Chapter 31

15.4K 827 46
                                    

Happy reading 😊

Kehormatan seorang wanita terletak pada kesuciannya yang hanya akan Ia berikan untuk suaminya. Dan kehormatan seorang pria terletak pada ucapannya.
Keputusannya sudah bulat.

Bukan tanpa alasan Bisma meninggalkan Hanna malam ini.
Pria itu pergi ke rumah sakit untuk menemui Calista.
Bisma melanggar janjinya pada Hanna untuk tidak mendatangi Calista lagi tapi Bisma merasa harus melakukannya.
Bisma ingin meyakinkan dirinya untuk yang terakhir kali.

Calista atau Hanna.

Jika Bisma kembali berdebar saat menatap Calista, Bisma sudah bersumpah untuk setia sampai mati pada Calista dan melepaskan Hanna.
Tapi jika tidak, Bisma akan kembali pada Hanna.
Bisma akan memperbaiki hubungan mereka sampai benar-benar baik.
Dan Bisma bersumpah tidak akan menemui Calista lagi. Ia akan fokus pada rumah tangganya sekarang.

Dan Bisma sudah memutuskannya.

Sekarang, kakinya berpijak kembali di rumahnya bersama Hanna.
Pria itu tampak lebih lega dari beberapa jam yang lalu.
Ini keputusan Bisma. Bersama Hanna.

Bisma membuka pintu kamarnya dengan perlahan dan melihat Hanna sudah tertidur.
Hawa dingin langsung menusuk pori kulit Bisma karena suhu ruangan yang begitu rendah. Bisma menaikkan suhu ruangan hingga terasa hangat kemudian melepaskan jaketnya.

Bisma mendekati Hanna dan berjongkok di sebelah Hanna.
"aku melukaimu lagi" Bisma mengusap air mata Hanna yang terus mengalir walau wanita itu sudah tidur.

Jangan tanya seberapa dalam luka yang kembali kau goreskan Bisma, mungkin tak akan ada maaf lagi untukmu setelah ini.
Memang dari awal Hanna tak pernah memberimu maaf kan?
Jadi, apa yang kau lakukan sekarang? Kesalahan yang dulu saja belum mendapat maaf tapi kamu malah menambah masalah baru.
Astaga! makhluk apa sebenarnya pria yang Hanna cintai ini!?

"Bisma" Hanna mengigau tanpa suara tapi Bisma tahu dari gerak bibirnya yang tampak pucat. Hanna terlalu lama menangis. Ia benar-benar lelah. Sangat lelah di dalam hatinya.
Bahkan sudah 6 kali Hanna menyebut nama pria itu dalam tidurnya.
Hanna mencintai Bisma sedalam luka di hatinya.

"jahat" Hanna terlihat amat sedih dalam tidurnya.
Ingin sekali Bisma membangunkan Hanna, membawanya dalam dekapan hangat dan berkata bahwa semua akan baik-baik saja tapi Bisma tak tega melihat raut lelah Hanna.
Bisma menggenggam jemari Hanna dengan lembut lalu mencium telapak tangannya "ini hanya mimpi buruk Hanna, semuanya akan kita mulai dari awal lagi besok. kita akan bahagia bersama. aku mencintaimu. aku sudah sangat yakin" Bisma mencium kepala Hanna dan kembali mengusap air mata istrinya.

Bisma berdiri dan ikut berbaring di sebelah Hanna.
Bisma menyusupkan lengannya di leher Hanna dan Ia mendekap istrinya dari belakang "aku mencintaimu" bisiknya mengulang kemudian ikut memejamkan matanya.
*
*
*
Suara getaran ponsel membangunkan Bisma tepat pukul 5 pagi.
Bisma mencoba mengabaikannya tapi si penelephone tak hentinya berulah hingga Bisma mengalah dan meraih ponselnya agar tak membangunkan Hanna yang masih tampak pulas.

"hallo" Bisma mengeratkan pelukannya pada bahu Hanna.
Tanpa sadar mereka berdua sudah saling memeluk tadi malam.
Lengan Hanna melingkar nyaman di perut Bisma.

"---"
"kau lupa ini hari sabtu?" Bisma menjawab dengan mata tertutup.
"---"
"bodoh! siapa yang menyuruhmu menerimanya?!" Bisma tampak kesal dan membuka matanya lebar-lebar.
"---"
"ck. untung kau temanku. sialan" Bisma menutup sambungan telephone kemudian menatap wajah Hanna yang masih terlihat pucat. Tapi Hanna tampak begitu nyaman dalam pelukannya, rautnya sangat berbeda dari tadi malam.
Bisma menikmati wajah indah itu.

"Hanna" Bisma menyentuh lembut pipi Hanna untuk membangunkan wanitanya "Hanna" ulangnya.
Tapi tak ada respon dari Hanna.
Bisma sudah tak tega membangunkannya jadi Bisma melepas pelan pelukannya dari Hanna.

HURT (Sudah Terbit)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang