Chapter-64

10.1K 698 92
                                    

vote dulu ya 😃

siapin tisu sama garpu ya 😂 buat makan gengs

Happy reading😊

Pukul 11 malam, Hanna merasa lapar karena ia memang belum makan malam jadi Hanna terbangun.
Hanna duduk di tepi ranjang dengan mengusap perutnya "kamu lapar sayang? mungkin mereka sudah tidur, ayo coba kita cari ada apa di dapur" Hanna beranjak masih dengan mengusap perutnya dengan riang.

Ia membuka pintu dengan pelan, takut orang lain terbangun.

"jika kau tetap masuk, aku tidak akan pernah memaafkanmu" Hanna menghentikan langkahnya ketika mendengar suara wanita yang tidak ingin ia temui "sudah cukup kebersamaan kalian selama ini. aku hanya takut kamu akan semakin terbawa perasaanmu pada Hanna"

Hanna kembali menutup pintu dan bersandar di baliknya.

"ini kesempatan terakhirku bertemu Hanna. Aku yakin setelah ini dia akan pergi sejauh mungkin dariku. Aku mohon, biarkan aku menemuinya untuk yang terakhir"

Terakhir, benar-benar terakhir. Hanna berharap ini terakhir kalinya ia mendengar suara Bisma.
Hanna akan beranjak ketika mendengar kalimat yang begitu mengoyak perasaannya. Langkahnya kaku dan Hanna hanya mampu berdiam diri di sana.
"kau benar-benar telah mencintainya Bisma"
"tidak, tidak Calista"
Dari cara Bisma menjawab dengan cepat, Hanna tahu pria itu begitu menjaga perasaan saudaranya. Hanna takkan menyesal membiarkan Bisma membahagiakan Calista. Ia rela.

"bagaimanapun juga, Hanna masih istriku. biarkan kami menyelesaikan ini dengan baik. Jangan khawatir karena secepatnya kita akan menikah"

Mata Hanna berkaca mendengar penuturan Bisma. Mereka saja baru akan mengurus perceraian, tapi Bisma sudah membuat janji untuk menikahi wanita lain. Benar-benar brengsek!
Hanna meremas dadanya yang terasa nyeri. Sungguh ia mengutuk perasaan ini yang tak tahu diri selalu menghampiri Hanna hanya dengan memikirkan Ayah dari bayi yang sedang ia kandung.

"kamu mencintainya"
"tidak Calista. aku hanya milikmu. dari awal hingga akhir, aku hanya milikmu"

"aku tahu" bisik Hanna pada dirinya sendiri.
Hanna tahu. Hanna sangat tahu hal itu. Ia yang menjadi penghalang mereka. Ia yang merebut Bisma dari Calista maka Hanna akan melepaskan Bisma walau merasa tak pernah memilikinya.
Yah, kemarin mungkin Ia hanya terlalu munafik dan menikmati kebersamaannya dengan Bisma hingga kini ia merasa dijatuhkan dengan kejam. Hanna mengaku bodoh karena bisa lengah dan membiarkan sebuah perasaan yang awalnya begitu menyenangkan dan kini mampu melumpuhkannya perlahan tumbuh untuk Bisma. Hanna memang bodoh dan naif.

"kau benar-benar akan menceraikannya?"
"secepatnya"
Bagai tertikam pisau tumpul, Hanna merasakan nyeri luar biasa di hatinya. Ngilu sekali hingga ia butuh menjerit agar sesak di dadanya berkurang.
Mereka memang akan bercerai. Tapi kata secepatnya dari Bisma benar-benar terdengar tanpa keraguan sedikitpun.
Jika Bisma yakin, apalagi Hanna.

Ya Tuhan kenapa ada rasa tidak rela Bisma mengatakannya?

Hanna menggeleng cepat, mengusir perasaan sialannya untuk Bisma.

"karena kejadian ini aku tak punya siapa-siapa lagi. Aku tak mungkin pulang ke rumah karena semua orang pasti sedang menyalahkanku. Ayah dan Ilham pasti membenciku. jadi jangan tinggalkan aku"

Calista benar, Ilham dan Ayahnya pasti tak bisa bersikap seperti dulu lagi padanya karena kejadian ini meskipun Hanna tahu ini sama sekali bukan salah Calista. Setidaknya tanpa Bisma, Hanna masih memiliki banyak orang di sekitarnya yang tak ragu melimpahkan cinta untuknya. Ya, memang keputusan yang tepat jika Calista harus bersama Bisma. Suaminya.

Hanna mengusap air matanya dan kalimat terakhir yang ia dengar dari Bisma sebelum beranjak adalah "aku tidak akan meninggalkanmu"

Hanna membaringkan dirinya di tempat tidur. Mencoba terpejam tapi kalimat Bisma baru saja terus menghantam kinerja otaknya.
Hanna tak bisa berpikir apapun lagi.
Air matanya terkuras sudah untuk hari ini.
Ia hanya menatap kosong ke langit-langit kamar. Ia merasa sama sekali tak berarti untuk Bisma meski beberapa jam yang lalu Bisma mengatakan akan memperjuangkannya. Beruntung Hanna tak sempat melayang akan bujukan Bisma yang memintanya menunggu sebentar.
Ya, Hanna takkan kembali bodoh dan berharap happy ending seperti sinetron. Akhirnya dengan Bisma adalah seperti ini, jadi Hanna takkan berharap happy ending lain dari pria itu.
Hanna yakin, bahagianya ada di luar sana.

HURT (Sudah Terbit)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang