Chapter 34

14.7K 647 9
                                    

Happy reading 😊😊

Suasana manis sore hari yang hangat.
Sabtu sore Bisma dan Hanna masih bermalas-malasan di depan televisi.
Mereka hanya mengisi waktu di hari sabtu dengan belanja bersama, menonton televisi dan kegiatan kecil lainnya.

"lihat itu, aku ingin kesana" Hanna menunjuk acara televisi yang menyiarkan sebuah keluarga yang sedang liburan ke Jepang.
"aku akan cari waktu untuk kita kesana" jawab Bisma enteng sembari memainkan rambut Hanna di pangkuannya.

Hanna menatap Bisma yang ada di atasnya "padahal aku pernah kesana" ucap Hanna tertawa kecil.
"kapan?"
"Bisma, aku ingin kesana seperti mereka. keluarga kecil yang bahagia" ucap Hanna tanpa menjawab pertanyaan Bisma "seorang Ayah, Ibu dan seorang anak yang lucu" tanpa sadar Hanna menyentuh perutnya sendiri, membayangkan rumah tangganya bisa sampai di titik indah itu dan mungkin sampai maut memisahkan mereka.

Bisma meletakkan tangan kirinya di atas tangan Hanna yang menyentuh perutnya, sedangkan tangan kanannya masih mengelus rambut Hanna "itu akan terjadi, karena aku juga punya keinginan yang sama"
"benarkah?" tanya Hanna antusias.
Bisma tersenyum lembut "tentu saja, aku ingin seseorang dari rahimmu memanggilku Ayah dan kita menjadi keluarga yang paling bahagia" Bisma menoel hidung Hanna gemas.

Hanna tersenyum senang "terimakasih"
"terimakasih sayang, karena tetap disisiku walaupun aku pernah melakukan kesalahan besar padamu. Kamu dengan mudah memberiku kesempatan untuk memperbaiki-
Ucapan Bisma terhenti saat bel pintu rumah mereka berbunyi.

"siapa?" tanya Hanna lalu bangun dari pangkuan Bisma.
"ntahlah, biar aku yang membuka" Bisma beranjak diikuti Hanna yang bergelayut di lengannya.
"ikut"

Bisma tersenyum senang dan mengacak poni Hanna gemas melihat tingkah Hanna yang tak ingin jauh darinya hari ini.
Mereka berjalan bersama untuk membukakan pintu.

"mama" ucap Bisma melihat Nadine berdiri di hadapannya.
Hanna langsung melepaskan lengan Bisma.
Bisma menoleh heran pada Hanna lalu meraih jemari kanannya untuk Ia genggam.
Hanna untungnya tidak menolak hal itu.

"silakan masuk ma" Bisma mempersilakan.
Nadine menggeleng gusar "mama kesini hanya ingin bertanya pada Hanna, apa kamu tahu Ilham dimana sayang?"
"Ilham?" Hanna mengernyit bingung "Ilham kemana?" tanyanya balik.

"astaga, jadi kamu juga tidak tahu Ilham dimana? 2 hari ini Ilham tidak pulang dan juga tidak masuk kuliah. kemana anak itu sebenarnya ?" Nadine meremas jarinya khawatir.

Hanna hampir melepaskan tangan Bisma dari genggamannya untuk mengambil ponsel, tapi niatnya segera urung "aku tidak tahu, dan aku tidak mau tahu"
"Hanna" Nadine berucap tak percaya Hanna berkata seperti itu.

"aku tidak akan peduli lagi pada Ilham ma. Dan aku juga tidak akan peduli lagi pada Mana" ucap Hanna kemudian berbalik kembali masuk ke dalam rumah.

Nadine tentu saja terkejut dengan sikap Hanna baru saja.
Bisma tampak bingung disana. Tidak biasanya Hanna seperti ini "maafkan Hanna ma, akhir-akhir ini Hanna memang sangat sensitif" ucapnya meminta pengertian.

"apa Hanna hamil?" tanya Nadine antusias.
"doakan saja ma" Bisma mengangguk lalu tersenyum.
"syukurlah, mama senang mendengarnya"

"apa ponsel Ilham tidak bisa dihubungi?"
"kadang tersambung tapi tidak pernah diangkat. Mama takut Ilham marah karena mama sempat memaksa Ilham untuk mengakui perasaannya pada... tidak. ya sudah, mama pulang dulu. jaga Hanna baik-baik Bisma. Ini kesempatan terakhirmu"

Bisma mengangguk saja walau sangat penasaran dengan ucapan Nadine yang tak tuntas "hati-hati Ma"

Bisma kembali masuk ke dalam rumah. Bisma kira Nadine kesini untuk memastikan keadaan Hanna yang Bisma tadi sudah beritahu bahwa Hanna baik-baik saja.
Ternyata hanya ingin menanyakan keberadaan Ilham.
*
*
*
Di dalam rumah, Hanna tak kalah gusar dari Nadine.
Ia menghubungi nomor Ilham berkali-kali tapi tak ada jawaban.

HURT (Sudah Terbit)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang