Chapter 15

17K 748 15
                                    

Beberapa saat setelah Hendra dan Ilham pergi, Hanna mulai mendapatkan kesadarannya.
Nadine yang tadi sedang memberesi pakaian Hanna setelah menggantinya kini berdiri di sebelah Hanna.
Mengusap kening Hanna agar gadis itu segera membuka matanya.
Mata Hanna terbuka kecil. Ia menatap Nadine di sebelahnya dan bergumam "mama" Hanna kembali memejamkan matanya saat kepalanya masih terasa pening.
"Hanna" Nadine menyentuh lengan Hanna agar tak kehilangan kesadarannya lagi.

Hanna membuka matanya lebih lebar.
"bagaimana keadaanmu sayang ?" tanya Nadine sembari tersenyum.
Hanna mengangguk kecil, mengisyaratkan bahwa dia baik-baik saja.
Kemudian Hanna menatap ke sekitarnya dan berakhir di pintu kamar rawatnya.
Nadine ikut menatap kesana "kamu mencari Bisma? dia sedang di ruangan Calista. Mama kesini tadi saat Bisma datang dan menggantikan mama menjaga Calista" Jelas Nadine.
Bukan itu yang Hanna cari. Bahkan nama Bisma tadi sama sekali tak terlintas di kepalanya "Ilham ma" ucap Hanna pelan.
"mama menyuruh Ilham mengajak Ayah untuk makan sebentar. Ayah melewatkan sarapan dan makan siangnya"
"jam berapa sekarang ma? sudah berapa lama Hanna di sini?" Hanna tampak cemas.
Nadine melihat ponselnya "jam 7 sayang. kenapa?"
"aku pasti membuat Ayah cemas" sesal Hanna.
"tidak apa Hanna. tidak ada yang menginginkan hal ini terjadi. yang terpenting sekarang kamu baik-baik saja. sebenarnya... apa yang terjadi? apa yang Bisma lakukan padamu?" Nadine menyentuh bahu putrinya.
Hanna menggeleng "bukan Bisma ma. Hanna merasa kurang enak badan setelah minum kopi kemarin" Hanna menunduk. Menyembunyikan keburukan suaminya dari orang lain untuk yang kesekian kalinya.

"lalu, menurutmu ini apa nak ?" Nadine menyentuh lembut perban yang melilit kepala Hanna.
Hanna baru sadar jika di kepalanya terdapat perban. Ia tampak terkejut dan memegangi kepalanya sendiri.
Hanna mengingat-ingat beberapa kejadian terakhir sebelum Ia tak sadarkan diri.
Yang Hanna ingat hanya Ia dan Bisma berdebat hebat di dalam mobil Bisma dan kemudian Ia tak sadarkan diri. Hanna lupa detail pertengkaran mereka. Hanna juga melewatkan perlakuan Bisma yang menghempaskan kepalanya begitu kasar hingga membentur kaca mobil dengan keras.
Hanna menggeleng "aku tidak tahu ma" Hanna sudah berusaha mengingatnya tapi hanya dengungan samar suara Bisma yang memakinya habis-habisan sampai Ia merasakan sakit kepala luar biasa. Hanya itu.
"jangan disembunyikan Hanna. perlakuan Bisma tidak bisa dibiarkan. ini kekerasan"
*
*
*
Di ruangan serba putih ini, Bisma menatap sendu Calista yang masih terbaring lemah dengan alat-alat penopang hidupnya.
Ia menggenggam jemari Calista dengan kedua tangannya. Mencoba memberi tahu Calista akan keberadaannya.

"sayang, kapan kamu akan bangun ? aku merindukanmu" Bisma meletakkan punggung tangan Calista di pipinya. Tangan itu dingin, seperti wajahnya yang semakin pucat.
"bangunlah. bantu aku keluar dari masalah ini" mata Bisma terpejam. Menyelami rasa sakit yang kembali menghantam hubungannya bersama Calista.

Mereka baru saja bahagia karena persiapan pernikahan mereka sudah selesai tinggal pelaksanaannya saja, tapi musibah yang menimpa Calista membuat semuanya terasa semakin jauh. Impian Bisma untuk segera menikahi wanita yang Ia cintai ini musnah begitu saja.
Keluarga kecil yang bahagia dan akan segera dilengkapi oleh malaikat kecil di antara mereka menguap begitu saja tanpa sisa.
Tergantikan dengan rumah tangganya bersama wanita yang sama sekali tidak Ia inginkan. Hanya ada kehancuran di dalamnya.
Dan Bisma sangat membencinya. Membenci Hanna sedalam Ia mencintai Calista.

Bisma meletakkan sebelah tangannya di perut Calista. Ia begitu menyesal karena bayi di dalam rahim Calista tidak bisa diselamatkan "maafkan aku. maafkan aku yang tidak bisa menjagamu sayang. aku bodoh! maafkan aku sayang" Bisma tampak kalut dengan gumamannya yang sendu.
Kepalanya tertunduk begitu dalam. Ia menangis. Menangis untuk kesekian kalinya karena wanita yang sama.
Wanita yang membuat dirinya berubah.
Benar-benar berubah.

Dari Bisma Karisma yang sangat penurut kepada orang tua menjadi seorang Bisma yang mengabaikan ucapan orang tuanya. Ia menjadi egois dan semaunya sendiri.
Jarang pulang dan Ayahnya sering mengatakan Bisma berubah.
Sering bolos kerja hanya karena Calista yang tiba-tiba menelephone dan ingin Bisma mengantarkannya ke tempat keinginannya. Nilai akademik Bisma turun drastis saat kuliah setelah mengenal Calista apalagi saat mereka sudah resmi pacaran hingga orang tuanya memanggil guru privat ke rumah untuk memperbaiki nilai Bisma.
Bahkan Bisma berani berhubungan diluar batas bersama Calista hanya agar orang tuanya membiarkan Bisma menikah dengan Calista.

Bisma kembali menatap wajah Calista. Ia merogoh saku celananya dan mengambil sebuah kalung dari sana.
Kalung dengan permata unicorn yang lucu.
Kalung yang Casma berikan untuk menantunya. Kalung yang sekarang sudah menjadi milik Hanna.
Tapi Bisma mengambilnya tanpa Hanna tahu karena gadis itu meningggalkannya begitu saja di rumah orang tua Bisma.
Bisma memakaikan kalung itu pada Calista "kamu lebih cocok memakainya sayang. karena kamu adalah istriku"

Kalian boleh mengatai Bisma gila atau sinting. Tapi di mata Bisma, di otak Bisma dan di hati Bisma hanya ada Calista. Calista segalanya.

 Calista segalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HURT (Sudah Terbit)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang