Kamu Malaikat Itu, Sayang

3K 409 6
                                    

Di ruangan yang biasanya bersih dan teratur, suasana kali ini berbeda. Cahaya yang biasanya cerah dari jendela terasa redup, menciptakan aura sedih yang mengelilingi Dokter Irene. Di meja kerjanya, berkas-berkas dan peralatan medis terabaikan, terlihat seperti tidak tersentuh sejak beberapa saat yang lalu.

Irene duduk di kursi berbalut kulit berwarna gelap di pojok ruangan, tatapannya kosong memandangi jauh ke luar jendela. Rambut panjangnya terurai, tidak seperti biasanya yang selalu tertata rapi. Wajahnya yang biasanya cerah kini dipenuhi oleh ekspresi kesedihan yang mendalam. Mata hijau zamrudnya yang biasanya bersinar kini redup oleh air mata yang tak terbendung.

Suara isak tangis kecil terdengar dari sudut ruangan, ditambah dengan hembusan napas yang tak teratur. Irene mencoba keras untuk menahan getaran tubuhnya yang terus-menerus menunjukkan kekecewaan dan kesedihan.

Di meja sampingnya, ada sebuah foto anak laki-laki berusia 7 tahun yang tersenyum ceria. Foto itu menampilkan ingatan akan sosok yang telah pergi. Irene meraihnya dengan gemetar, memeluk fotonya erat-erat sambil memejamkan mata. "Maafkan saya," bisik Irene dengan suara yang rapuh. Suara itu terdengar bagai lantunan doa yang penuh penyesalan. Anak laki-laki itu adalah salah satu pasien pengidap kanker otak stadium akhir yang berada di bawah tanggung jawab Irene.

Entah berapa lama Irene terdiam dalam kesedihan yang mendalam, merenung tentang takdir dan rasa bersalah yang menghantui dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah berapa lama Irene terdiam dalam kesedihan yang mendalam, merenung tentang takdir dan rasa bersalah yang menghantui dirinya. Di ruangan yang sunyi, hanya terdengar suara gemuruh hujan yang mengiringi kesunyian, menciptakan kesan sedih yang semakin dalam.

***

Suasana senja memperlihatkan langit yang semakin gelap, tetapi keceriaan terpancar dari balita perempuan yang anteng di gendongan hangat Aunty Oci. Sinar matahari terakhir memantul di rambut pirang Lily, menambah kecantikan wajahnya yang penuh kegembiraan. Gendongan Oci memberikan rasa aman pada Lily, dengan pelukan lembutnya yang memeluk erat.

Aunty Chu, sosok energik dengan mobil mewahnya, dengan cermat memarkir kendaraannya di area parkir rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aunty Chu, sosok energik dengan mobil mewahnya, dengan cermat memarkir kendaraannya di area parkir rumah sakit. Gerakannya elegan saat membuka pintu mobil, memperlihatkan kelas dan keanggunan yang melekat pada dirinya. Lily tak sabar untuk keluar, matanya bersinar cerah sambil mengamati sekeliling dengan rasa penasaran yang khas pada balita yang selalu ingin tahu.

MOMMY LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang