Chapter 80

9.9K 434 24
                                    

Happy reading😄

Ilham melepaskan pelukannya dengan Hanna setelah Hanna lebih tenang.
"bagaimana Ann, kau sudah membuat keputusanmu?"

"Aku ingin bersama Bisma" Hanna mendongak perlahan untuk menatap Ilham "Tapi aku sangat takut kembali terluka, Ilham"

"Sudah kubilang kalian hanya kurang terbuka satu sama lain. Kamu tidak mempercayainya jadi kamu selalu berusaha membuatnya menjauh. Dan aku tidak bisa menyalahkan Bisma begitu saja karena kamu juga ikut andil dalam memancingnya"

Hanna paham maksud Ilham dan ia memikirkannya "dia berubah-ubah"
"aku tahu"

"aku sangat takut Ilham. Mengambil resiko lagi, bukankah itu terlalu buruk?" Hanna meminta pendapat Ilham. Ia ingin keputusannya kali ini akan benar-benar mengakhiri penderitaannya selama ini.

Ilham benar, Hanna masih mencintai Bisma meski setelah apa yang selama ini Hanna derita dari tangan Bisma. Ilham benar bahwa Hanna sekarang menjadi seperti wanita-wanita bodoh di luar sana yang hatinya tetap setia pada seorang pria meski pria itu terus menyakitinya.

"lalu, apa keputusanmu?"
"aku tidak tahu"

Ilham menghembuskan napasnya kasar lalu mengusap kepala Hanna "Bisma akan menemui Ayah di Jakarta untuk melepaskanmu, aku bisa menghentikannya jika kau mau. Sebelum terlambat dan kau akan menyesalinya. Pikirkan baik-baik, Anna"
"aku tidak akan menyesal"

"Pikirkan bayimu. Ya Tuhan, kenapa kamu terus membohongi dirimu sendiri, hm?" Ilham menangkup wajah sendu Hanna "pikirkan lagi"

Ilham adalah orang paling depan yang akan menolak kembalinya Hanna pada Bisma. Ilham hanya ingin Hanna membuat keputusannya lalu tak menyesal. Ilham ingin Hanna mengatakan penolakannya pada Bisma dengan tegas bukan hanya terus memikirkannya.
Tapi sekali lagi, Hanna memang sudah terbodohi oleh cinta. Dan itu membuat Ilham muak setengah mati.

Hanna menggeleng pelan, tak tahu harus mengambil keputusan yang bagaimana.
Ilham merogoh saku celananya dan memberikan ponsel Bisma pada Hanna "Aku tidak tahu kenapa dia memberikan ponselnya. Siapa tahu ada yang penting"

Hanna menerima ponsel Bisma dari Ilham dan perlahan menggeser layar kuncinya.
Layarnya memperlihatkan file berupa rekaman suara dan Hanna segera memutarnya.

'maafkan aku' suara Bisma terdengar penuh penyesalan di seberang sana 'maafkan aku, Hanna. Ketika aku tak berniat menyakitimu tapi pada akhirnya aku selalu menyakitimu. Aku bersumpah aku sangat mencintaimu. Tapi kita selalu seperti ini. Semua ini salahku, maaf, tidak. Aku tidak akan kembali mengatakan maaf padamu karena aku sangat yakin kamu tidak akan pernah memaafkanku. Kesalahanku padamu sudah sangat besar dan nyaris aku membunuh buah hati kita, Hanna' Suara Bisma terdengar serak dan sepertinya ia juga menangis saat merekam suaranya ini.

Hanna membungkam mulutnya karena ia ingin kembali menangis mendengar pengakuan tulus Bisma.

'walau kita saling mencintai, tapi kita memang tak berjodoh, Hanna. aku sangat bodoh karena selalu memaksakan kita dan terlalu sering melukaimu'

'aku tahu kamu pasti tak sudi melihat wajahku lagi bahkan mendengar suaraku mungkin. Aku hanya bisa mengatakannya di sini karena kita pasti sudah tak memiliki kesempatan untuk bertemu lagi'

'meski muak, tapi ku mohon jaga bayi itu. Dia sama sekali tak bersalah Hanna, jangan biarkan dia menjadi korban kebodohan kita. Jadi tolong biarkan dia melihat indahnya dunia. Aku cukup tahu diri jika kamu tidak akan pernah memberitahunya siapa Ayah biologisnya. Aku rela. Siapa pun yang akan mendampingimu nanti, kuharap dia akan terus membahagiakanmu dan anak itu. Aku mencintaimu, Hanna. Aku... sangat mencintaimu'

'Aku tak bisa menebus semua kesalahanku padamu. Aku tak tahu harus bagaimana agar lukamu berkurang... sungguh-' suara Bisma tersendat dan Hanna mendengar isakan Bisma di rekaman itu meski tak begitu jelas. Hanna yakin Bisma pasti sengaja menjauhkan ponselnya saat pria itu menangis. Hanna ikut menangis membayangkan betapa kacaunya Bisma saat ini.

'Yang bisa kulakukan sekarang hanya pergi jauh darimu agar kamu bahagia. Berbahagialah. Berjanjilah akan selalu bahagia Hanna. Jangan ingat kisah pahit kita. Selamat tinggal'

Hanna kembali menangis saat rekaman itu berakhir. Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

Ilham merengkuh bahu Hanna yang bergerak tak beraturan "kita belum terlambat, Ann"
Hanna mendongak menatap Ilham dan memegang tangannya. Perempuan itu mengangguk yakin "Aku sudah membuat keputusan Ilham. Biarkan aku bicara pada Rafael"
*
*
*
Ketika menatap wajahnya dari cermin yang memar akibat pukulan brutal Ilham kemarin, Bisma selalu terngiang kalimat yang paling menyakitkan dari Hanna.

"satu hal yang akan terus kau nikmati di sisa hidupmu setelah ini. Karena aku akan mati bersama anak kita"

Bisma meremas tepian wastafel ketika kalimat itu mencambuknya tanpa ampun. Setiap mengingat bagaimana darah yang menetes dari pergelangan tangan Hanna, Bisma merasa ada yang meremas jantungnya dari dalam dada hingga dadanya terasa panas seperti terbakar dan sesak luar biasa.

Bisma tak menyangka sikapnya selama ini mampu membuat wanita setegar Hanna nekad ingin mengakhiri hidupnya sendiri agar bisa terlepas darinya.

Itu berarti Bisma adalah pria terburuk dalam hidup Hanna. Ya, itu memang benar dan Bisma takkan menyangkalnya. Ia memang selalu bersikap buruk pada Hanna.

Akan aneh rasanya jika Hanna malah mau memaafkannya.

Bisma takkan serakah. Ia tak akan mengharapkan maaf dari Hanna karena Bisma tahu ia tak akan berhak.
*
*
*
2 hari berlalu.
Hanna mengusap perutnya yang masih sedikit membuncit. Pandangannya terlempar ke luar jendela kamarnya.

Hanna kini yakin dengan keputusannya.

Hayooo penasaran ya??

sengaja pendek dan gue gantung biar penasarannya sesuatu😅

Apa keputusan Hanna??

Tunggu di chapter selanjutnya yak😂😂

2 chapter lagi END

HURT (Sudah Terbit)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang