan kamar dengan si kecil di dalam dekapan mommynya. Mommy muda dan sekretaris itu buru-buru menuruni tangga dan melangkahkan kaki dengan besar untuk segera tiba di mobil yang sudah standby Arkan di sana.

MOMMY LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang