Chapter-76

10K 479 17
                                    

Happy reading😊😊

"Hanna"
Hanna masih bungkam.
"kamu ingin menghubungi Ayahmu?"

Hanna membalik cepat tubuhnya dan menatap Bisma dengan penuh tanya.
Apa Bisma serius dengan tawarannya?

"hanya membuatnya agar tidak khawatir. tidak lebih"
"maksudmu?"
"katakan seperlunya. jika kamu mengatakan kita dimana, aku akan lebih jauh lagi membawamu" Bisma menyerahkan ponselnya pada Hanna.

Hanna sedikit ragu menerimanya kemudian duduk untuk menghubungi Ayahnya.
Lama menunggu. Tidak diangkat.

"Ayahku tidak akan mengangkatnya karena ini nomormu" Hanna mengembalikan ponsel Bisma.
"ulangi saja. Pasti diangkat"

Hanna melakukannya. Ia menggigiti kukunya sembari menunggu.
Kembali tak diangkat tapi Hanna tak menyerah. Ia terus mencobanya.

"ada apa" suara dingin dari sana akhirnya terdengar.
Hanna menatap Bisma sebentar "A-Ayah"

"Hanna!?" di seberang sana Hendra kembali melihat layar ponselnya, memastikan jika itu benar nomor Bisma "ini kamu Hanna!? kenapa kamu bisa...
"Ayah" Hanna menginterupsi agar Ayahnya tak khawatir "Hanna sedang bersama Bisma,

"bagaimana bisa? kamu di mana sekarang? Ayah akan menjemputmu" Hendra dengan terburu menyambar kunci mobilnya "kamu di mana sayang!?"
"Ayah, jangan khawatir. Hanna baik-baik saja" Hanna tahu suara Ayahnya yang terdengar tak beraturan itu karena Hendra sedang berlari juga merasa panik.

"kamu di mana nak, Ayah akan segera menjemputmu" Hendra tak peduli Hanna sedang apa bersama Bisma. Ia hanya ingin Hanna jauh dari pria itu. Sejauh mungkin.

"Tidak perlu Ayah. Hanna hanya akan sebentar bersama Bisma. Kami akan menyelesaikan urusan kami dengan baik"
"Tidak Hanna, kamu tidak baik-baik saja. katakan pada Ayah kamu di mana sekarang sayang?"

Hanna yakin kini Hendra sedang dilanda kecemasan yang luar biasa karena Hendra tak menerima apa pun alasan Hanna bersama Bisma. Meski Hanna mengatakan ia baik-baik saja, feeling seorang Ayah mengatakan yang sebaliknya pada Hendra. Hendra tak terima jika Hanna kembali disakiti oleh Bisma. Dan Hendra benar, Hanna sedang tidak baik-baik saja "Ayah-
"pria itu mengancammu?"

"Hanna bisa menyelesaikan ini Ayah"
"sayang, dengarkan Ayah. Katakan kamu di mana dan semuanya akan segera baik-baik saja" Hendra ingin menyelamatkan putrinya dari kehancuran yang bisa kapan saja Hanna alami lagi. Ia sungguh tak ingin menambah dosa dengan membiarkan Hanna terus bersama Bisma. Cukup dengan kesalahannya dulu yang dengan gegabah menikahkan mereka.

Air mata Hanna mengalir tiba-tiba karena ia tak bisa lagi menahannya. Hanna sangat mengerti betapa Hendra mencemaskannya saat ini, tapi ia juga takut Bisma membawanya lebih jauh lagi jika Hanna nekad memberitahu Hendra keberadaannya dan Hanna akan lebih sulit lagi pergi dari pria ini "Hanna hanya ingin Ayah beristirahat dengan baik. Hanna juga akan baik di sini. Hanna tutup" Hanna mematikan sambungan telepon dan menangis begitu saja.
Menenggelamkan wajahnya di antara lututnya dan terisak-isak.

Hanna tak peduli ketika ponsel Bisma di tangannya kembali berdering, Hanna yakin itu adalah Ayahnya.
Tubuh Hanna dibawa Bisma ke dalam dekapannya "maafkan aku. aku sungguh minta maaf Hanna"

Hanna semakin menangis dan tak peduli pada Bisma yang memeluknya dengan erat.
*
*
Belum sampai 15 menit Hanna tertidur, tiba-tiba Hanna merasakan lapar. Ia kembali terbayang nikmatnya 3 buah anggur di makan malam ini.
Ah pasti keinginan bayinya lagi.
Hanna mengusap perutnya, menenangkan makhluk kecil kesayangannya itu agar bisa menahan keinginannya setidaknya sampai besok pagi.

Tapi semakin mencoba menahannya, Hanna semakin menginginkannya. Ia tak nyaman dengan posisi apa pun karena lapar.
Hanna menguatkan hatinya agar bisa bicara pada Bisma. Setelah membulatkan tekadnya, Hanna berucap lirih "Bisma"

"hm? kenapa belum tidur?"
"aku lapar" cicitnya nyaris tak terdengar oleh Bisma.
"makan saja sayang"

Hanna kembali menggigit bibir bawahnya "eum, aku tidak suka makanannya"
"ini sudah sangat malam Hanna"
"aku ingin apel atau anggur" ucap Hanna cepat.

"kamu ingin kabur?"
"apa? tidak! aku benar-benar menginginkannya" Hanna membalik tubuhnya untuk menatap Bisma, tapi Bisma sedang memejamkan matanya. Pria itu tampak sangat lelah.

"sudah malam. besok aku akan membelikanmu apel dan anggur sebanyak yang kamu mau. sekarang makan saja yang ada sayang"

'benarkah kau menyayangiku?' batin Hanna menatap Bisma miris. Walau Hanna tak hamil, jika ia memintanya pada Ilham dan Ayahnya atau Rafael kapan pun mereka pasti segera mengabulkan keinginannya.

Hanna merasakan sakit hati yang sangat menyadari sikap Bisma yang tak ingin direpotkan olehnya ini.
Hormonnya sangat meningkat sejak hamil dan Hanna sering sekali sakit hati oleh hal-hal sepele akhir-akhir ini.

Hanna ingin sekali mengatakan pada Bisma jika ia sedang hamil agar keinginannya terpenuhi malam ini, tapi Hanna takut itu akan semakin mempersulitnya pergi dari Bisma nanti.

"Bisma, please" Sekali lagi Hanna memohon.

Bisma membuka matanya, membalas tatapan sendu Hanna "jika kamu masih berpikir bisa lari dariku lagi, lupakan saja Hanna"

Hanna menutup rapat mulutnya mendengar ucapan Bisma.
Kecewa? pasti.
Marah? sangat.
Sakit hati? Bahkan sakit sekali.

Tatapan Bisma berubah tajam "kau hanya milikku! sampai kapan pun akan tetap seperti itu!"

"Tap-tapi... aku hanya ingin anggur. Ini tidak ada hubungannya dengan kepemilikan yang sedang kau bicarakan" Hanna menggigit pipi bagian dalamnya sebentar untuk menahan tangisnya "Setidaknya.. pinjami aku ponsel. Kita bisa memesannya. Ja-jadi kamu tidak perlu khawatir aku akan kabur"

"tidur! kubilang tidur sekarang! kamu hanya sedang mencari celah kabur dariku!"
"Bisma"
"besok kita bisa membelinya sekalian jalan-jalan ke pantai. Puas? Jangan beralasan lagi"

Hanna perlahan merubah posisinya untuk kembali memunggungi Bisma.
Hanna kembali mengusap perutnya, meyakinkan pada bayinya jika ini takkan lama. Hanna akan kuat untuk bayinya.

'sabar sayang, kita akan segera lepas darinya. Ayah Rafael sedang menunggu kita' bisik Hanna pada bayinya dan membiarkan air matanya menetes lagi.

Hanna harus rela kembali menahan keinginan bayinya ketika bersama Bisma, Ayah biologis bayi yang dikandungnya.

Bagian lain ada di dreame

HURT (Sudah Terbit)✔Where stories live. Discover now