Chapter-63

10.5K 682 116
                                    

vote dulu sebelum baca 😊 demonya kemarin warbyazahh😅

siapin linggis juga ya 😂

Happy reading😄

Hanna mendengus ketika melihat raut tak rela dari adiknya.
Ia mengancak asal rambut Ilham hingga berantakan "sudah ku bilang aku baik-baik saja" kesalnya.

"rasanya aku ingin sekali membunuhnya"
"diamlah di sini. aku tidak akan lama"
"hati-hati"

Hanna mengangguk saja walau ia sangat geli mendengar ucapan hati-hati dari Ilham, seperti ia akan menghadapi hal berbahaya saja. Wanita itu lantas berjalan menuju pintu rumah Bisma.
Ia ingin menekan bel rumah tapi urung. Hanna memilih langsung masuk saja karena ia tak ingin bertemu Calista di sini. Jika mungkin bisa, ia juga tak ingin bertemu dengan Bisma.
Berkali-kali ia menghembuskan napasnya saat satu persatu langkahnya membawa dirinya ke kamarnya dulu. Masih ada emosi yang mempengaruhi setiap langkahnya. Yah, bagaimanapun perasaannya masih ada pada Bisma.

"Hanna"
Langkah Hanna terhenti saat Bisma yang baru saja keluar dari ruang kerja melihatnya.
Hanna menoleh, menatapnya datar. Mencoba tak menunjukkan ekspresi apapun.
Belum sempat menghindar, kini tubuhnya sudah ada dalam dekapan pria itu.

Hanna sangat terkejut dan mencoba mendorong tubuh Bisma. Tapi sayang, kedua tangannya ada di antara tubuh mereka, membuat Hanna tak bisa melakukan banyak perlawanan.

"aku merindukanmu" sungguh Hanna muak mendengarnya. Apalagi mendengar suara itu. Rasanya Hanna ingin menenggelamkan dirinya ke bumi saja saat merasakan gemuruh tak tahu diri dalam dadanya. Antara emosi dan juga... rindu. sialan!
"lepaskan atau aku akan berteriak agar kekasihmu mendengarnya kemudian melihat kelakuan bejatmu ini" ancam Hanna yang ia rasa sia-sia saja memberontak karena pergerakannya sangat terbatas.

Bisma menarik kepalanya sedikit ke belakang hingga sejajar dengan wajah Hanna lalu berbisik "berteriaklah, dan kau akan menyakitinya"
Brengsek! Bisma tahu kelemahannnya yang tidak mungkin membiarkan orang lain terluka olehnya. Apalagi saudaranya sendiri.
"Calista sedang tidur" lanjut Bisma tenang.

Hanna membuang pandangannya dari Bisma "aku hanya akan mengambil barang-barangku"
"paspormu ada padaku"
"apa maumu!?" Hanna menatap Bisma tajam.
"kita perlu bicara"
"apa lagi? tidak bisakah kau membiarkan aku tenang sendiri? kamu sudah terlalu egois sejauh ini. Berhentilah sebelum kau menyesalinya nanti"
"aku hanya butuh sedikit waktumu untuk bicara"
"lepaskan aku dan kita bisa bicara"

Bisma merengkuh pinggang Hanna semakin erat dan tangannya menangkup pipi kiri Hanna agar menatapnya. Tapi Hanna segera memalingkan wajahnya tak sudi disentuh pria itu. Bisma tak mengalah, Ia meraih dagu Hanna dan memaksa Hanna membalas tatapannya "aku akan bertanggung jawab pada Calista sebentar. Beri aku waktu agar Calista tenang dulu dan aku akan menjelaskan padanya nanti"

"a-apa maksud-mu?"
"kemarin aku sangat kacau hingga tidak bisa memikirkan apapun. aku benar-benar sudah mencintaimu Hanna-
"siapa yang peduli pada cintamu sekarang?" potong Hanna sengit. Ia harus tetap terlihat tegar di depan Bisma karena cukup sekali saja Hanna menginjak harga dirinya sendiri untuk pria ini. Kini, ia akan tegar menghadapi Bisma. Hanna yakin, ia dan bayinya tak butuh pria yang tak bisa konsisten seperti Bisma "kau akan meninggalkan Calista?"

"aku hanya menyayangi Calista sebagai adikku. Aku sudah mencintaimu begitu dalam. Jadi bersabarlah sebentar, tunggu aku menyelesaikan ini dan kita akan kembali bersama"
"kau gila??" tanya Hanna tak habis pikir "Calista membutuhkanmu!"
"tapi aku mencintaimu, Hanna. aku tidak bisa bernegosiasi dengan perasaanku"

"kau pikir apa yang sedang kau lakukan!?" tiba-tiba Ilham datang dan menarik Hanna menjauh dari Bisma. Ilham tak tenang membiarkan Hanna masuk sendiri ke rumah ini jadi ia memutuskan untuk menyusulnya. Dan dugaannya benar, Bisma masih mengganggu kakaknya.

HURT (Sudah Terbit)✔Where stories live. Discover now