Chapter 79

10.6K 414 20
                                    

Aku gak pernah bilang kalau Endingnya gak akan dipublish di sini.

Cuma chapter 77 dan 78 yang gak akan dipublish. Oke?

Happy reading😊

"di mana Anna" tanya Ilham dingin.

Bisma mengisyaratkan pandangannya ke ruang rawat di sebelahnya kemudian berdiri dengan memar di pipinya "Hanna sudah sadar. aku belum menemuinya. Dia pasti tidak ingin melihat wajahku lagi"
Bisma menyerahkan ponselnya pada Ilham "jika kamu sudi, tolong berikan ini pada Hanna. Tapi kau juga bisa membuangnya. Aku tidak keberatan" Bisma tersenyum kecut "maafkan aku" Bisma berjalan melewati Ilham yang menggenggam ponsel Bisma dengan erat.

"mau ke mana kau?" Ilham membalik tubuhnya, menatap punggung Bisma dengan emosi. Ponsel Bisma ia simpan ke saku celananya.

"aku akan ke Jakarta dan meminta maaf pada Ayahmu. Setelah itu aku tidak akan muncul di hadapan Hanna lagi"

Ilham meraih bahu Bisma dan membalik tubuh pria itu dengan cepat.
Bughh
Bughh
2 kali Ilham melayangkan kepalan tangannya ke wajah Bisma yang sudah memar. Ia tak bisa menahan emosinya lagi.

"brengsek!! kau mempermainkan Anna lagi?!"
Bughh
Ilham kembali menghajar Bisma yang terjatuh ke lantai.

Rafael segera menarik Ilham mundur saat darah segar mengalir dari sudut bibir Bisma juga hidung kirinya.
Belum puas, Ilham menendang perut Bisma yang masih bisa ia jangkau.

Bisma meringkuk memegangi perutnya.

"Ilham" Rafael menarik paksa Ilham yang bisa saja membunuh Bisma di sana dibantu oleh petugas rumah sakit.
"kemari kau sialan!!"

Bisma dibantu berdiri oleh petugas rumah sakit dan memegangi perutnya yang terasa nyeri akibat tendangan Bisma yang tak main-main tadi.

"setelah apa yang kau lakukan pada Anna dan kau tahu Anna sedang mengandung bayimu kau masih akan bersikap pengecut!? ya baj*ng*n!! kau akan menyesalinya!!"

Bisma menatap Ilham penuh penyesalan. Ia tak perlu diingatkan tentang penyesalan karena kini ia sudah sangat menyesal atas apa yang telah terjadi pada Hanna. Maka ia tak memberikan perlawanan sedikit pun pada Ilham karena ia memang mengaku salah. Bisma sama sekali tak marah pada Ilham atas pukulan ini. Bisma tahu ia pantas mendapatkannya.

Jika dengan membunuhnya mampu mengembalikan kebahagiaan Hanna dan menyembuhkan luka wanita itu, Bisma rela mati sekarang di tangan Ilham.
Tapi Bisma tahu, itu semua tak berguna.
Luka yang telah Hanna terima darinya memang takkan sembuh semudah itu. Bisma menghancurkan wanita tulus itu berkali-kali.

"lepaskan aku! dia pantas mendapatkannya" teriak Ilham masih memberontak dari pegangan Rafael.
Seumur hidup Ilham, ia tak pernah semarah ini hingga memukuli seseorang. Tapi kali ini emosinya tak bisa ditahan lagi. Bisma memang keterlaluan mempermainkan perasaan Hanna. Sudah cukup Ilham untuk menahan diri selama ini.

"Kau bisa membunuhnya Ilham, hentikan" cegah Rafael.
"Dia memang seharusnya mati sekarang juga. Biarkan aku membunuh pecundang ini. lepaskan aku. kemari kau pengecut!"

Bisma merasa tubuhnya dibawa berbalik oleh petugas rumah sakit tapi ia menolaknya dengan halus. Ia berkata bahwa ia baik-baik saja.

"Ilham, tenang-
"kau bilang tenang?! Anna Effendi yang cerdas menjadi idiot karena dia dan kau ingin aku diam saja, Raf?!" Ilham beralih berteriak pada Rafael.

"bukan begini cara menyelesaikan masalah Ilham. Kalian masih sama-sama panas" Rafael menarik paksa Ilham ke ruang rawat Hanna.

Saat pintu ditutup Rafael, Ilham baru bisa lebih tenang dan tak memberontak lagi.
Ia menghela napasnya kasar "dia benar-benar brengsek kan!?" tanya Ilham pada Hanna yang berbaring memunggungi mereka. Tapi Ilham tahu Hanna tidak sedang tertidur.

HURT (Sudah Terbit)✔Where stories live. Discover now