Chapter 45

11.3K 583 18
                                    

Happy reading😊

"seharusnya kamu mengikuti saranku dulu untuk meminta Ayah menceraikan mamaku"
"tidak mungkin. Ayah mencintai mama"
"kau dan Ayah sama-sama tercipta sebagai makhluk luar biasa kurasa. Padahal waktu itu aku benar-benar memberitahukan hal ini pada Ayah"
"apa?! kau mengatakannya!?" pekik Hanna tak percaya.
"dan jawaban Ayah membuatku lebih gila"

flashback on

"Ayah Hendra lebih kaya dari papamu"
Hanna yang ingin pergi ke taman belakang menghentikan langkahnya saat mendengar kalimat itu.
Saat menengok ke kiri, Hanna mendapati Nadine dan Calista sedang mengobrol di kamar Calista yang pintu kamarnya tak tertutup sempurna.
Hanna berdiri di balik pintu, Ia ingin mendengar hal lebih dari kalimat itu.

"mama memang hebat. bahkan aku yang sudah tahu pun tidak bisa membedakan mama yang mencintai Ayah dengan tulus atau cinta palsu"
Hanna membungkam mulutnya sendiri karena terkejut dengan ucapan Calista.
Ia tak menyangka jika Nadine tidak tulus pada Ayahnya. Padahal saat dulu Hendra meminta izin pada Hanna untuk menikah lagi, Hendra mengatakan bahwa dia benar-benar mencintai Nadine. Hanna menggeleng tak percaya.

"tentu saja. seseorang yang sudah mengenal cinta memang akan lemah pada orang yang Ia cintai"
"aku sekarang menjadi siswa paling kaya di kelas Ma. aku senang menjadi orang pertama yang memiliki barang-barang baru"

Hanna tak sanggup lagi mendengar hal lebih. Ia akan menutup rapat telinganya akan hal ini. Hanna akan menganggap dirinya tak tahu apa-apa.
Hanna mundur perlahan agar tak menimbulkan suara.
Setelah sedikit jauh, Hanna membalik tubuhnya.

Ia terkejut mendapati Ilham yang sekarang ada di hadapannya.
Ilham hanya menatapnya datar.
Hanna segera melewatinya.
"apa kau akan mengatakannya pada Ayahmu" tanya Ilham dingin tanpa membalik tubuhnya.

"tidak" jawab Hanna juga memunggungi Ilham. Ia menganggap semua keluarga Nadine sama. jadi Hanna takut Ilham akan mengancamnya.
"kenapa?"
Hanna sudah tak menjawabnya, ia segera melanjutkan langkah.

"jadi, biar aku yang mengatakan ini pada Ayahmu"
Hanna menghentikan langkahnya dan berbalik cepat, menatap punggung Ilham yang perlahan ikut berbalik.
Mereka saling menatap.

"jangan" ucap Hanna kemudian.
"kenapa" tanya Ilham lagi lebih menekan katanya.
"Ayah mencintai mama"
"tapi dia tidak mencintai Ayahmu"
"aku tidak ingin Ayah kecewa"
"dan pada akhirnya Ayahmu akan kecewa. katakan pada Ayahmu untuk menceraikannya"
"sudah kubilang jangan mengatakannya pada Ayah!" Hanna bersikeras.

"dasar aneh" cibir Ilham santai "jika aku tetap ingin?"
"apa kamu sangat membenciku dan Ayahku? kamu tidak ingin memiliki saudara sepertiku?"
"benar, kau sangat mengganggu"
"aku tidak peduli. jangan ikut campur dengan urusan orang tua kita. kau tidak mengerti apapun anak kecil" Hanna yang sudah sangat jengkel meninggalkan Ilham yang tersenyum miring.
"jadi mari kita lihat apa yang bisa dilakukan anak kecil sepertiku, kakak sayang" Ilham tersenyum sinis lalu berjalan ke kamar orang tuanya.

Ilham mengetuk pintu dengan sedikit canggung. Ini pertama kalinya Ilham akan masuk ke kamar orang tuanya.
Tak lama, senyuman lebar Hendra menyambut kedatangannya. Hendra senang putra barunya ini mau datang ke kamarnya.
"ayo masuk" ucapnya hangat.

Ilham masuk ke dalam kamar.
Hendra berjalan ke sofa setelah menutup pintu kamarnya.
"kemarilah" Hendra menepuk tempat di sebelahnya tapi Ilham hanya diam di tempat tak berminat.
Hendra tersenyum melihatnya. Sejak pertama kali Nadine mengenalkannya pada Ilham, Hendra sudah paham dengan sikap pemuda itu.

HURT (Sudah Terbit)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang