Chapter-60

9.5K 691 156
                                    

Vote dulu ya vote

Happy reading😊

Bisma melihat Hanna menangis di pelukan Ilham. Tangisnya begitu histeris dan Bisma merasakan ngilu di hatinya.
Bisma tahu ia salah, tapi ia merasa sekarang ini Bisma tak punya pilihan.

"Hanna"
Hanna melepaskan pelukannya dengan Ilham lalu menatap ke belakang Ilham. Di sana ada Bisma yang sedang berdiri gusar.
Hanna menatap Ilham lalu mengangguk pelan agar Ilham pergi.

Ilham menatap Bisma sekilas lalu meninggalkan mereka.

Hanna tersenyum pada Bisma. Senyum pahit untuk menutupi lukanya "apa yang ingin kau katakan?" tanya Hanna tak ingin lebih lama lagi berbasa-basi jika hasil akhirnya sama.

Bisma berjalan cepat menghampiri Hanna dan memeluknya erat.
Hanna sedikit terkejut tapi perlahan mengangkat tangannya untuk membalas pelukan Bisma "brengsek" makinya lirih. Hanna menyandarkan kepalanya di dada Bisma yang berdebar.
Hanna tahu Bisma mencintainya tapi cara Bisma mencintainya tak pernah benar.
Pria ini selalu brengsek di matanya. Dan sayangnya Hanna juga mencintai pria brengsek ini.

Bisma merenggangkan pelukan mereka lalu menghapus air mata Hanna "sudah cukup air matamu untuk pria brengsek sepertiku Hanna. jangan lagi"
"brengsek" umpat Hanna memukul pelan dada Bisma "dasar brengsek"
"aku tahu itu. Aku sungguh mencintaimu Hanna. aku bersumpah atas perasaan itu. Tapi, aku harus mengatakan ini. kita tidak bisa bersama lagi-
Tangis Hanna pecah sebelum Bisma menyelesaikan ucapannya.

"Hanna"
Hanna menepis tangan Bisma dari wajahnya dan mundur selangkah.
Mereka sama-sama merasa kehilangan saat menciptakan jarak seperti ini.
Hanna menutup telinganya dan menggeleng "aku tahu pada akhirnya kau akan meninggalkanku. tapi kenapa harus di saat seperti ini? kau membuatku lebih hancur dari sebelumnya" Dan bagaimana dengan bayi kita? jerit Hanna dalam hati.

"aku sudah berjanji pada Calista untuk bersamanya hingga akhir. kuharap kamu mengerti" Bisma pun sudah berkaca-kaca. Ia berusaha sangat keras untuk menahan air matanya.
"kapan aku tidak mengerti dirimu?" Hanna mengusap air matanya kasar "katakan kapan aku tidak mengerti dirimu, Bisma?!"

"sungguh, maafkan aku Hanna. Calista sedang ada dalam masa sulit. Tidak mungkin aku meninggalkannya sendiri"
Hanna membatin miris. Berarti memang dia yang pantas untuk ditinggalkan. Mungkin untuk Bisma meninggalkannya.
"dulu saat aku memintamu berhenti bersikap baik padaku agar aku bisa menghilangkan perasaannku padamu kamu malah mengatakan akan semakin peduli padaku. Dan itu cara terjahatmu agar aku bisa membencimu. Bisma, bisakah kau lebih jahat dari itu sekarang? pedulilah padaku, perhatikan aku dan tolong jaga perasaanku. bisakah? bisakah kau berpura peduli padaku lagi agar aku bisa lebih mudah menghilangkan perasaan sialan ini?"

"Hanna"
"aku sudah mencintaimu sejauh ini, tidak bisakah kau melihatnya?"
"aku tahu. aku sangat tahu Hanna. aku juga sangat mencintaimu-
"lalu kenapa kau memilih Calista!?" Hanna berteriak marah pada Bisma.

"aku tidak mungkin meninggalkan-
"jadi mungkin untukmu meninggalkanku? aku istrimu Bisma. Tidak bisakah kau berpura sedikit saja menjaga perasaanku? demi Tuhan ini sangat melukaiku. kau lupa janjimu untuk tetap bersamaku? salahmu yang mengumbar janji pada setiap wanita!"
Bisma terdiam menatap seberapa hancur wanita tercintanya ini.

"ku mohon, tetaplah bersamaku" ya, ini Hanna yang sebenarnya. Wanita yang sedang hamil dan ingin suaminya tetap berada di sisinya.
Mata Bisma ikut berkaca menatap Hanna "aku ingin Hanna, tapi aku tidak bisa. maafkan aku. maafkan aku. aku harus bertanggung jawab pada Calista. maafkan aku"
Bisma membalik tubuhnya untuk pergi.

Hanna berlutut di lantai dan memegang satu kaki Bisma "ku mohon"
Kejadian itu mengiris hati siapapun yang melihatnya.
Bahkan beberapa wanita di sana meneteskan air matanya melihat Hanna yang berlutut pada suaminya agar tetap bersamanya dari pada dengan mantan kekasihnya.

"ku mohon" pintanya dengan harga diri yang sudah Hanna injak sendiri. Hanna tak peduli asal Bisma tetap berada di sisinya.

Bisma tetap diam di tempatnya.
Tangannya terkepal kuat untuk menahan diri agar tidak berbalik dan menenangkan Hanna dalam pelukannya. Bisma ingin, tapi ia tak mampu.

Ilham menghampiri Hanna dan membantunya agar berdiri.
Hanna menepis tangan Ilham dan memeluk kaki Bisma dengan kedua tangannya. Tangisnya semakin histeris.
Ilham mengepalkan tangannya menyaksikan betapa tidak berartinya Hanna yang sudah memohon seperti itu di mata Bisma.
Hanna mendorongnya agar pergi karena Hanna tahu Ilham pasti sudah sangat jengkel. Hanna tak ingin Ilham nekat dan menyakiti Bisma nantinya.

Ilham pun mundur perlahan, membiarkan Hanna puas dengan perjuangannya. Tapi ketika nanti Hanna memutuskan untuk mundur, Ilham lah orang pertama yang akan membuatnya kembali melangkah. Dengan jalan yang berbeda dari sekarang.

Di tengah isakannya Hanna berucap "ini terakhir kalinya aku akan memohon. minta maaflah dan kita akan baik-baik saja Bisma. aku akan memaafkanmu, lagi. Ingatlah perjuangan kita hingga kita bisa sampai di titik ini"
Bisma membalik tubuhnya dan berjongkok di hadapan Hanna. Memeluk wanita itu begitu erat.
Hanna semakin menangis dan membalas pelukan Bisma tak kalah erat kemudian berbisik "jangan tinggalkan aku. kumohon"

Bisma mengusap kepala Hanna lalu tak lama merenggangkan pelukan mereka dan menangkup wajah Hanna "aku sedang tidak bisa berpikir dengan baik. tapi semoga keputusanku ini benar dan yang terbaik untuk kita semua" Bisma mencium Hanna di sana. Memberi lumatan sebentar kemudian melepaskannya saat Hanna hampir membalas ciumannya.
Mereka saling menatap dengan jarak yang begitu dekat.

Hanna memejamkan matanya ketika Bisma berbisik "aku akan menceraikanmu"
Hanna merasa dunianya berakhir ketika melihat punggung Bisma yang menjauh tanpa melihat ke belakang lagi.
Bisma memamerkan punggungnya yang berarti akhir bagi Hanna.

Hanna meraung di sana. Menumpahkan rasa sakitnya dengan menangis sejadinya. Hanna tak peduli lagi jika dirinya kini menjadi tontonan.

Ilham sudah akan mendekatinya tapi sebuah pantofel berhenti tepat di hadapan Hanna.
Wanita itu mendongak. Pandangannya buram dan Hanna merasakan kepalanya berdenyut.
Pria di hadapannya berjongkok, menghapus air mata Hanna dengan lembut "tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja Hanna"

"Rafael"

Hanna merasakan kantuk menderanya dan tak lama ia kehilangan kesadarannya.

sengaja pendek biar di vote n comment dulu sama kalian 😂😂

HURT (Sudah Terbit)✔Where stories live. Discover now