Chapter 22

18.1K 771 22
                                    

Happy reading 😍😊

Bisma mengejar Hanna yang menunggu pintu lift terbuka.

"Hanna" Bisma meraih lengan gadis itu.
Hanna menatap Bisma datar. Ia sedang kesal dengan keputusan orang tua mereka baru saja.
"Ayah ingin bicara denganmu. ku tunggu di mobil"

Hanna membalik tubuhnya untuk kembali ke ruangan Ayahnya tapi lengannya masih ditahan Bisma.
"apa lagi?" tanya Hanna jengkel.
"kenapa mengacuhkanku? ini keputusan Ayah kita bukan aku, jadi tidak seharusnya kamu marah padaku!"
"aku sedang marah pada semua orang!" Hanna menghempas tangan Bisma dari lengannya.
Bisma meraih kedua bahu Hanna dengan lembut, lantas membawa tubuh itu ke dalam dekapannya.

Hanna bingung, ia tak mengerti kenapa Bisma melakukannya. Tapi Hanna tak bisa memungkiri jika pelukan Bisma mampu mengurangi rasa kesalnya. Walau hanya sedikit.

Saat Hanna sadar ia hampir larut dalam pelukan itu, ia menarik diri secara perlahan hingga kedua jemari Bisma menuruni lengannya dan menggenggam kedua tangannya.

Hanna menatapnya aneh lalu menarik tangannya dari Bisma dan Ia segera berjalan menuju ruangan Ayahnya.

Bisma berdecak kesal karena ulah istrinya itu. Ia sudah mencoba memberinya perhatian tapi Hanna terus saja membentengi dirinya.

Hanna masuk ke ruangan Hendra tanpa mengetuk pintu.
Hendra yang masih duduk di sofa kini berdiri menatap putrinya.

"Ayah jahat" gumam Hanna dan tiba-tiba ia menangis.
Hendra menghampiri Hanna dan memeluknya.
Hanna semakin menangis di dekapan Hendra.
Ia meluapkan kekesalannya yang sedari tadi ia tahan pada Hendra "Ayah sudah gak sayang sama Hanna" wanita itu merancau menyalahkan Ayahnya.

Hendra mengusap rambut Hanna dengan lembut agar Hanna lebih tenang "maafkan Ayah, sayang"

Cukup lama Hanna terisak akhirnya ia mereda juga.
"dengarkan Ayah" Hendra merenggangkan pelukan mereka. Pria tua itu menangkup wajah basah Hanna "Bisma takkan berani macam-macam lagi sama kamu. Menurut Ayah mertuamu, Bisma sangat takut jika diancam dengan penghapusan dirinya dari keluarga Karisma. Jadi, sedikit apapun Bisma menyakitimu, kamu harus segera memberi tahu Ayah"
"kenapa Ayah setuju membiarkan Hanna bersama dia 6 bulan lagi? Hanna ingin segera kembali kuliah,Ayah. Kurang dari 4 semester lagi Hanna mendapat gelar S2. Ayah tahukan seberapa penting pendidikan untuk Hanna?"

Hendra mengangguk paham "Ayah tahu. Ayah sangat tahu. jangan pikirkan tentang kebersamaan kalian yang 6 bulan ini sayang. Tapi pikirkan proyeknya. Bukankah salah satu impianmu adalah membangun perusahaan real estate sendiri? ini langkah awal yang baik untuk karirmu nanti. Jika proyek ini berhasil, tanpa menunggu lulus kamu bisa menjadi orang yang diperhitungkan di dunia bisnis" Hendra tersenyum menatap Hanna yang terlihat mencerna penjelasannya.

"apa Ayah yakin ini akan berhasil?"
"pasti sayang. Ayah mengambil keputusan ini dengan perhitungan matang ke depannya. jangan khawatir, Ayah akan membantu apapun yang menurutmu sulit nanti. Temui Ayah kapanpun yang kamu mau"
"tapi Hanna baru kali ini terjun di pembangunan sebuah gedung yang tak bisa dibilang sederhana Ayah. ini sebuah hotel kelas internasional"
"kamu pikir Ayah tidak tahu kalau putri Ayah ini mengikuti investasi besar dengan Koyuki Ent di Jepang sejak 2 tahun lalu hm?"
"A-Ayah... Ayah tahu?"
"Ayah tahu seberapa dalam kamu sudah terjun di dunia bisnis. Bahkan Ayah mengikuti perkembangan setiap investasi yang kamu lakukan sayang. Pendapatanmu setiap proyek pun Ayah tahu. Apa Ayah terlihat tidak peduli selama ini padamu nak?" Hendra menatap putrinya menyesal.
"bu-bukan begitu Ayah. a-aku hanya... ingin sedikit... mandiri"
"putri Ayah adalah gadis yang hebat, jadi jangan khawatir soal proyek ini"
"kalau Ayah berpikir ini yang terbaik untuk Hanna, Hanna akan menuruti semua yang Ayah katakan"

HURT (Sudah Terbit)✔Where stories live. Discover now