Chapter 16

17.3K 772 5
                                    

WARNING !!: typo(s), ucapan kasar dan perbuatan yang tidak patut dicontoh bertebaran

Happy reading 😊😊

tok tok
Suara pintu yang diketuk dari luar membuat Hanna dan Nadine menatap ke pintu.
Nadine berjalan menuju pintu lalu membukanya.

Senyum pasangan Ibu dan anak terlihat oleh Nadine, Ia tersenyum dengan raut bingung karena tidak mengenal keduanya.
"tante Marissa" Hanna berucap senang dan mencoba duduk tapi kepalanya masih pening.
Nadine menghampiri Hanna dengan cepat "tiduran dulu Hanna, kamu baru sadar"
Hanna pun mengangguk.

"silakan masuk" Nadine menoleh pada Marissa dan Rahma saat tahu Hanna mengenal mereka.
Marissa dan Rahma masuk dan berdiri di sisi ranjang Hanna.
"bagaimana keadaanmu Hanna?" tanya Marissa menatap miris perban di kepala Hanna.
"Hanna baik tante. hanya kecelakaan ringan" Hanna tersenyum meyakinkan. Padahal ia tak tahu luka yang di perban ini luka apa.
"syukurlah kalau begitu. oh ya, ini putri tante" Marissa mengenalkan Rahma.

"hay kak. aku Rahma" Rahma mengulurkan tangannya pada Hanna.
Hanna menyambutnya dengan senang hati "Hanna. kamu cantik sekali"
Ucapan Hanna sukses membuat Rahma tersenyum malu.
"ma, ini tante Marissa. orang yang pernah menolong Hanna" kini Hanna mengenalkan Marissa pada Nadine.
"saya Nadine. mama Hanna" Nadine mengenalkan diri "tapi, menolong apa?"
Hanna menggigit bibirnya saat sadar dengan apa yang Ia ucapkan.
Hanna memaksa untuk duduk dan Nadine segera membantunya.

"Hanna, jangan menutupi apapun dari mama. Sebenarnya apa yang terjadi? Akhir-akhir ini mama rasa kamu terlalu tertutup pada keluarga"
"ma.." Hanna bergumam sembari menunduk "aku tadi malam bertengkar dengan Bisma dan... dan aku pergi" air mata Hanna menetes tanpa suara. Ia yang menunduk membuat orang-orang disana tidak tahu gadis ini sedang menangis "aku lupa jalanan Jakarta. dan tante Marissa menolongku" Hanna berucap begitu pelan "tolong jangan katakan ini pada Ayah, ma"
"Ayah harus tahu Hanna. Bisma benar-benar keterlaluan"
"ma.." Hanna menggeleng menatap Nadine "Hanna mohon"
*
*
*
2 hari berlalu

Sudah 2 hari pula Bisma dan Hanna tidak bertemu.
Bisma menyibukkan diri di kantor dan sesekali datang ke rumah sakit untuk menjenguk Calista.
Sedangkan Hanna sekarang ada di rumah orang tuanya. Kemarin Hanna memaksa untuk segera pulang dan dokter akhirnya mengizinkan.
Bisma sama sekali tak ada niat untuk melihat keadaan Hanna. Menghubungi keluarga Hanna pun tidak.
Hanya kemarin Nadine memberitahukan kepulangan Hanna saat bertemu di ruangan Calista.
Bisma hanya mengangguk dan terlihat sekali tidak tertarik. Ia sungguh tak peduli.

Berbeda dengan Bisma, kedua orang tuanya beberapa kali mencoba menemui Hanna tapi ditolak Hendra dengan halus.
Hendra mengatakan Hanna butuh banyak istirahat dan waktu sendiri.

Saat ini, Hanna sedang menatap keluar jendela kamarnya. Kedua telapak tangannya bertumpu pada bingkai jendela bawah sebatas pahanya.

Udara sore yang hangat.
Hanna ingin berada di Australia sekarang. Satu bulan lagi adalah liburan musim panas. Ia ingin menghabiskan waktu liburannya bersama teman-temanya yang begitu perhatian seperti tahun-tahun sebelumnya.
Hanna baru kali ini kembali ke Indonesia setelah 6 tahun keberangkatannya ke negeri suku Aborigin itu. Banyak mahasiswa lain yang pulang ke kampung halaman setiap liburan, tapi Ia, Rafael, Ailee dan beberapa teman dekatnya yang lain memilih berlibur ke negara lain bahkan benua lain.

Pernah hampir semua temannya pulang ke negara masing-masing, tapi Hanna tetap ingin disana karena alasan tertentu. Alasan yang membuatnya tak pernah pulang, sekalipun saat Ia menyelesaikan S1 nya.
Dan ketika itu Rafael membatalkan penerbangannya ke Cina demi menemani Hanna.
Hanna sempat memaksa Rafael kembali ke Cina-tempat keluarga besarnya- tapi Rafael malah mengatakan 'aku akan pulang ke Indonesia bersamamu'
Sejak saat itu Rafael tidak pernah lagi menghabiskan masa liburan tanpa Hanna.

HURT (Sudah Terbit)✔Where stories live. Discover now